YK3>26
"Bila bukan demi kita, anggap saja demi Caca, ma!"
Anggap saja demi Caca!
Sebuah kalimat yang tentu saja sangat keramat bagi Prilly. Demi Caca. Demi apalagi kalau bukan demi dia?
Prilly harus ikhlas menjadi yang ketiga diantara mereka. Bahkan semua ini juga demi kakaknya Prully, ibu yang melahirkan Caca. Dari awal sudah begitu. Ibu Caca koma karna melahirkan keponakannya itu, dari awal Prilly sudah berjanji merawat anaknya yang bahkan tadinya ingin dibuang Prully.
"Ya sudah, berarti kamu ijinin aku pergi berapa lamapun aku mau!"
Ali menghela napasnya setelah mengucapkan kalimat itu. Ia berusaha tak menyalahkan keraguan Prilly. Tak ingin memaksa karna ia tak tahu cara memaksa yang tepat diposisinya. Terlebih posisi Prilly meragu memang masuk akal. Meski mestinya bisa terkalahkan dengan alasan Caca.
"Papa pulang ya Ca, kalau kangen sama papa liatin photo papa aja, nanti Papa ganti-ganti deh profile picture papa biar gak lihat yang itu itu juga!"
Ali menggesek pipi balon Caca dengan jarinya. Anak itu bergerak sebentar. Lalu Ali menunduk menciumnya dan lagi-lagi Caca bergerak.
Meluruskan tubuhnya setelah mencium Caca, Ali menatap Prilly yang masih saja terlihat gelisah tapi tak berkata apapun.
Ali berusaha mencari kalimat yang pas untuk berkata sebelum benar-benar pergi dari hadapan Prilly. Meski rasanya telah habis kata walaupun hanya sekedar pamit.
"Sudah jangan dipikirkan kalau hanya jadi beban, aku tahu kamu dan Caca bisa tanpa aku," Ali menghela napasnya.
"Jangan rindukan aku ya, aku jauh, nggak bisa langsung melesat kesini meskipun langit cerah!"
Ali mengangkat tangannya lalu menyentuh puncak kepala Prilly dengan telapak tangannya.
"Aku juga gak akan merindukan kamu, aku janji, aku akan sok sibuk!" Ali menyisir pipi Prilly dengan ujung jarinya.
Ali membalik badannya. Kalimat terakhirnya benar-benar kalimat putus asa. Berjanji takkan merindukannya. Sungguh sangat berat dan tak mungkin. Tapi ia akan sok sibuk. Akan menenggelamkan diri dengan pekerjaannya. Tak membiarkan dirinya larut dalam rindu yang tak mendapat jawaban.
"Aa!"
Ali merasa punggungnya ditabrak dari belakang. Lagi-lagi Ali menghela napasnya. Kali ini ia memenuhi udara yang tiba-tiba terasa minim dalam dadanya. Maksud Prilly memeluknya dari belakang apa?
'Ayolah Prilly, kalau kamu nggak bisa membuka suaramu untuk menjawab ucapannya, kamu bisa menyeret kakimu menahan perginya!'
Isi otak Prilly menyentak saat Ali menyelesaikan kalimat terakhirnya dan berbalik. Sedari Ali bicara rasanya ada yang membeku dalam dadanya. Ingin menyahut karna Ali mengatakan suatu hal yang membuatnya berat ditinggalkan. Tentang rindu. Tapi bibirnya tetap kelu.
Sejak Ali bicara pada Caca tentang rindu. Dada Prilly sudah mengilu. Hanya disuruh melihat photo profile yang akan terus diganti, bisakah melepaskan beban rindu?
Sampai pada akhirnya justru Ali tak membolehkannya untuk rindu. Apa-apaan? Apalagi Ali berjanji takkan rindu dengan sok sibuk. Sok sibuk dengan admin bernama Sella itu? Prilly ingin menyela tapi tetap saja tak sanggup.
"Aa jahat!"
"Kok?"
Ali tak paham kenapa ia dikatakan jahat? Bukankah sejak tadi yang jahat adalah mahluk cantik yang sedang melingkarkan tangan diperutnya ini? Menjawab tanya hanya dengan diam. Memperlihatkan keraguan dan tak memberi kepastian. Sesungguhnya lebih jahat mana dengan orang yang sedang mengalah dengan keadaan?
"Aa nggak membolehkan aku rindu, padahal menahan rindu itu susah!"
Prilly berkata lirih sampai Ali menoleh karna ingin mendengar suaranya lebih jelas tanpa berbalik. Membiarkan tangan mungil itu memeluknya dari belakang.
"Lebih jahatnya lagi aa nggak mau rindu sama aku dan mau sok sibuk dengan si Sella Sella itu!"
Prilly melanjutkan kalimatnya. Tangannya yang berada diperut Ali bergerak mencubit. Ali memegang tangan itu sambil meringis kecil karna geli bukan karna sakit.
Melepaskan tangan Prilly dari pinggangnya tapi tetap menggenggam jari itu lalu Ali berbalik sambil tertawa membuat Prilly cemberut.
"Jadi kamu cemburu sama Sella?" Ali menatap Prilly dengan senyum tertahan.
"Memangnya kenapa, salah juga gitu?" tukas Prilly sambil mendelik menatap Ali yang langsung tertawa karna pipi balon Prilly yang terlihat lucu saat bibirnya mengerucut.
Ali memencet pipi Prilly dan Prilly melepaskan dengan menggoyang kepalanya masih dengan wajah ditekuk.
"Jangan cemburu sama pak Kasela dong..."
"Pak Kasela?"
"Kalau malam jadi Sella...."
"Idihhh, pembohong...." Prilly menyentak tangannya yang ada dalam rangkuman jari Ali hingga terlepas dan melipatnya didepan dada agar Ali tak bisa menariknya kembali.
"Eh, jangan ngambek dong!"
Ali mengikuti Prilly yang menghempaskan dirinya ditepi ranjang dengan tangan masih terlipat seperti memeluk tubuhnya sendiri.
"Bodo!" Prilly membuang mukanya.
Malu dan rasanya kesal sekali. Masa sudah ketahuan cemburu tapi ternyata cemburunya sama laki laki. Memalukan!
"Memang dia dipanggil Sella, habis aku harus nyebutnya apa dong, maaa?"
"Jahat!"
"Iya papa jahat ma, sini pukul saja yang jahat ini karna pura-pura gak mau rindu!"
Ali menarik tangan Prilly.
"Ihhh!" Prilly memukul Ali. Bukan karna di suruh tapi karna kesal digoda terus.
"Gak apa-apa dipukul tapi ternyata dirindukan, dicemburui juga!"
"Aaaa papa iniii......"
"Jadi maunya dirindukan nih?"
"Enggak!"
"Lho?"
"Kalau dirindukan berarti jadi ditinggal?"
"Emangnya gak mau ditinggal?"
"Nanya mulu, emang gak peka banget kamu tuu..."
Prilly mendorong bahu Ali dan Ali menahan tangan Prilly tetap dibahunya.
"Berarti kamu mau menikah sama aku? Iya?"
Mendadak jantung Prilly mulai berdebar lagi. Saat mata bertemu mata membuat bibir Prilly kembali kelu. Ali tak memberinya kesempatan melepas pandangan karna tatap mereka seakan tak menemukan cara untuk tak saling mengunci. Udara yang keluar dari hidung mereka ikut berbaur hangat.
"Aku anggap jawaban kamu iya!"
Lirih Ali berucap. Mata Prilly tak dapat menutupi jawaban iya. Makin berkedip karna mengabur akibat tak ada jarak yang berarti diantara mereka. Prilly menahan napas, saat hembusan angin hangat menerpa wajahnya. Seketika jantung Prilly serasa melayang keperut dan berantakan disana, saat Ali merangkum pipinya dengan kedua telapak tangannya yang dingin. Ali menunduk menyentuh si kelu dengan kelembapan yang hangat. Prilly tak sepenuhnya menutup mata saat tangannya meremas bahu Ali, membiarkan kelunya memberi jawaban iya dengan cara tak menolak kenyal itu meraba indra perasanya.
Bukan yang pertama bagi mereka, tapi cukup membuat tubuh mereka sama gemetar. Tangan Alipun masih terasa dingin dipipi Prilly.
"Nangis?"
Prilly menggeleng saat Ali bertanya melihat air jatuh disudut matanya.
"Aku gak nyangka...."
"Jangan berpikir kalau kamu sudah menjahati kakakmu," Ali menghapus sudut mata Prilly yang mulai basah. Menggesek pipinya dengan punggung tangan.
Prilly menunduk mendengar ucapan Ali. Ia tak tahu tepatnya apa yang ada dalam hatinya. Yang ia tahu, ia sangat bahagia karna mereka punya perasaan yang sama. Disamping itu juga ia bersedih dan tetap merasa bersalah telah menjadi yang ketiga.
Meski hidup itu pilihan, tapi ini adalah takdir. Tuhan mempertemukan keduanya dalam keadaan yang tak terduga. Menganugerahkan rasa cinta yang tumbuh alami dalam hati. Memberikan alasan pada mereka agar menjadi satu. Prully jatuh koma. Dan ia sejak awal tak mengharapkan Ali. Lalu Caca membutuhkan kehadiran kedua orangtua yang menyayanginya.
"Apa kamu sudah yakin menjadikan aku teman hidupmu?"
"Aku sudah yakin menjadikanmu sahabat hidupku!" Ali meraih bahu Prilly dan Prilly menjatuhkan kepalanya dibahu Ali. Mengusap kepalanya halus, Ali lalu mencubit hidung Prilly dengan wajah yang sama tak menentu.
"Kalau dia bangun bagaimana?"
Ali terdiam, pertanyaan yang sebenarnya tak lagi ia pikirkan saat mengetahui sikap Prully yang sebenarnya terhadapnya.
"Sudah takdirnya dan sudah takdir kita, justru dia menjadi jembatan agar kita bertemu dan saling merasakan apa yang tidak pernah kami rasakan!"
Ya, sepertinya berpegang pada ketentuan Tuhan sangatlah berperan untuk memantapkan hati.
'Maafkan aku, aku telah menjadi yang ketiga saat kamu tertidur, a Ui...'
♡♡♡♡♡
Banjarmasin, 16 Mei 2018
Ngetiknya sambung menyambung tapi sempat hang dan kembali ke 700kata. Sempat down juga karna harusnya sudah selesai dan diposting tengah malam tadi. Tapi ya sudahlah, sudah ketentuanNya baru bisa menghibur pembaca pagi ini. Selamat pagi dan selamat menjelang bulan penuh rahmat bagi saudara sesama muslim. ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top