YK3>19
"Cacaaa... "
"Ii..."
"Caca, maaa!"
"Insya Allah Cacanya baik-baik saja!"
"Tapi..."
"Menurut berita nggak ada korban jiwa, i, tenanglah..."
"Gak tenang ma, ada korban luka-luka, ibu gimana, Caca gimana? Ya Allahh..."
Prilly menangkup kepalanya setelah mengusap wajahnya yang basah dengan airmata.
Pagi tadi ibu Ali mengabarkan kalau mereka akan pulang hari ini dengan menumpang sebuah travel. Harusnya penumpang travel 7 orang dewasa. Tetapi ibu mencarter travel itu untuk ia sendiri bersama Caca dan Laila.
"Ibu naik travel yang jam 9 i, jadi sekitar jam 2 siang nyampenya!"
"Ya bu, hati-hati, nanti aku jemput ya bu di travel."
"Gak usah. Langsung dianterin sama drivernya kok sampai rumah!"
Tak membantah meskipun sangat merindukan Caca, akhirnya Prilly menyibukkan diri membenahi kamarnya dan box Caca berpindah tempat kesana. Ia ingin tidur bersama Caca dikamarnya malam ini. Jadi kamarnya harus bersih dan wangi.
Tabrakan beruntun melibatkan tiga bus dan sebuah mobil Kijang Innova terjadi di sebuah Jalan raya dikawasan timur kota. Kasat Lantas AKP Rudy Arifin mengatakan, penyebab kecelakaan diduga karena dua bus diantaranya saling bekejaran dan ugal ugalan di jalur kanan. Meskipun tidak mengakibatkan korban jiwa dalam kecelakaan ini namun delapan orang mengalami luka berat dan kini masih dalam penanganan medis di dua rumah sakit.
Demikian sekilas info.....
Sekilas info yang hanya Prilly dengar dari suara televisi diruang keluarga membuat Prilly mengeryit gusar.
"Dasar supir ugal-ugalan emang, nggak peduli nyawa orang, ngapain gitu kejar-kejaran dijalan, kalau mau racing disirkuit dongg...." Prilly berkomentar sambil mengipas-ngipaskan tangan ke lehernya yang berkeringat akibat membereskan kamarnya dengan penuh semangat. Mengambil air es dalam kulkas dan kembali kekamarnya melewati ruang keluarga.
Drrtttt.... Drrttt... Drrttt
Prilly mendengar ponselnya yang berada diatas nakas bergetar dan terdengar nada panggil dari layar yang sedang menyala.
"Caca pasti menuju kesini!" Prilly kegirangan mengambil ponselnya.
Benar saja dugaannya. Dari ibu Ali.
"Halo, selamat siang, dengan mbak Prilly?"
Prilly mengeryitkan alisnya. Dari nomor ibu tapi suara perempuan tak dikenal?
"Iya saya, maaf ini siapa ya? Kenapa bukan ibu saya?"
"Maaf mbak Prilly, ini dari Best Hospital, kami memeriksa ponsel korban kecelakaan, saat ini yang memiliki ponsel sedang dirawat, beliau hanya menyebut nama Prilly."
"Astagfirullah hal adzim, bagaimana dengan ibu saya mbak?"
"Sedang dilakukan tindakan, mbak!"
"Anak saya mbak? anak saya bersama ibu saya....." Prilly teringat pada Caca.
"Ada delapan korban disini, salah satunya anak-anak lalu ..."
Dan ponselpun terlepas. Urat ditubuh Prilly rasanya lemah. Tak bisa menopang tubuhnya lagi. Bahkan ia tak tahu lagi apa kata penelpon.
"Maaaaaa... mamaaaa!"
Dan mama Prilly pun tersentak mendengar kabar kecelakaan besan dan cucunya tersebut. Tetapi beliau mencoba untuk lebih tenang daripada Prilly.
"Kita langsung ke Best Hospital!"
♡♡♡
Hiruk pikuk di sekitar ruang UGD membuat jantung Prilly berdebar-debar rasanya. Terdengar tangisan pilu disudut ruangan. Prilly tak tahu apakah korban kecelakaan bersama Caca, karna siapapun yang dilarikan ke ruangan UGD tentu saja membutuhkan pertolongan cepat.
"Suster, korban kecelakaan yang di Jalan Kota tadi dimana?"
"Atas nama siapa bu?"
"Macha Ressyfa!" Prilly menyebut nama ibu Ali.
"Sebentar ya bu, kita cek datanya!"
"Prilly!"
Ali terlihat menghampiri dengan wajah yang tegang.
"Aa? Udah ketemu ibu?" Prilly langsung menanyakan bagaimana keadaan ibu Ali.
"Ibu baik-baik saja, tapi..."
"Caca?"
Perasaan Prilly tak enak mendengar ucapan Ali ada tapinya.
"Mana Caca?"
"Ii, tenangg..." mamanya menyentuh bahu Prilly yang sudah terguncang dengan wajah bersimbah airmata.
"Mana Caca, a? Dari tadi pertanyaan aku gak dijawab dimana anakku, a??"
Ali bukan menjawab malah memeluk.
"Maafkan aku, i!"
Ali memeluk Prilly erat membuat Prilly bingung sesaat. Pikirannya langsung menduga-duga ada yang terjadi dengan Caca dan hal itu membuat dada Prilly sakit menahan sesak yang langsung hinggap.
"Maksud aa apa?"
Prilly bertanya setelah sesaat berada dipelukannya.
"Aku minta maaf karna ... "
"Jangan bilang kalau Cacaaa ..."
"Ca, itu mamaa!"
Prilly menoleh dan melihat Laila menggendong Caca. Prilly melepaskan tangan Ali dan dengan cepat menghampiri Laila karna sekelebat bayangan Caca tertangkap matanya.
"Caca, Caca nggak apa-apa? Syukurlah!"
Prilly memeluk Caca dan menciuminya dengan dada yang seketika lega. Ternyata Caca tak apa-apa dan Laila yang sempat terlupakan terlihat juga tidak kurang suatu apapun.
"Saat mobil terguling, Caca dipeluk ibu. Jadi posisi saat ditemukan, ibu nggak ngelepasin Caca!"
"Syukurlah ibumu juga gak apa-apa, Li!" Suara tante Ulfhi menjawab ucapan Ali.
Tidak apa-apa. Ibu, Caca, Laila tidak apa-apa. Ali lega untuk itu. Ibu ditemukan didalam mobil yang hancur dibagian depan dalam keadaan setengah sadar memeluk Caca. Hanya sopir didepan yang terluka. Sementara Caca dijaga dengan baik saat ibu dan Laila diberi tindakan. Tetapi sedari tadi yang ada dalam pikirannya setelah menemukan mereka baik-baik saja adalah rasa bersalahnya pada ibu, Caca terlebih Prilly.
Hanya karna ia tak ingin Prilly menginap lagi, dan membuat ada yang berpikir untuk menikahkan mereka berdua, ia memilih meminta ibunya mengajak Caca ketika pamit pergi ketempat Aysha kakaknya dan mengadakan aqiqahan Ayla, keponakannya yang baru saja lahir.
Menyesal sekali tak dapat menjemput ibu karna keegoisannya. Ia pikir dengan tak bisa menjemput ibunya, ibu dan Caca masih akan tetap tinggal disana sebelum ia datang menjemput. Tak disangka ibu malah memesan travel dan pulang tanpa menunggu dijemput.
"Kasian Prilly, dia sudah sangat rindu sama Caca, Caca juga gelisah beberapa malam ini..."
Alasan ibu juga tak didengarnya.
Itulah sebabnya ketika melihat Prilly, Ali langsung memeluknya karna merasa bersalah menyebabkan gadis itu cemas dan tentu menanggung rindu pada anaknya. Ali tak tahu sebesar apalagi rasa bersalahnya, jika kondisi mereka seperti supir dan penumpang bus yang luka-luka karna busnya terguling. Apalagi ada anak-anak yang sedari tadi menangis dengan kening terlihat memar, salah satu penumpang bus yang supirnya seperti kesetanan dijalan. Mobil yang ditumpangi Caca menabrak bus ketiga hingga keadaan penumpangnya lebih baik dibanding ketiga bus tersebut.
"Kasian anak mama!" Prilly mengusap kepala Caca.
"Enghhhh......."
"Kita pulang kerumah mama ya, tidur sama mama malam ini Cacanyaa... uhhg sayang mamaaa!"
Caca menggeliat dalam pelukan Prilly. Berceloteh khas anak usia tiga bulan lebih sambil memasukan tangan kemulutnya. Terdengar suaranya yang mengoceh setengah manja.
"Caca susah minum susu bu berapa hari ini!" Laila mengadu karna Caca agak susah minum susunya.
"Ohya, kenapa sih sayang mama mogok minum susu?" ucap Prilly mengusap kening Caca, "Mana susunya, Lai?"
"Ini susunya, baru dibikinin sama Laila!" Ali yang menunjukkan sebotol susu ditangannya. Prilly duduk di kursi yang ada disekitar ruangan yang masih ramai dengan lalu lalang pasien dan keluarganya yang butuh pertolongan medis.
"Caca minum susu dulu ya, biar tetep berisi, nanti pipi balonnya ilang sayang!"
"Engghgg..."
Prilly mengangsurkan botol susu pada Caca yang langsung menyedot dengan gumamannya. Prilly memandang Caca yang sedang menatapnya sambil menyedot air susu didalam botol itu.
"Mau kok ya minum susu, haus ya Ca? Kenapa ci nggak mau minum susu kalau sama mbak Lai? Mbak Lainya diem aja ya...?"
"Enggak kok bu diajak bicara juga seperti ibu ngajak Caca bicara tapi emang dia nolak terus!"
Laila berkomentar karna namanya disebut Prilly. Sepertinya dia takut akan disalahkan karna Caca tak mau minum susu selama beberapa hari ini.
"Nggak papa kok Lai, Cacanya mau sama mama," mama Prilly menyahut sambil menggeleng. Prilly menoleh sebentar, menggeleng pada Laila seakan mengatakan bukan mau menyalahkan lalu kembali memandang Caca.
"Ikut mama ya!"
Prilly memandang Caca lalu menoleh pada Ali.
"Maafkan aku, i!"
"Maaf? Kenapa sih aa minta maaf terus sedari tadi a, sampai aku salah paham, aku kira Caca kenapa-kenapa?" Prilly memandang Ali yang meminta maaf kesekian kalinya.
Ali yang sedari tadi hanya bisa memandang dan merasakan bagaimana kedekatan dan ikatan batin antara Caca dan Prilly semakin merasa bersalah saja. Caca terlihat tenang dengannya, selalu mengoceh kesenangan. Meminum susunya tanpa dipaksa. Begitu dekat. Benar-benar ibu dan anak. Ali menyesal sempat berusaha memisahkan mereka.
"Maaf sudah berusaha memisahkan kalian?"
"Maksud aa apa?"
"Akuuu... nggak ada pilihan lain, maaf!"
"Jadi aa sengaja minta ibu bawa Caca biar aku gak ketemu dia?"
"Maaf...."
"Aa bermaksud memisahkan aku sama Caca, padahal aku yang berharap dia hidup sejakkk... " suara Prilly tercekat ditenggorokan. Hampir saja ia membuka aib kakaknya. Beruntung ia masih bisa menahan ucapannya. Emosi mendengar Ali ingin memisahkannya dari Caca membuatnya hampir saja membuka rahasia kakaknya yang ia simpan selama ini.
"Sejak?" Ali mengulang kata terakhir yang baru saja diucapkan Prilly. Pikirannya langsung mencerna. Prilly berharap Caca hidup? Maksudnya apa?
"Kamu yang berharap Caca hidup? Siapa yang tidak berharap dia hidup? Maksudnya sejak apa?" Ali mulai tak sabar melihat Prilly diam saja tak melanjutkan kalimatnya.
Prilly berdiri dari duduknya. Membenahi roknya yang kusut setelah duduk. Mendekap Caca yang sudah menyelesaikan minum susunya.
"Mau kemana? Kamu belum menjawab pertanyaanku, siapa yang tak menginginkan dia, kenapa kamu yang harus berharap dia hidup? Ada apa sebenarnya?" Ali menahan langkah Prilly yang siap berlalu dengan mencekal lengan Prilly. Prilly menatap cekalan tangan Ali sambil menggeleng. Tak mungkin ia mengatakannya. Ia telah salah. Kalau seperti ini, ia benar-benar akan menghancurkan keluarga kakaknya.
"Prilly!"
"Prully yang tidak menginginkannya, Li!"
"Mamaaa!" Prilly terdengar protes karna mamanya mendadak angkat bicara padahal ia sudah menahan diri dan merasa bersalah telah keceplosan.
"Mama minta maaf kalau harus bilang, sejak Caca berada dalam kandungannya, Prully sudah tak menginginkan Caca, berniat membuang dari rahimnya, lalu ingin bercerai darimu!"
"Apa?" Ali tak percaya pendengarannya atau tak percaya dengan apa yang ia dengar. Kenapa harus berniat membuang Caca dari rahimnya? Kenapa ingin bercerai?
"Ingin bercerai, ma?"
"Maafkan dia, Li!"
Ali menggeleng tak percaya. Berarti cuma ia yang berharap Prully bangun dari koma dan bisa menata kembali hidup mereka bertiga dengan Caca. Cuma dirinya yang ingin keutuhan tanpa memberi celah pada yang ketiga untuk masuk kedalam hidupnya.
"Li!"
"Mulai hari ini saya ceraikan Prully, ma, saya kembalikan anak mama pada mama sesuai harapannya!"
♡♡♡♡♡♡♡
Banjarmasin, 27 April 2018
Kangen ya?
Juga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top