YK3>15
Angin meniup dan mengugurkan dedaunan, bahkan ketika meniup dan membuat rambutnya berantakan, Prilly seperti tak peduli.
"Ii, makan dulu, sayang!"
Suara mamanyapun bagaikan angin lalu yang tak membuatnya beranjak.
"Haii mamaaa......"
Terdengar suara yang pastinya tak asing lagi ditelinganya. Ali datang membawa Caca untuknya.
Mengusik lamunannya yang panjang hingga ia tak juga mau makan.
"Mama, cium Caca dong!"
Prilly tersenyum begitu melihat Caca tertawa menatapnya. Lebih dari tiga bulan, leher Caca sudah kuat menopang kepalanya. Satu-satunya orang yang mampu melupakan masalahnya.
"Aa gak kerja?" Prilly bertanya sambil sedikit bergeser memberi tempat pada Ali untuk duduk disampingnya.
"Pulang lebih cepat sedikit. Mau ngajak Caca menghibur mama hari ini!" ujar Ali sambil menunjukkan Caca yang sedang menyatukan kedua jari-jari mungilnya dengan lidah yang menjulur-julur lucu.
"Mama nggak apa-apa kok Ca!" Prilly menyentuh pipi Caca dengan jari telunjuk yanh dilengkungkan.
"Masa?"
"Iya dong!"
"Kok kata oma belum makan?"
Prilly meluruskan tubuhnya lalu memandang kedepan.
"Nggak selera, Ca!"
"Nanti mama sakit, nggak boleh begitu ma," Ali yang berperan sebagai Caca mengingatkan.
"Ini udah sakit, Ca!"
Prilly berkata dengan mata mulai mengabut. Tangannya menekan dadanya yang terasa nyeri mengingat kalau...
"Sttt.. udah ma, jangan diingat lagi!"
Ali meraih bahu Prilly dan merengkuhnya. Sementara Caca didekapnya dengan sebelah tangan lainnya. Ali sangat tahu sudah dua minggu ini Prilly sangat sensitif. Banyak melamun. Dan keceriaannya berkurang. Hanya Caca yang mampu membuatnya tersenyum.
"Karma Ui menimpa Ii ma, Cal khilap dengan cewek lain!" Waktu itu Prilly memutuskan pulang kerumahnya dan menangis dipangkuan ibunya.
"Sabar, i!" Mama Prilly hanya mampu mengatakan sabar dan mengusap kepala putrinya dengan perasaan sedih untuknya. Tak terbayangkan bagaimana perasaan Prilly mengetahui kalau kekasihnya, orang yang baru saja mengenalkannya dengan keluarga dekat ternyata telah melakukan perbuatan yang sama sekali tak pernah terpikir olehnya.
"Ii nggak nyangkaaa..."
Hanya tangisan saat itu. Seperti sebelumnya. Ketika Cia membeberkan padanya kekhilapan mereka diapartemen Cal. Tanpa sengaja. Saat itu teman-teman Cal berkumpul diapartemennya termasuk Cia. Yang lain pulang, Cia tertinggal disana untuk membantu Cal membereskan tempat itu.
Bukan hanya berkumpul merekapun minum-minum hingga pada saat itu Cal setengah mabuk. Awalnya Cia hanya membantu Cal, memapahnya kedalam kamar. Tapi saat tubuhnya ikut ambruk diatas ranjang dan diatas tubuh Cal, sesuatu menjalar ditubuh mereka yang dipengaruhi alkohol.
"Maafkan aku Prilly, aku nggak sengaja, aku saja lupa telah melakukannya!" Cal berkata lirih diatas ranjang perawatannya. Terlihat syok karna sebelumnya sudah syok ketika Cia mengatakan dirinya hamil akibat perbuatan mereka lebih dari sebulan sebelumnya. Ia tak menyangka, sekali, langsung bereaksi. Padahal ia dan Cia pernah mengatakan kalau mereka hanya khilap dan saling memgakui kalau perbuatan mereka salah dan tak merubah persahabatan mereka.
"Dimaafkan..." Prilly menyahut lirih. Dan Cal hampir saja lega.
"Gue bisa gugurin kandungan gue!" Cia menyahut mendengar ucapan Prilly. Mendengar Prilly Memaafkan Cal, baginya berarti Cal dan Prilly akan selalu bersama. Tak terpisahkan meskipun dengan kehadiran janin yang dikandungnya.
"Noo, jangan Cia," Prilly mengibaskan tangannya, "tetap pertahankan bayi kalian," lanjutnya dengan suara yanh dibuat sangat tegar.
"Tapi, Pril ... " Cia menggeleng tak paham. Bagaimana mempertahankan kalau tidak ada yang bertanggung jawab. Tak mungkin bayinya lahir tanpa ayah.
"lebih baik kalian... me...nikah saja!" Suaranya terbata memperjelas maksudnya.
Tidak mudah mengatakannya. Hancur rasanya ketika ia harus mengikhlaskan kejadian tak disengaja yang harus membuatnya tanpa pikir panjang mengambil keputusan melepaskan Cal. Dan yang ia tak habis pikir, kalau sudah berbuat dengan perempuan lain, untuk apa Cal membawanya jauh-jauh kerumah orangtuanya?
"Prilly!"
Prilly berlalu dari tempat yang membuatnya mati rasa sesaat lalu. Tak dihiraukannya panggilan Cal. Keputusannya sudah bulat. Ia takkan mungkin dengan egoisnya menyuruh Cia menggugurkan kandungannya. Dan iapun tak sanggup jika harus tetap bersama Cal sementara Cal menikahi perempuan lain. Imposible!
Sudut matanya menangkap bayangan Ali disudut ruangan. Airmata yang selalu saja bisa ditahannya ketika dihadapan Cal, tak pernah terbendung jika ia melihat sosok Ali. Apalagi seperti diremote Ali menghampiri lalu merengkuh bahu dan menarik tubuhnya yang lemas. Dekapannya selalu saja menjadi tempat teraman lalu ia pasrahkan tubuhnya diseret keluar dari ruangan panas itu.
"Gara-gara akuuu, dia mencari perhatian pada yang lain...." Prilly terisak.
"Aku nggak bisa jaga hatinyaa!" Pekiknya tak tertahan.
"Aku yang salah karna aku nggak bikin dia nyaman sama-sama aku!"
Ali sudah tak tahu apa yang harus ia katakan pada Prilly yang saat itu menangis disampingnya begitu didorong dan masuk kedalam mobil. Hanya meraih kepala dan menenggelamkannya kedalam dekapan seperti yang lalu-lalu jika Prilly sedang mencurahkan isi hatinya yang bisa Ali lakukan. Isakan yang berat mengguncang tubuh dalam dekapnya. Mengatakan apapun takkan bisa dicerna dengan baik. Hanya mendengarkan yang ia lakukan agar Prilly merasa lega dengan kesesakan yang Ali tahu sangat berat buatnya sekarang. Bahkan Alipun merasa bersalah karna sebulan lebih itu adalah saat dimana Prilly dan Cal selalu bertengkar gara-gara Caca.
"Maafkan aku dan Caca ya..." Ali berkata mengeratkan dekapannya pada wajah Prilly yang tenggelam membasahi kemejanya.
"Sama sekali bukan salah aa dan Caca, salahnya iman Cal berada didengkulll....!" Prilly makin menangis mengingat bagaimana Cal minum dan mabuk lalu lupa segalanya. Saat dua orang mahluk hidup sedang kehilangan kesadaran dan iman yang terpinggirkan, terjadilah kemaksiatan. Prilly meremas kemeja Ali terbayang bagaimana Cal mampu menggerayangi wanita lain padahal ia memiliki komitmen dengannya.
"Mama nangis? Udah ma, jangan nangis lagi, ada Caca sama papa yang akan ada dekat mama..."
Prilly mendongakkan wajah menatap Ali yang menunduk sambil berkata seolah Caca yang mengatakannya. Lamunannya tentang Cal buyar sudah. Lamunan yang tak henti selama dua minggu ini terngiang saat ia sendirian. Lebih tepatnya menyendiri.
"Makasih, a!"
"Makasihnya sama Caca..."
"Tapikan aa yang inisiatif nyenengin aku, Caca cuma buat alat."
"Ya makasih karna ada Caca yang bisa jadi media buat nenangin kamu!"
Ali berkata sambil mencium kepala Caca yang ada dipangkuannya. Sementara Caca sedang bergerak dan bermain dengan tangannya sendiri. Sesekali Caca menjilat lengan Ali yang melingkar diperutnya.
"Sini Ca, mama gendong, ihh ileran ya Ca...." Prilly menghapus air yang menetes dari mulut Caca yang sedang memasukkan tangan mungilnya kemulut dengan suara gumaman yang tak jelas.
"Iya, Caca suka masukin tangannya kemulut, mainannya tangannya sendiri!"
"Main-main sama jarinya ya Ca, uhhg pinternya anak mamaa..."
Prilly mengangkat tubuh Caca dan Caca melonjak-lonjakkan kakinya ketika Prilly mencium pipi balonnya.
"Nanti papa belikan mainan kerincingan gitu pa, buat dia pegang atau mainan yang lembut gitu bila dipencet bunyi kayak bebek-bebekan karet!" Ucap Prilly sambil melepaskan tangan Caca dari mulutnya tapi Caca kembali memasukkan tangannya dengan lidah yang menjulur.
"Nanti kita ketoko mainan yuk, mood jalan keluar gak?"
Selalu saja Ali mempertanyakan mood Prilly jika ia mengajak jalan keluar.
Prilly menatapnya. Sebenarnya moodnya selama dua minggu ini memang agak drop. Tapi kalau dibiarkan terus seperti itu nanti akan kelihatan susah move on.
"Nonton mau nggak?" Ali menawarkan alternatif lain untuk menghibur Prilly.
"Nonton apa?"
"Film horor aja ya!"
"Hah, horor?" Prilly melebarkan matanya. Kenapa diajak nonton film horor?
"Takut?"
"Enggak. Lebih hororan pacar ngehamilin oranglain kali, a, daripada film horor!"
Hampir saja tawa Ali meledak. Tapi takut kesannya jadi meledek. Padahal Prilly nya sendiri seakan meolok dirinya dan terkekeh sendiri.
"Benerkan a, kalau nonton film horor paling kita dikagetin hantu-hantuan, kalau pacar aku ngagetin dengan ngehamilin orang beneran!"
Ali meraih kepala Prilly dan mengacaknya sambil tertawa. Karna Prillynya sendiri tertawa sambil menutup mulutnya.
"Kalau nonton, Cacanya dicancel aja ikutan!" Mama Prilly memberi saran sambil mendekati mereka dan mengambil Caca dari gendongan Prilly.
"Kan mau nyenengin Caca juga, ma..." kata Prilly sambil berdiri saat Caca berpindah tangan.
"Lagi juga nontonnya horor nanti Caca malah ganggu didalam bioskop!" Kata mama Prilly lagi.
"Sengaja, ma, Ali mau ngajakin nonton film horor yang sedang diperbincangkan orang saat ini, katanya efek mengagetkannya bikin spot jantung yang nonton, biar jantungnya ii tetap kuat karna senam dengan nonton film itu!"
"Jantung aku udah sangat kuat a, tapi jadi penasaran sama filmnya, sequelkan!"
"Sequelnya berhasil, sampai ada yang nonton 10 kali..."
"Hah 10 kali?"
"Katanya atmosfer horornya terasa banget, efek-efeknya keren, bikin spot jantung sepanjang film, kayak nonton film luar, terlebih katanya minus pocong!" Ali menjelaskan opini penonton yang sudah menonton sepuluh kali yang sempat ia baca disebuah artikel harian.
"Lebih jantungan mana ya sama ditinggal pacar menghamili...?" Prilly bergumam sendiri.
"Huss, udah, yang bikin badmood jangan diingat-ingat lagi!" Ali mengingatkan. Ia tak ingin Prilly badmood karna terkenang dengan hal yang ia tahu akan cukup sulit bagi gadis itu melupakannya.
"Harusnya sih balas aja, kalau perlu duluin nikah!" Mama nyeletuk sambil berlalu membawa Caca. Entah serius atau hanya bergurau untuk mengalihkan suasana hati Prilly agar tak kembali drop karna mengingat Cal.
"Ya udah carikan yang mau nikahin aku segera, mah!"
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Banjarmasin, 14 April 2018
Taraaaaaa...
Double Update! ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top