sebelas

"maafkan aku.!" Cyrus mengusap wajahnya menyentuh leher si model yang tengah menangis karena bentakannya.
"Aku tidak seharusnya membentakmu."
Dia menarik si model yang hanya memakai bikini.
"Sungguh aku tidak marah padamu, ada masalah di pekerjaanku tapi aku melampiaskannya padamu.
Aku akan menebusnya, aku akan melakukan Apapun yang kau mau."
Cyrus masih membujuk si model yang terus menangis makin kuat, mengancam merusak Makeup yang dikerjakan hampir dua jam.
"Ayolah Sisi, kau tidak secegeng ini biasanya."

"Itu karena kau keterlaluan. Dari tadi apa yang aku lakukan salah di matamu.
Kau bicara keras, kasar dan membentakku.
Aku bisa menerima jika yang lain yang seperti ini, tapi kau. Kau tau aku berharap banyak padamu.
Atau apa karena itu kau membentakku, kau tidak suka aku menaruh hati padamu.!?"

Cyrus menarik napas panjang, menjatuhkan kamera yang dipegangnya, membiarkan mengantung di depan dadanya.
"Aku minta maaf, sungguh aku tidak marah atau membencimu.
Kau tau pekerjaku yang diberikan Arya, ada sedikit masalah. Padahal harusnya aku sudah memberikannya tapi Asistenku satu lagi yang menggantikan Ruli justru mengirim map yang salah.
Mau tidak mau aku tidak bisa memberikannya pada Arya, padahal tenggat waktunya hari ini.
Aku terpaksa minta maaf dan memohon agar dia mengerti dan memberi waktu sampai besok."

"Aku tau jawab Sisi, menarik diri dan mundur selangkah."
Senyumnya kembali lebar.
"Permintaan maaf di terima tapi kau harus menepati janjimu.
Kau harus mengajakku makan malam, dan menghabiskan malam ini denganku."
Sisi tidak akan menbuang kesempatan yang Cyrus Waffi berikan.
Si tampan itu yang akhir-akhir jadi cuek, bagaimanapun harus jadi miliknya.

Cyrus menghembuskan napas keras, melihat pada Ruli yang melengos membuang wajah tak mau tau dengan janjinya pada Sisi.
"Tentu saja, makan malam yang juga aku inginkan. Sudah lama kita tidak bersenang-senang."
Yah terutama seks.
Cyrus takut sebentar lagi alat kelamin kebanggaannya akan rusak atau lumpuh karena sudah lama tidak digunakan sesuai fungsinya, tangannya juga sudah lelah sedangkan  nafsunya makin hari makin kuat saja.
Mudah-mudahan Sisi bisa membantunya.!

Suara suitan dan tepuk tangan terdengar, teman-teman Sisi tertawa dengan upaya wanita itu untuk mengajak Cyrus kencan.
Mereka semua mengincar si tampan tanpi mereka tau laki-laki playboy tengik itu yang tidak mau berkomitmen, jadi mereka bersaing secara adil, harap-harap akhirnya Cyrus memilih salah satu diantara mereka untuk menjadi nyonya Waffi.

Pemotretan kembali dilanjutkan, Cyrus terus bekerja memilih melewatkan makan siang karena dia harus menyelesaikan semuanya hari ini, karena besok akibat kecerobohan Hasika dia harus menghadap si sok Arya dan memberikan semua potret yang diambilnya di dusun, dia harus menunggu dan melihat foto mana saja yang akan dipilih Arya.

"Makanlah.!"
Ruli melempar sebungkus Roti pada Cyrus saat laki-laki itu sedang mengamati hasil fotonya.
"Sobek bungkusnya, gigit, kunyah dan telan. Tidak akan makan waktu lima menit."

Cyrus melakukan apa yang Ruli suruh, menerima botol mineral yang disodorkan padanya.

"Aku minta maaf.!" Desah Ruli.

"Untuk apa.?" Kening Cyrus berkerut.

"Mungkin harusnya aku menjelaskan hardisk apa yang aku mau pada Hasika.
Aku hanya berpikir dia pasti tau, tapi ternyata aku menilainya terlalu tinggi."
Ruli mengusap wajahnya.
"Wanita itu dari pedalaman, secerdas apapun dia, harusnya kita tau dia pasti punya batasnya."
Dia menatap Cyrus yang diam saja.
"Aku tau kau tak bosan mengajarkannya tapi sama saja mengajarkan monyet, otak mereka tidak sepintar kita.
Setiap kali dia bukannya membantu tapi mengacaukan, kau lihat berapa kali aku harus mengulang semuanya.
Dia hanya mengerti apa yang kau katakan."

Wajah Cyrus memerah, dia tidak suka mendengar hinaan Ruli untuk Hasika.
"Jangan samakan Hasika dengan binatang.
Dia bukan orang pedalaman barbar.
Dia sangat pintar dan luar biasa." Geramnya, memperhatikan sekeliling tidak mau ada yang mendengar pembicaraan mereka karena Hasika masih rahasia terbesar dalam hidupnya.

"Kau selalu membelanya. Kau selalu melakukan semua untuknya.
Dia tidak pernah salah."
Bentak Ruli.
"Karena dia kita semua hampir mati. Karena dia juga Yudi berhenti dan kini aku kerepotan."

Cyrus terdiam saat ada yang mendekat.
Dia melihat pada Ruli.
"Kita bicara nanti saja."

"Tidak ada yang ingin kubicarakan denganmu. Besok jika semuanya beres dan kau masih tidak mencari asisten lain, aku akan berhenti."
Ancam Ruli membuat Cyrus terpaku.

"Kau bicara apa.?"
Desis Cyrus.

"Kau dengar apa yang aku katakan."
Ruli ikut mendesis.

"Aku tidak mencari asisten dan menempatkannya di apartemenku karena ada Hasika di sana.!"
Cyrus menunduk mendekatkan wajah pada Ruli.
"Aku tidak mau ada yang tau tentang Hasika.!"

Wajah Ruli merah padam.
"Kalau begitu Keluarkan wanita itu dari hidupmu.
Kau bilang dia pintar, jadi dia pasti bisa hidup di luar sana.
Sudah cukup kau menolongnya, dia bukan tanggungjawabmu.
Kau tidak terikat apapun dengannya."

Cyrus terdiam, akhir-akhir ini tidak pernah terpikir olehnya tentang kemungkinan Hasika keluar dari hidupnya.
Dia memang menjaga jarak dengan Hasika semenjak malam itu tanpa sengaja menunjukkan gairahnya.
Dan Hasika juga terlihat malu dan gugup saat bersamanya.
Dia tidak tau apa yang Hasika pikiran tapi dia tau apa yang dia pikirkan.
Matanya terus mengikuti Hasika, benaknya selalu menampilkan bayangan Hasika yang baru sebulan lebih muncul dalam hidupnya.
Dan tubuhnya, yah tubuhnya yang brengsek sangat ingin kembali merasakan tubuh wanita itu.

"Semua keputusan ada ditanganmu. Kau pilih aku, pekerjaanmu atau perempuan itu yang sudah mengacaukan segalanya."
Ruli berbalik, berjalan selangkah lalu kembali melihat Cyrus.
"Aku minta maaf, tapi aku lakukan ini demi kebaikanmu tapi tetap baik buruk adalah pilihanmu.
Sekali lagi aku katakan padamu, perempuan itu tidak selugu yang kau pikirkan, dia tau kau peduli padanya dan dia memanfaatkan itu.
Dia tidak ingin mati tapi dia sengaja melompat di hadapanmu agar kau menolongnya.
Yudi sudah bilang dari awal tapi kau malah marah padanya, lihatlah tanpa Yudi Kita kalang kabut ditambah perempuan itu yang semakin mengacaukanmu."

Cyrus terpaku menatap punggung Ruli yang membelakanginya sibuk mengurus peralatan yang menjadi keahliannya.
Tiba-tiba dia merasa marah pada Hasika.
Hal yang tak mau Cyrus pikiran kembali muncul.
Apa yang Yudi katakan saat mereka diatas sampan meninggal Dusun, tentang Hasika yang sengaja menjebaknya.
Tapi saat itu Cyrus marah karena dia tau saat dia menolong Hasika, wanita benar-benar nyaris mati.
Lagipula Hasika tidak punya alasan yang tepat untuk membohonginya kan.?

"Cyrus ayo kita mulai, aku tidak mau terlambat dengan kencannya."
Sisi berteriak dari ujung studio.

Cyrus tertawa palsu lalu mengangguk.
"Aku datang" serunya yang berusaha membuang semua tentang Hasika dari pikirannya.
Mooi..
Tidak ada lagi Mooi yang semakin hilang lenyap seakan dia dan Hasika adalah dua orang yang berbeda.

***************************
(15112023) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top