satu
"Apa semuanya sudah lengkap.?"
Soha maju memperhatikan semua yang sudah disiapkan Cyrus.
Cyrus tersenyum.
"Sudah. Tapi tidak akan lengkap jika tidak ada bunda di sana."
Soha dengan dingin mendorong putranya yang selalu membuatnya cemas dengan kehidupan bebasnya.
"Berhentilah jadi playboy."
Ucapnya saat Draka mendengus mendengar rayuan Cyrus yang memuakan.
"Kalau tidak jadi playboy, aku bakal jadi sadboy. Perempuan itu paling suka melihat badboy.
Aku harus memakai topeng ini selalu agar aku mudah mendapatkan mereka.
Yang penting Bunda tau betapa baik dan tulusnya aku."
Soha memutar bola matanya.
"Ingat disana kau tidak bisa main-main. Desa terpencil seperti itu bukan tempat mencari hiburan yang kau sukai.
Bersenang-senanglah tapi jangan mencari masalah."
Cyrus tersenyum dan mengangguk, sambil memasukan perlengkapan foto ke dalam tas.
Dia senang dapat tawaran pekerjaan seperti ini.
Selain memotret bunda, Etacia atau para keponakannya, dia paling suka memotret alam.
Sayangnya dia lebih laku dipanggil untuk memfoto para wanita setengah telanjang yang tubuh mereka tidak seindah alam tapi entah kenapa membuat Cyrus selalu tertarik.
"Kalau aku mulai bosan, aku akan berhenti lalu membantu ayah dan Basil di kantor."
Cyrus tau keluarganya tidak ada yang percaya padanya, bahkan dia sendiri tidak percaya pada apa yang dikatakannya.
Bertemu orang yang sama, membicarakan hal yang sama dan memakai pakaian yang sama setiap harinya pasti lama lama akan membuatnya gila.
"Temukan wanita yang pas, setelahnya kau akan betah di rumah."
Omel Soha.
"Sebelum kau terkena penyakit kelamin, menikahlah."
"Aku selalu memakai pengaman. Aku orang yang bertanggungjawab atas diriku sendiri."
Cyrus misu-misu sendiri karena setelah Basil menikah, dirinya lah yang jadi target sang bunda selanjutnya.
Draka aman karena dia sudah punya kekasih.
"Suruh Draka atau Etacia saja yang menikah."
Sarannya tersenyum melihat adik bungsunya yang masih sekolah, membelalak kaget mendengar apa yang dikatakannya.
"Ayahmu akan menangis semalaman jika mendengar Etacia menyukai laki-laki lain. Hanya dia yang boleh dicintai etacia."
Soha memasukan beberapa toples berisi cemilan buatannya ke dalam tas Cyrus.
Cyrus memeluk soha, mencium bahu bundanya.
"Kunjungi aku ya. Jangan bawa si Rayyan Waffi."
Lalu tiba-tiba Cyrus mengaduh melepaskan Soha, memegang kepalanya yang baru saja menerima jentikan Rayyan Waffi.
Soha memeriksa kepala putranya, melotot pada suaminya.
"Dia hanya bercanda." Siaga membela putranya yang akan dimarahi.
"Aku tau.!" Rayyan mengangkat bahu lalu merangkul istrinya.
"Kalau dia serius aku pasti sudah membunuhnya."
Soha menarik napas panjang.
"Untunglah wajahmu tampan, kalau tidak orang akan bingung kenapa aku menikahi psikopat.
Rayyan melihat barang yang Cyrus bawa.
"Hanya ini, kenapa tidak bawa semua barangmu keluar dari rumah ini.?"
Tanyanya.
"Tega sekali ayah bicara seperti ini padaku."
Omel Cyrus yang menyusun barangnya jadi satu di dekat pintu.
"Entah kenapa kau selalu saja membuatku jengkel. Jika kau tidak lahir dengan Basil dan draka sekalian, aku pasti tidak akan percaya kau putraku."
Rayyan ikut membantu cyrus menyusun tas di dekat pintu.
"Apa.?" Cyrus mengangkat alis.
"Ayah pikir dengan bicara seperti ini aku akan marah lalu meninggalkan rumah ini hingga ayah bisa menguasai bunda sendirian.
Jangan mimpi.!"
Soha hanya menggeleng, balas memeluk Draka si putra kesayangan yang paling dimanja yang perlahan beranjak mendekatinya untuk mengklaim bahwa Soha adalah miliknya.
Dua orang itu bertengkar padahal pemenangnya sudah jelas berdiri memeluk Soha dan membawanya keluar dari kamar Cyrus menuju meja makan untuk sarapan.
Selesai sarapan jemputan yang Semuanya sudah diatur perusahaan yang memakai jasa Cyrus.
setelah memasukan semua keperluan dan berpamitan pada keluarganya, Cyrus berankat.!
Perjalanan yang panjang tapi sangat menyenangkan.
Setelah berjam-jam di pesawat lalu dijemput kendaraan naik turun bukit dan yang terakhir mereka naik sampan, menyusuri sungai panjang berarus deras selama berjam-jam barulah mereka sampai ke perkampungan yang masih sangat terjaga kelestariannya.
Mereka di sambut beberapa tetua kampung yang sudah tau akan maksud kedatangan Mereka ke sana.
"Anda bisa menghubungi kami jika butuh apapun, pakai telpon biasa karena tidak ada internet di sini."
Ucap si pemandu setelah mengantar Cyrus ke rumah warga yang di sewa untuk Cyrus dan dua orang asistennya tinggal sampai proyeknya selesai.
Para tetua juga memberikan beberapa petuah, setelah itu mereka bubar.
Rumah yang mereka tempati adalah rumah panggung yang berada di dekat hulu sungai dengan tanah berlumpur.
Rumah itu reot, hanya ada dua kamar yang satunya sudah pasti dijadikan sebagai ruang kerja dan kamar satunya harus dibagi antara mereka bertiga.
Yang paling sulit tidak ada listrik jadi mereka memakai genset dan membawa satu jerigen besar bahan bakar yang hanya akan dipakai jika benar-benar dibutuhkan.
Ruli dan Yudi kedua asistennya memilih tidur setelah lelah akibat perjalanan panjang yang hampir seharian lalu harus beres-beres setelah sampai.
tapi Cyrus begitu bersemangat untuk menjelajah setiap sudut kampung dengan pemandangan luar biasa.
Setelah mengenakan jaket, Cyrus menyambar kameranya, menggantungkan ke lehernya lalu keluar dari rumah yang tidak punya tetangga di kanan kirinya, berarti perkampungan harus masuk ke dalam.
Jangung Cyrus berdebar kencang, seperti remaja yang sedang jatuh cinta saat melihat pemandangan alam yang masih alami dan sebagus ini.
Cyrus tidak berhenti memotret, matanya terus fokus pada lensa bidiknya, tangannya dengan cekatan mengatur kameranya agar hasil yang didapatnya memuaskan.
Cyrus rasa dia bisa mengerjakan semuanya dalam satu minggu tapi sungguh dia tidak keberatan tinggal di tempat ini setahun kalau saja dia tidak akan merasa rindu pada keluarganya.
Dia akan bilang pada ayahnya atau Basil agar membangun penginapan, menjadikan kampung ini sebagai destinasi wisata untuk orang-orang kaya yang ingin petualangan.
Cyrus terus berjalan lalu memanjat ke atas tebing, ingin melihat apa yang ada di sana.
Woow..!
Tidak salah perkampungan ini dipilih.
Pemandangan yang luar biasa.
Seluruh keajaiban alam dirangkai dalam satu frame.
Arya salah satu direksi perusahaan mengusulkan tempat ini dimana awalnya alis Cyrus menyatu mendengarnya karena dia belum pernah mendengar nama kampung ini.
Sungguh Cyrus kagum dengan wawasan Arya luar biasa.
Cyrus mengarahkan kameranya ke segala arah, jarinya tidak berhenti menekan tombol.
Dia terdiam saat kameranya
Menangkap sosok wanita yang berdiri di ujung tebing dengan rambut panjang melambai tertiup angin.
Tanpa Sadar Cyrus mulai memotret dalam berbagai sudut, menangkap setiap gerakan wanita itu yang jadi pose luar biasa.
Mungkin akhirnya wanita itu menyadari kehadiran Cyrus, dia berbalik menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Cyrus tanpa malu kembali mengambil potret wanita itu yang berlatar Sunset saat dia berbalik berjalan mendekati Cyrus yang berdebar kesenangan mendapatkankan model gratis yang jauh lebih mempesona dibandingkan para model profesional yang tak jauh beda dengan robot.
"Kau tamu dari kota itu yang disambut langsung oleh para tetua.?"
Bukan hanya layak jadi model, wanita ini dengan pakai yang sangat sederhana dan ketinggalan jaman, juga layak jadi seorang penyanyi berkat suaranya yang merdu.
Cyrus senang karena awalnya dia pikir wanita ini hanya tau bahasa kampung, dengan begini dia bisa bicara dan membujuk agar wanita ini mau jadi modelnya.
"Ya itu aku. Namaku Cyrus.!"
Perkenalan itu wajib harus terlihat ramah dan menyenangkan.
Wanita itu tidak menjabat tangan Cyrus.
"Saat datang ke satu daerah yang asing, harusnya kau mempelajari budaya mereka."
Wajahnya datar saja.
Cyrus tertawa.
"Aku datang untuk memotret bukan untuk menulis atau mencari ilmu.
Prinsipku, selama aku tidak Melaka hal yang salah aku pasti aman dan baik-baik saja.
Perempuan itu mengangguk.
"Orang kota sangat luar biasa.!" Terlihat matanya mulai berbinar.
"Kau pasti sangat berani."
Cyrus mengangkat alis.
"Selama aku tidak berbuat salah. Aku tidak takut."
Tiba-tiba perempuan itu tersenyum.
"Senang melihatmu Cyrus. Kau datang di saat yang tepat.
Pasti Tuhan yang mengirimmu ke sini."
Cyrus menggeleng.
"Aku datang karena pekerjaanku.
Aku dibayar untuk datang ke sini."
Cyrus menujuk kameranya.
"Aku memotret tempat ini, setelah aku selesai aku akan pergi dari sini, tidak kembali lagi jika tidak terpaksa. Jadi tidak ada yang perlu dipelajari."
"Aku tau, semua juga tau itu Kamera. Aku bukan orang purba. Disini kami punya sekolah.
Kami hanya belum tersentuh kemajuan jaman tapi otak kami berkembang layaknya manusia modern."
Cyrus tersenyum.
"Aku tudak mengatakan apa-apa tapi kau sudah menyerangku."
Perempuan itu tersenyum.
"Setiap sore aku selalu berada di sini, sendirian."
Lalu dia berlalu meninggalkan Cyrus yang kebingungan tidak mengerti dengan sikap si perempuan.
***************************
(27092023) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top