dua

Ini adalah pekerja paling menantang, memacu adrenalin tapi sangat menyenangkan yang dilakukannya semenjak dia berkecimpung di dunia photography.
Desa terpencil itu lebih eksotis dibanding para model yang berlenggak lenggok di atas catwalk.
Wajah perkampungan lebih indah dari para wajah model yang bak robot tanpa ekspresi yang terasa mulai membosankan baginya.
Kalau saja dia tidak menderita sedikit mother complex, cyrus tidak akan ragu bertualang keliling dunia, menghabiskan hidupnya untuk mencari tempat yang belum tersentuh kemajuan jaman, mengabadikan dengan kamera sebelum hilang digilas roda jaman.

"Cyrus.!"

Cyrus sudah tau siapa yang memanggilnya tanpa menoleh, dia pura-pura sibuk memotret meski sebenarnya bibirnya tersenyum mendengar suara langkah di gadis dusun yang sampai sekarang tidak mau memberitahu siapa namanya hingga Cyrus memberi nama sendiri memanggilnya Mooi yang dalam bahasa belanda bermakna cantik.
Tapi pada perempuan itu Cyrus bilang artinya adalah gila.
Sudah seminggu ini, diwaktu dan tempat yang sama mereka terus bertemu dengan Mooi menunjukkan semua kerandomannya yang membuat Cyrua hanya bisa melongo.

Mooi lugu, ceria dan cerewet tanpa kepalsuan yang membuatnya nyaman berada di dekat perempuan itu yang punya rasa ingin tau tinggi.
Cyrus yakin jika gadis ini tidak terperam di kampung terpencil seperti ini, pasti dia akan jadi orang hebat sebab dia sangat pintar.

"Katakan padaku apa cita-citamu.?"
Cyrus mengarahkan kameranya pada Mooi yang tersenyum.

"Aku tidak tau apa itu cita-cita. Bukan Aku tidak mengerti maksudmu tapi lihatlah dari mana aku berasal, tidak ada gunanya membahas cita-cita."

Cyrus mengangkat bahu.
"Jadi selain menikah dan punya anak, tidak ada lagi yang bisa kau lakukan."
Tiba-tiba satu pertanyaan melintas dibenaknya.
"Atau jangan-jangan sebenar kau sudah menikah.?"

Mooi tersenyum lalu menggeleng.
"Tidak aku belum menikah. Wanita yang sudah menikah tidak akan bisa keluar dari rumah di hari sesore ini.
Mereka harusnya sudah mandi, selesai masak dan duduk manis menunggu suami sambil memangku anak atau mencari kutu mereka."

"Berapa umurmu.?" Tanya Cyrus dengan kening berkerut mempermainkan wanita itu dari atas kebawah lalu dari bawah ke atas lagi.

"Aku sepuluh tahun lebih muda darimu.!"

Kening Cyrus berkerut mendengar jawaban gadis itu.
"Darimana kau tau umurku.?"
Tanya Cyrus tak senang.
"Lagipula kau tak terlihat semuda itu."

Mooi tersenyum.
"Aku mencuci baju ku di sungai. Aku membersihkan rumah dengan kedua tanganku. Aku pergi ke ladang setiap hari sebelum matahari terbit, hingga matahari tepat berada di atas kepalaku.
Aku hanya punya satu bedak dan lipstick yang harus kuhemat memakainya tapi jadi boros setelah kau datang ke sini."

Senyum Cyrus miring.
"Jadi kau memakai bedak dan lipstick setiap kali mau menemuiku.?"

Mooi tersenyum.
"Aku mungkin tidak secantik gadis kota, tapi aku juga tidak mau terlihat jelek Dimatamu."

Cyrus mengangkat bahu.
"Aku fotografer, aku bertemu wanita yang berbeda. Aku melihat keunikan di masing-masing mereka.
Setiap perempuan itu cantik dimata orang yang tepat."
Dia diam menatap Mooi.
"Apa kau benar manusia.?"

Tawa Mooi meledak.
"Kau takut aku hantu.?"

"Yah kita selalu bertemu menjelang matahari terbenam.
Kau tidak pernah mengatakan siapa namamu dan di mana kau tinggal.
Kau aneh sekali."
Cyrus kembali memotret.

"Sudah kukatakan, kenapa kau tidak mempelajari kebiasaan masyarakat setempat dulu, sebelum berkunjung."
Mooi mengikuti langkah Cyrus, melihat matahari yang makin tenggelam.

"Sudah terlambat. Beberapa hari lagi aku akan meninggalkan tempat ini.
Aku akan menjelajah tempat lain.
Nanti akan kucoba mengikuti saranmu."

"Jadi kau akan pergi.?"
Dia melihat punggung Cyrus yang tinggi dan lebar.
"Dan tidak akan kembali lagi.?"

Cyrus berbalik melihat Mooi
"Tidak jika tidak ada pekerjaannya."

"Jadi kita tidak akan bertemu lagi.?!"

"Siapa yang tau." Jawab Cyrus kembali berbalik membelakangi Mooi.

"Namaku Hasika.!"

Cyrus langsung berbalik saat mendengarkan apa yang Mooi katakan.

"Umurku dua puluh tahun dan aku akan menikah.!"

"Menikah.!?" Ulang Cyrus.
"Dengan siapa.?"

"Kau akan tau karena kau akan hadir di pernikahanku nanti."

"Mooi... maksudku Hasika, tunggu dulu.!"
Cyrus merenggut lengan gadis itu yang tiba-tiba saja sudah berbalik dan pasti akan meninggalkannya.
"Kapan kau akan menikah.?" Geramnya yang selama seminggu lebih pertemanan mereka tidak pernah membahas hal pribadi seperti hari ini, lalu tiba-tiba saja perempuan ini bicara hal tak masuk akal.
"Aku akan pergi dalam beberapa hari lagi, aku tidak akan hadir di hari pernikahanmu.
Aku bahkan tidak tau di mana rumahmu.!"

Ada peraturan yang melarang Cyrus masuk ke bagian dalam perkampungan.
Mereka tidak mau disorot.
Bagi mereka orang asing tidak bisa dipercaya.
Bahkan selain beberapa tetua dan Hasika, cyrus tidak pernah bertemu atau melihat siapapun.
Bahkan saat salah satu asistennya berenang di sungai dan hampir memasuki kawasan pemukiman, dia langsung diusir di suruh balik arah.

"Aku akan menikah sebelum kau pergi. Kau tidak mungkin tidak hadir."
Hasika tertawa, melepas lengannya lalu berlari meninggalkan Cyrus yang merasa kesal tanpa tau sebabnya.
Cyrus mencoba memotret cahaya jingga yang dipancarkan oleh sang matahari yang akan naik ke peraduannya tapi tidak ada satupun gambar yang memuaskan hatinya.
Sial mungkin dia mulai jenuh.
Belum lagi para penduduknya yang sok misterius, mengucilkan para pendatang sepertinya.
Dan yang terpenting sekali dia rindu pada bunda, pada Etacia dan para keponakannya yang polos dan lucu.

Dia mengemasi barang-barangnya, kembali ke pondok yang menjadi tempat tinggalnya hampir seminggu ini.
Cyrus menginjak anak tangga satu persatu, berdiri dianak tangga yang teratas, memperhatikan air sungai yang mengalir deras
Saat akhirnya dia masuk ke dalam pondok, terlihat Ruli dan Yudi fokus pada pekerja mereka, menyempurnakan pekerjaan Cyrus.

"Apa kalian sudah makan.?"

Mereka menarik napas dan menjauh dari depan layar yang menyala terang dalam ruangan yang mulai gelap.
"Makanan instan lagi." Keluh mereka.
"Aku tidak tau bakal terisolasi di sini. Kalau tau aku pasti dengan senang hati bergantian dengan Raka, padahal dia yang minta ikut kenapa kau memilihku yang ikut." Keluh  Ruli.

Cyrus tertawa.
"Karena aku butuh hiburan.
Raka terlalu serius dan maniak kerja.
Aku butuh kalian berdua untuk menghilang rasa suntuk."

"Kami bukan badut." Kesal Yudi.

Cyrus terus berjalan, membuka kota bekal yang isinya hanya makanan kaleng dan instan.
Dia mengeluarkan satu kaleng sup jamur.
Menyalakan kompor, menyiapkan makan malamnya.
"Aku rindu ibuku." Desahnya.

Yudi dan Ruli tertawa.
"Kenapa. Apa kau tidur dikeloni.?!"

"Yah terkadang masih." Jawabnya cuek.
Bersikap manja dan mencintai ibumu bukanlah hal memalukan.
"Saat aku sakit atau punya banyak masalah, aku tidak malu minta dipeluk atau minta ditemani hingga aku tertidur."

"Wah para wanita itu harus tau kalau standarmu tinggi sekali. Siapa yang tidak tau Soha Waffi yang cantik memukau.
Sayang sekali para wanita itu hanya hiburan saja."
Ruli membuat mimik sedih.
"Ternyata si playboy ini aslinya adalah mommy boy."

Cyrus mulai menyantap makan malamnya yang sudah siap, duduk di sebalah Ruli memperhatikan hasil kerja laki-laki yang menurutnya terbaik dibidang ini.
"Aku akan menghubungi si pemandu, bilang padanya agar menjemput kita kamis pagi."
Dia melihat Ruli.
"Biasakan.?" Tanyanya meminta pendapat terakhir sebelum mengeluarkan ponsel jadul yang cukup besar dari balik saku celananya.

Ruli dan Yudi mengangguk.
"Sekarang selasa, kami rasa besok semua sudah beres."
Mereka merebahkan badan ke lantai.
"Akhirnya kembali ke kota yang ramai dan ramah."
Seru mereka kompak.

"Pada gadis-gadis yang dengan senang hati menghibur kita yang sudah lelah ini Bukannya para Pocahontas yang justru memusuhi dan mengusir kita saat tersesat."
Ketus Ruli yang masih sakit hati karena diperlakukan kasar karena salah berenang.

Cyrus terdiam.
Saat Ruli menyebutnya, dia baru ingat para perempuan yang yang sengaja diabaikan dan dihindarinya saat datang ke sini.
Dia tidak pernah memikirkan tentang bersenang-senang, menaklukkan wanita dan membawanya naik ke atas ranjangnya.
Apa dia sudah berubah jadi Petapa.?!

***************************
(09102023) PYK





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top