delapan
Perjalan panjang, basah dan sunyi.!
Dengan tau diri Hasika menjaga jarak dari Cyrus dan kedua asistennya yang sepertinya sedang berdebat dan menjadikan Hasika sebagai Topiknya.
Hasika tetap melihat ke depan, pada masa depannya yanb tak pasti.
Dia mulai ketakutan, bagaimana jika semua rencananya gagal.
Bagaimana jika ternyata Kiran baik-baik saja dan terganggu dengan kedatangannya.
Tapi dibalik itu semua, yang pertama sekali harus dipikirkannya bagaimana dia harus memulai hidup ditempat yang baru tanpa bekal apapun.
Matanya teralihkan pada Cyrus yang terlihat jengkel pada kedua asistennya yang tak segan menunjuk-nunjuk ke arah Hasika.
Hasika tau Cyrus laki-laki baik meski pria itu mesum.
Tepi selalu ada yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuannya lagi pula Hasika tidak merasa terluka, terhina atau terpaksa karena baginya Cyrus adalah suaminya, upacara yang diadakan di dusun sudah mengukuhkan statusnya meski dia tau Cyrus tidak menganggap serius hal tersebut.
Nah itulah yang Hasika takutkan, bagaimana kalau ternyata Cyrus tidak mau tau dan langsung lepas tangan terhadap Hasika begitu mereka sampai di tujuan.?
Dimana dia harus memulai mencari Kiran.?
Jalan satu-satunya hanya Arya tapi dimana dia bisa mencari Arya.?
Sama saja, hanya ada tembok tinggi yang belum apa-apa sudah membuatnya merasa putus asa.
Matahari tepat diatas kepala mereka saat akhirnya sampan bermesin itu menepi dan mereka semua turun, melanjutkan perjalanan dengan mobil melewati jalanan yang belum tersentuh peradaban.
Hasika merasa mual dan pusing, perutnya perih kelaparan tapi dia terus pura-pura tertidur mendengarkan perdebatan Cyrus dengan kedua asistennya yang akhirnya berujung pada pengunduran diri Yudi yang diterima Cyrus begitu saja tanpa usaha untuk mencegahnya, membuat perdebatan mereka usai dan hanya ada keheningan sampai akhirnya kendaraan berhenti dan Cyrus membangunkan dirinya yang pura-pura tidur.
Hasika membuka matanya melihat mereka ada di lapangan besar yang lumayan ramai.
"Kita di mana.?" Tanyanya memperhatikan sekeliling.
"Agen perjalanan.!, kita akan pindah mobil lain.
Menuju bandara.
Tapi sebelum itu makan dulu, kau pasti laparkan."
Cyrus membantu Hasika keluar dari mobil dia tau perempuan itu kebingungan melihat peradaban yang berbeda lumayan jauh dari dusun terpencil terisolasi.
Cyrus salut karena Hasika berusaha keras terlihat normal seperti orang pada umumnya, wanita itu tidak mengedarkan pandangan ke segala arah, tidak seperti monyet baru lepas dari kandang.
"Kau mau makan apa.?" Tanya Cyrus pada Hasika saat mereka sampai di warung makan sederhana yang aroma sop nya membuat Cyrus menelan ludah.
Hasika menatap Cyrus.
"Pesan apa yang kau tau enak. Aku akan menghabiskannya.!"
Cyrus tertawa, menarik perhatian pengunjung lain pada mereka.
Hasika tau Cyrus luar biasa tampan dan gagah tapi apakah sopan bagi seorang perempuan untuk menatap laki-laki seterang-terangaan itu.?
Lagipula cyrus sedang bersamanya, seharusnya mereka tidak berbisik-bisik dan menatap sinis padanya.
Tapi apa yang Mereka tau.
Kalau dilihat, saat ini dia seperti perempuan kampung gelandangan yang sedang diberi makan oleh tuan tampan yang baik hati.
"Aku tau kau pasti sangat lapar, begitu juga dengan aku. Jadi aku akan pesan banyak, jadi mari kita makan dengan lahap karena perjalanan masih panjang."
Kata Cyrus yang mulai memperhatikan menu, melihat apa saja yang akan dipesannya, tau Hasika terus Mengantinya dengan berbagai pikiran, entah apa itu.
Cyrus memanggil pelayan, menyebutkan apa saja yang dia mau, meminta agar pesanannya cepat dihidangkan karena dia sangat lapar.
"Apa mereka berdua membenciku.?"
Hasika Mengalihkan Pandanga pada dua asisten Cyrus yang duduk tak jauh dari meja mereka.
"Mereka hanya marah, tidak benci. Itu wajar. Mereka pasti masih shock."
Cyrus menyandarkan punggungnya, melipat tangan di dada.
"Jangan pikirkan, lupakan saja apa yang sudah terjadi."
"Lalu kau, apa kau tidak membenciku."
Hasika menangkap maksud ucapan Cyrus, dia tau laki-laki ini sebenarnya tidak nyaman tapi merasa bertanggungjawab.
"Tidak perlu membahas ini sekarang. Nanti saja setelah sampai. Kita pikirkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya."
Hasika menarik napas panjang.
"Aku tidak akan kecewa jika kau membenciku karena aku tau aku memang bersalah.
Aku akan melakukan apapun asalkan kau mau memaafkan aku."
"Aku baru ingat."
Cyrus berdiri.
"Tunggulah, ada yang harus aku bicarakan dengan Ruli"
Dia beranjak meninggalkan Hasika sendirian, menatap punggunya, tidak melepaskan pandangan darinya yang duduk bergabung dengan Kedua asistennya.
Hasika Mengalihkan tatapannya dari Cyrus saat pesanan laki-laki itu sampai dan dihidangkan di hadapannya.
Meski tak tau apa saja nama yang terhidang, tapi Hasika tau semua bahannya, dia tidak ragu untuk mencicipinya saat wangi makanan tersebut mengelitik perutnya dan membuat perutnya berbunyi tanpa henti.
Dia tidak menunggu Cyrus, laki-laki itu punya mata dia pasti melihat makanan sudah sampai, dia bisa berjalan dan kembali duduk di sini di depan Hasika tapi kalau tidak mau ya sudah, Hasika rasa dia bisa menghabiskan semua makanan ini sendirian.
Enak.! semuanya luar bisa, lidahnya kaget dengan semua bumbu dan perpaduannya yang nikmat.
"Apa semua makanan di dunia ini seenak ini.?"
Tanya Hasika tanpa menoleh pada Cyrus yang sudah kembali dan duduk di depannya.
Cyrus meraih satu piring Seafood dengan saus berwarna merah, mulai makan dengan nasi yang merupakan menu wajib baginya.
"Ada banyak yang jauh lebih enak dari ini.
Semuanya tentang uang, jika kau punya banyak kau pasti bisa mencicipi semuanya."
"Apa kau kaya.?"
Hasika baru melihat Cyrus kembali, memperhatikan laki-laki itu dengan seksama.
"Selain karena wajahku yang perfect, para wanita tertarik padaku karena melihat dan menilai apa yang aku pakai. Mereka tau semua yang melekat di tubuh indahku ini punya harga selangit yang artinya aku pasti sangat kaya."
Cyrus harus kecewa karena Hasika tidak terlihat kagum.
"Aku bukan hanya kaya tapi sangat kaya."
Dia mengangkat bahu.
"Lebih tepatnya yang kaya itu orantuaku dan kembaranku.!"
"Kembaran.?!" Ulang Hasika baru terlihat kagum.
"Yah, selain aku masih ada Basil dan Draka. Tapi sebelum kami ada kak Arkaan dan setelahnya ada si manis Etacia."
Dari binar mata Cyrus, Hasika tau betapa laki-laki menyayangi keluarganya.
"Ceritakan padaku tentang keluargamu."
Pinta Hasika semakin lahat menyantap makanannya sambil mendengarkan Cyrus yang begitu senang memaparkan tentang orangtua, saudara dan kehidupan mereka.
"Dokter Arkaan pasti yang paling tampan.!"
Selanya saat Cyrus menceritakan tentang kakaknya itu.
Kening Cyrus berkerut.
"Aku lah yang paling tampan." Sanggahnya tanpa malu.
"Aku ini idolanya para gadis."
Hasika tersenyum.
"Aku tidak tau bagaimana kehidupan dunia luar.
Tapi dulu ada sekelompok mahasiswa yang datang ke dusun, mereka diterima dengan baik, berbaur dengan kami, mengajarkan penduduk baca tulis.
Menceritakan tentang dunia luar padaku, menjawab dan memberitahu semua yang membuatku penasaran.
Aku seakan sudah tau kehidupan dunia luar, aku membayangkan berbagai hal tapi tetap saja ini berbeda.
Lalu ada masalah besar yang diperbuat oleh salah satu mahasiswa, merusak tatanan yang sudah ditetapkan, semenjak itu tetua melarang orang luar masuk ke batas yang sudah ditetapkan.
Kami semakin terisolasi dan mundur.!"
Desah Hasika memperhatikan sekeliling, tanpa Sangaja bertemu pandang dengan Ruli yang langsung melengos marah.
Tidak mau merasa sedih, Hasika menatap Cyrus lalu tersenyum.
"Andai aku mampu, aku ingin sekali jadi dokter dan apapun yang kau katakan, aku sudah menetapkan kalau kak Arkaan lah yang paling hebat."
Dengan mulut penuh Cyrus menjawab.
"Itu tidak adil tapi aku tidak akan lebih sakit jika kau memilih antara Basil dan Draka. Jadi aku tidak akan membantah."
"Apa aku boleh bertemu mereka.?"
Pancing Hasika yang langsung pura-pura tertawa saat melihat Cyrus terdiam canggung.
"Aku hanya bercanda. Aku tau kok batasanku.
Aku tidak akan membuatmu semakin repot."
Hasika mengatupkan bibirnya, mengangguk beberapa kali.
"Aku janji, aku tidak akan menyusahkanmu. Kau sudah banyak membantuku."
Cyrus minum, nyaris menghabiskan isi gelasnya.
"Aku sudah memikirkan semuanya tapi kita bahas kalau kita sudah sampai ditempatku."
"Tentu, tentu saja.!" Jawab Hasika pura-pura tersenyum ceria.
"Jangan sia-sia kan makanannya, ayo kita lihat siapa yang makan paling banyak."
Cyrus menatap Hasika, tidak tertipu dengan senyum wanita itu.
Dia tau Hasika takut dan cemas dengan semua yang baru ini tapi Cyrus sendiri juga punya jalan hidup yang dipilihnya, dia tidak berniat merubah hidupnya saat ini untuk itu dia akan memikirkan dan memutuskan jalan keluar yang terbaik nantinya.
***************************
(07112023) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top