🦊 Prolog 🦊

Prolog

🍁🍁🍁🍁🍁🦊🦊🦊🍁🍁🍁🍁🍁


"Kita putus!"

"Oke. Kita putus!" Hawa kebencian menyelimuti dua orang yang baru saja mengumandangkan kata putus di antara mereka. Pertanda berakhirnya sebuah hubungan. Kabar pun cepat menyebar.

"Ali dan Shisi putus."

"Ali dan Shisi putus?"

"Ali dan Shisi putus."

"Ali dan Shisi putus?"

"Ha? Ali sama Shisi putus?"

Pernyataan dan pertanyaan saling terlempar dari berbagai murid di SMA Atmadaya I. Kabar berpisahnya best couple ketos dan waketos itu berhasil menggegerkan sekolah. Nilai semester yang baru saja keluar tergeser begitu saja topiknya oleh berita ini.

Seolah kabar putusnya dua orang itu adalah hal yang lebih penting dibahas daripada mereka yang mendapatkan nilai di bawah standart.
Setiap penjuru dan sudut sekolah tidak luput dari pembahasan Ali dan Shisi yang berpisah. Mulai dari semua guru membicarakan, satpam, penjaga kebun bahkan para pedagang di kantin sekolah. Tentunya mereka tahu bagaimana hubungan mereka yang bisa dikatakan pasangan paling sempurna.

Entah bagaimana berita itu bisa cepat menyebar sampai ke pelosok sekolah. Bahkan dua orang yang dibicarakan pun tidak tahu. Bahkan kejadiannya pun baru terjadi. Akan tetapi, mengingat siapa keduanya membuat kalian hanya harus memaklumi saja.

Perihal perpisahan mereka menjadi topik terhangat, bak koran yang diterbitkan dan laman mereka berada di bagian paling depan, maka kertas berita itu akan ludes terjual dalam waktu yang singkat.

Banyak yang mempertanyakan alasan keduanya memilih putus. Banyak pula yang menyayangkan berakhirnya kebersamaan mereka. Sebagian besar memang berasal dari para guru yang juga mengidolakan pasangan kekasih ini.

Akan tetapi, banyak juga yang berbahagia mendapatkan kabar putusnya mereka. Siapa lagi kalau bukan para wanita penggemar Ali? Mereka tentu saja bersorak senang melihat Ali dan Shisi yang berpisah.

Karena itu tandanya mereka memiliki kesempatan untuk mendekati sosok salah satu pria tertampan di sekolah. Siapa sih yang tidak ingin menjadi pendamping Ali? Tampan, kaya, ketus Osis pula.

Bagi mereka, selain berbahagia mereka juga meneriaki Shisi dengan julukan si bodoh yang telah melepaskan Ali. Akan tetapi, mereka pun juga berterima kasih akan hal itu. Ah. Susah menjelaskan. Yang jelas, sosok Ali adalah idaman sebagian besar murid SMA Atmadaya I.

Termasuk seorang perempuan dengan rambut hitam panjang sampai ke punggung. Perempuan itu bernama Thrisa, sosok perempuan yang sudah lama mengidolakan Ali. Thrisa memang selalu berada di dekat Ali karena dia adalah teman masa kecil Reyhan. Dan karena Reyhan adalah satu kumpulan dengan Ali, maka Thrisa dengan mudahnya berbaur dengan mereka.

Di pinggir lapangan. Sosok Thrisa tengah berdiri bersama Reyhan. Memandang penuh senyuman dengan tangan yang terlipat di depan dada memandang ke depan.

Tepatnya pada dua sosok yang baru saja mengumandangkan kata putus. Tarikan bulan sabit di bibirnya menggambarkan kepuasan akan adegan di depan. Dia bisa membaca kemarahan Ali yang memandang Shisi-mantan Ali sejak beberapa waktu lalu-telah pergi dari hadapan pria itu.

"Akhirnya," ucap Thrisa.

"Sepertinya lo senang sekali melihat mereka putus?" Pertanyaan Reyhan membuat Thrisa melirik pria itu dengan malas.

Thrisa berdecak sedangkan Reyhan hanya terkekeh. "Lo tahu banget bagaimana gue pengen banget melihat si Shisi itu sengsara," ucapnya dengan dengusan.

"Well." Reyhan berkata, "Sepertinya hari ini kesengsaraan menghampiri gadis itu." Beberapa detik kemudian keduanya tertawa.

Sedangkan seorang murid perempuan berjalan di tengah lorong hanya dengan tatapan datar, dia memandang lurus ke depan, langkahnya cepat hanya karena ingin segera sampai di tempat yang dituju.

Perempuan dengan rambut bergelombang itu tidak memedulikan murid-murid lain di sekitarnya yang terus membicarakannya. Shisi-sosok itu hanya ingin melenyapkan diri ke tempat di mana tidak seorang pun melihat kerapuhan dirinya.

Ya. Dia pun tidak menampik bahwa keputusan berpisah telah melukai sudut hatinya. Sedih. Tentu saja. Bagaimanapun, mereka telah lama bersama. Saling berbagi kisah.

Kini. Semua telah usai.

Ruangan yang dituju sudah tertangkap pandangan. Shisi semakin mempercepat langkah. Membuka pintu dan memasuki ruangan yang dipenuhi dengan rak-rak besar berisi bermacam-macam buku.
Perpustakaan. Untuk saat ini, tempat inilah yang tepat baginya untuk menenangkan diri.

Shisi berjalan ke arah rak yang paling belakang, menjatuhkan diri dengan menyandar pada dinding ketika telah sampai di tempat paling sudut.
Kaki berhias sepatu biru itu ditekuk, membenamkan wajah di sana. Tidak. Shisi tidak menangis. Dia hanya ingin menenangkan diri dari semua keadaan yang baru saja dialaminya.

"Kenapa nggak nangis? Apa lo bahagia putus sama Ali?" Suara seseorang mengejutkan Shisi.

Perempuan itu mendongak, menatap sosok laki-laki yang duduk di pojokan antara rak dan dinding dengan terkejut. "Ethan?" panggilnya.
Kening Shisi terlipat meneliti wajah Ethan. Lebih tepatnya keadaan pria itu. Ingin bertanya tetapi bibirnya terasa keluh.

Sosok Ethan yang sedari tadi memang berada di sini pastinya melihat kedatangan Shisi. Kabar yang didengar membuat laki-laki itu tahu.
Ethan bangkit, sedikit meringis dan memegang perutnya. Melihat itu tentu saja Shisi semakin merasa bingung. Keduanya duduk saling berdampingan, sama-sama diam menatap ke depan.

"Lo kenapa?" tanya Shisi membuka suara. Dia menoleh ke arah Ethan dan melihat laki-laki itu yang sudah menatap dirinya.

Dagu Shisi terangkat sekilas. Tangan kanan menunjuk wajah Ethan. "Wajah lo." Shisi mengikuti arah setiap wajah yang memiliki luka lebam. "Kenapa bisa kayak gitu?"

"Menurut lo?" tanya Ethan. Dia tersenyum dengan mengerucutkan bibir. Keningnya terangkat sekilas.

Bola mata Shisi mengarah ke atas, mencoba berpikir. Hingga beberapa saat kemudian dia menatap Ethan kembali. "Ali?" tanya dengan senyuman geli.

Tidak ada jawaban atau anggukan. Hanya ada senyum simpul dari Ethan yang cukup membuktikan bagi Shisi kalau jawabannya adalah benar.
"Dia marah sama kita," ucap Shisi kemudian.

Ethan mengangguk. "Ya. Cintanya sama lo sangat besar sampai dia cemburu buta. Akibatnya, wajah tampan gue jadi korbannya," jelas Ethan dengan kekehan lirih.

Sedangkan Shisi memperlihatkan tawanya. Ternyata, sisi lain dari Ethan adalah narsis di belakang sifatnya yang pendiam dan tenang.

Dia menunduk, perasaan bersalah menyeruak. "Maaf," ucapnya lirih, tetapi Ethan cukup mampu mendengarnya.

Laki-laki itu terkekeh. "Untuk apa?"

"Gara-gara gue, lo jadi dimusuhi sama Ali. Padahal, lo niatnya cuma nolongin gue." Shisi kembali menatap Ethan yang duduk di sampingnya. Mimik wajah cowok itu masih tenang dengan senyum tipis.

"Lupakan. Dia cuma salah paham," ucap Ethan.

Shisi mengangguk. Membuat keduanya kembali berada dalam keheningan. Masing-masing mencerna sebuah kejadian yang membuat keduanya berada di posisi ini.

"Jadi, lo bakal biarin aja Ali salah paham?" Kali ini Ethan yang membuka suara.

Shisi mengedikkan bahu. "Gue udah berusaha ngejelasin sama dia. Tapi sifatnya yang tempramen nggak mau dengerin penjelasan gue. Ya udah. Masih ada masalah yang lebih penting yang harus gue selesaikan dalam hidup gue daripada soal putusnya gue sama Ali," ucap Shisi yang memelankan suaranya di kalimat terakhir.

Ethan mengangguk. Dia cukup tahu apa yang dimaksud masalah dalam hidup gadis itu, yang memang kalau dipikir-pikir jauh lebih penting.

Shisi berusaha memasang senyum lebar. "Mungkin gue sama dia memang udah harus sampai di sini," ucap Shisi dengan mimik yang dibuat seceria mungkin.

Akan tetapi, Ethan adalah salah satu tipe laki-laki yang memiliki sifat peka. Dia tahu kalau gadis di hadapannya ini sedang menahan luka.

Ethan mengulurkan tangan, merangkul bahu Shisi dan menariknya untuk mendekat. "Nangis aja kalau mau nangis. Nggak ada yang lihat," ucapnya yang malah membuat bola mata Shisi berkaca.

"Gue pun bakal pura-pura nggak lihat," lanjut Ethan.

Kali ini Shisi menggeleng. Bukan menggeleng sekali tetapi berkali-kali, bersamaan dengan itu kaca yang sudah menggenang di pelupuk mata pun pecah, mengalirkan air asin ke pipinya.

Shisi menangis, dia menyerah pada keadaan yang sudah berhasil meruntuhkan pertahanannya.



🍁🍁🍁🍁🍁🦊🦊🦊🍁🍁🍁🍁🍁

hallo semua. Aku bawa cerita baru di sini. Kita bawa genre teenfiction, ya.
Ceroita ini diikut sertakan Menulis Marathon bersama Rex publishing

yuk ikuti keseruan kisah Shisi dan Ali.

untuk cast. Aku akan buat dua, ya. Anak APL, Selalu Ali dan Prilly, yes?

Untuk yang Non APL? Mau siapa hayoooo

salam hangat dari aku untuk kalian 😘😘😘😘




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top