🦊 4. Belajarlah Masa Bodoh. 🦊
4. Belajarlah Masa Bodoh
*~~~~~*
Selamat malam.
Ada yang masih bangun?
Ada yang masih nunggu certa ini?
Semoga, ya😔😔
Kasih like dan komen sebanyak-banyaknya 😘😘😘😘
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
Sebuah motor berhenti di depan Shisi, perempuan itu menatap dengan bingung sosok Ethan yang tiba-tiba ada di sini. Laki-laki itu membuka kaca helem.
"Naik!" titah Ethan. Tahu kalau laki-laki ini sedang tidak ingin berbasa-basi, Shisi segera naik ke motor milik Ethan.
Motor mulai melaju. Shisi sedikit mencondongkan tubuhnya. "Kok lo bisa ada di sekitar rumah gue?"
"Nggak sengaja. Kebetulan lewat trus liat lo. Sekalian gue angkut."
Shisi mencebik. "Angkut-angkut. Emang gue apaan?" gerutunya. Detik selanjutnya gadis dengan tas ransel biru itu mengerutkan kening. "Ini, kan bukan arah rumah Ethan?"
Belum sepat Shisi menanyakan itu pada si pemilik motor, laju kendaraan semakin cepat, membuat dia harus mengurungkan niat bertanya dan memegangi baju Ethan dengan erat—tidak ingin terjatuh.
Motor hijau itu memasuki area sekolah dan langsung mendapat perhatian dari semua murid. Jika Ethan tidak peduli, maka Shisi pura-pura tidak peduli.
Laki-laki itu memarkirkan motornya di samping motor ninja hitam yang sangat dia tahu siapa pemiliknya. "Gue mau makan. Lo mau ikut ke kantin?"
Shisi menggeleng. "Gue langsung ke kelas aja."
"Ya udah." Keduanya berpisah lorong.
Shisi berjalan sedikit menunduk, dia menyadari kalau dirinya sedang dibicarakan oleh para murid lainnya. Kedua tangan meremas tali ransel di pundaknya kala suara-suara mereka terdengar di telinga.
"Jadi beneran dia selingkuhin Ali sama Ethan?"
"Kabarnya, sih gitu. Awalnya gue nggak percaya, tapi lihat yang tadi, sekarang gue malah percaya."
"Gila. Selingkuh sama teman cowoknya sendiri."
Shisi mempercepat langkah, ingin lekas sampai ke kelas. Meski masih ada bisik-bisik dari temannya di sana nanti, tetapi masih bisa dia abaikan dengan membaca buku dan mendengarkan musik dari ponselnya.
Namun, keinginan kadang tidak sesuai ekspetasi. Langkah Shisi harus terhenti saat ada dua siswi yang menghadang langkahnya. Gadis itu mendongak, menatap siapa pelakunya.
Sebuah senyuman sinis menyambut pandangan Shisi. Sosok Thrisa berdiri angkuh di hadapannya sembari melipat tangan di depan dada. "Jadi, sekarang udah berani terang-terangan selingkuhnya?"
Dia berjalan memutari Shisi. "Dulu jalan bareng di belakang, sekarang udah berani antar jemput?"
Shisi menghela napas dalam, dia melempar pandangan sebentar ke arah lain sebelum memusatkan perhatian ke arah Thrisa. "Thris. Ini masih pagi. Gue males cari ribut."
Thrisa dan seseorang di sampingnya yang bernama Laras tertawa, memandang Shisi semakin sinis dan semakin tajam. "Gaya lo makin sok, ya? Mentang-mentang udah bisa permainin hati Ali dan temannya, lo makin belagu tahu nggak?"
Shisi sedikit terdorong ke belakang saat Thrisa mendorong dadanya menggunakan satu jari. Dia masih berusaha untuk tidak terpancing oleh kelakuan sosok di hadapannya.
"Udah tampang pas-pasan, miskin, belagu. Ngaca dong sekali-kali." Gadis itu mengibaskan rambutnya yang terurai. "Untung sekarang Ali udah sadar. Dan dia udah tahu kalau gue lebih segalanya daripada lo."
Baru saja Shisi membuka mulutnya untuk berbicara, hal itu urung saat merasakan sebuah rangkulan dari seseorang. Dia menoleh dan melihat sosok Ethan di sana.
"Jadi, intinya lo cuma pelariannya Ali?" Ethan memiringkan kepalanya, menatap Thrisa dari atas sampai bawah.
Dia tersenyum satu sudut bibir sinis. "Kasihan. Ngakunya cantik tapi suka iri sama yang nggak cantik. Ngakunya cantik tapi cuma buat pelarian orang patah hati."
Tanpa menunggu gadis itu mengeluarkan kata-kata, Ethan segera membawa Shisi pergi dari sana. Tak peduli dengan sebuah lirikan yang mereka terima. "Udah gue duga lo bakal ada masalah."
"Ya tapi nggak usah bilang gue nggak cantik. Gue sadar kali kalau gue nggak cantik."
Ethan melirik Shisi. "Siapa yang bilang gitu?"
Shisi memutar bola matanya malas. Dia mencoba melepaskan rangkulan tangan Ethan dari lehernya. "Ini kenapa coba main rangkul-rangkul aja. Murid yang lain pasti makin mikir yang enggak-enggak."
Pandangan Ethan tetap lurus ke depan. Dia berdecak. "Mereka udah mikir macem-macem. Daripada mubazir, mending kita kabulin aja."
Langkah kaki Shisi terhenti seketika. Dia menghadap Ethan sepenuhnya. "Maksud lo?"
Tidak ada jawaban. Ethan melirik ke arah belakang Shisi. Dia mengulurkan ranselnya pada gadis di hadapannya. "Udah sampai kelas, sekalian gue nitip ransel. Gue mau sarapan dulu di kantin."
Shisi masih diam berdiri menatap wajah Ethan dan ransel laki-laki itu secara bergantian. "Anggap aja terima kasih lo karena udah gue tebengin sama selametin lo dari Thrisa."
Shisi mendengus. "Iya-iya," jawabnya malas tetapi tetap menerima ransel itu.
Setelahnya, Ethan langsung menuju kantin. Di sana, dia melihat teman-temannya sedang duduk menikmati jajanan di meja yang biasa mereka tempati.
Bukannya sombong karena tidak mau menyapa, tetapi kondisi saat ini membuat dia yakin kalau sapaannya pasti tidak akan digubris.
Ethan langsung melewati mereka dan memesan makanan. Namun, salah satu mereka menyapa. "Mau sarapan, Than?"
Ethan menatap Chris yang barusan bertanya lalu mengangguk.
"Sini gabung." Chris menggeser duduknya, menepuk bangku tepat di sampingnya.
Ali yang melihat itu tersenyum sinis. "Lo mau ngasih duduk buat pengkhianat kayak dia?" Tangannya menunjuk ke arah Ethan yang masih berdiri memegang piring.
"Li—"
"Thanks, Chris. Gue bisa cari tempat lain," ucap Ethan memotong kalimat Chris. Tidak ada senyum karena itu memang sifat dia yang dingin. Laki-laki itu segera duduk di bangku terjauh dari teman-temannya.
***
Shisi memilah buku yang ada di rak perpustakaan di istirahat hari ini. Kondisi kantin yang ramai dan bisikan-bisikan yang dia dengar jika berada dalam keramaian, membuat gadis itu malas untuk makan.
Sebenarnya, faktor uang juga sedikit mendukung. Dia mencoba mengalihkannya dengan membaca buku novel yang ada di perpustakaan sekolah.
Satu novel dengan judul menarik dia dapat. Shisi siap untuk membaca. Namun, ketika dia membalikkan badan, gadis itu dikejutkan dengan keberadaan Ali yang ada di belakangnya.
Hal itu membuat buku yang ada di tangannya terjatuh. "A—Ali?" Shisi dibuat heran dengan keberadaan Ali yang tiba-tiba ada di sini.
Laki-laki itu memasang wajah datar, bergerak maju hingga membuat Shisi harus melangkah mundur. Kakinya tidak dapat lagi melangkah kala punggungnya membentur rak buku.
Tatapan yang diberikan Ali terasa menusuk tajam. Tangan laki-laki itu bergerak menumpu pada rak di belakang gadis di hadapannya. Membuat jarak di antara wajah mereka sangat dekat. "Jadi, lo emang udah selingkuh dari gue udah lama?"
Shisi menahan dada Ali untuk memberi jarak di antara mereka. Keningnya mengerut mendengar pertanyaan dari mantan kekasihnya ini. "Mak—maksudnya?"
"Lo udah lama, kan jalan sama Ethan di belakang gue? Makanya saat lo udah ketahuan, lo enggak malu jalan sama dia lagi. Bahkan sampai pelukan di taman."
Kening Shisi semakin mengerut. Taman? Pelukan? Gadis itu berpikir. Hingga ingatannya jatuh pada kejadian kemarin antara dirinya dan Ethan setelah dari tempat kosan sang kakak.
Sishi menghela napas dalam. Dia mendorong dada laki-laki itu sedikit keras membuat tumpuan tangan sang ketua osis terlepas dari rak buku, mengambil buku yang sempat terjatuh lalu memeluknya erat dan kembali berdiri menghadap Ali.
Shisi menatap mantan kekasihnya dalam-dalam. "Gue udah sering coba ngejelasin sama lo. Tapi lo selalu ngehindar dan nggak mau dengerin gue. Gue bisa apa? Tugas gue jelasin. Kalau lo nggak mau denger dan nggak percaya, gue bisa apa? Ya sudah."
Tidak ada kata yang terdengar lagi dari bibir keduanya. Merasa urusan ini sudah selesai, Shisi pun meninggalkan Ali yang masih berdiri di sana dengan tangan yang mengepal kuat di sisi tubuh.
Shisi sempat menghentikan langkah, melirik ke keberadaan Ali. "Rasanya melelahkan," ucapnya lirih.
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
Ada kekurangan menurut kalian
Kasih saran boleh
Tapi jangan hujat, ya.
😘😘😘😘😘
Salam Cinta dari akyuuu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top