🦊 20. Tidak Terjadi. 🦊

20. Tidak Terjadi.

🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊



Shisi mengerutkan kening ketika melihat keberadaan dua orang di teras rumahnya. Dalam hati bertanya siapa mereka. Setelah menajamkan penglihatan, dia menyadari kalau itu adalah sang kakak.

Hingga motor besar Ali sudah terparkir di pelataran rumah, dua orang itu menoleh dan membuat dia bisa melihat wajah keduanya. "Kak Asher?" bisiknya.

Gadis itu turun dati motor, melihat bingung keadaan sang kakak dan seorang wanita yang dia ingat adalah kekasih dari pria itu. "Kakak?" panggil Shisi dengan bingung.

Sedangkan Asher yang melihat keberadaan Shisi lekas berdiri, melepaskan air asin entah yang ke berapa mili. Bibirnya tiba-tiba saja mengeluarkan suara tawa kelegaan.

"Shisi," panggilnya. Ada kelegaan yang tidak mampu dia jelaskan dengan kata-kata. Betapa senangnya dia melihat keberadaan sang adik.

Tanpa kata Asher melepaskan pelukan sang kekasih dan berlari mendekati adiknya. Bahkan sampai tersinggung pun tidak dipedulikan rasa sakit di kaki karena atensinya hanya tertuju pada gadis yang sudah berjuang dengan dirinya sejak kecil dalam keluarga sederhana mereka.

"Shisi," panggilnya lagi. Dia tidak lagi peduli bekas tangisannya akan dilihat orang lain. Yang ingin dicapai Asher hanyalah sosok gadis di hadapannya.

"Shisi." Pria itu meraih tubuh sang adik dalam pelukannya. Dia menangis sembari mendongak menatap langit yang terang. Ada rasa syukur yang bisa kita saksikan melalui kristal bening yang jatuh dari pelupuk mata.

Sedangkan Shisi yang mendapatkan pelukan dari sang kakak hanya bisa terpaku karena rasa terkejut. Beberapa kali bola matanya mengerjap mencerna apa yang terjadi.

Di balik tubuh sang kakak, dia melihat Clarissa yang mendekat dengan mengusap matanya. Apakah mereka baru saja menangis? Di tengah kebingungan, Shisi menerbitkan senyum tipis. Setelah sekian lama, kini dia bisa merasakan pelukan Asher. Gadis itu mulai membalas pelukan Asher karena dirinya pun sudah sangat merindukan kakaknya.

"Kakak hampir membunuh diri Kakak sendiri dengan apa yang terjadi sama kamu," ucap Asher. Dia melabuhkan ciuman di rambut sang adik.

Clarissa yang seperti melihat kebingungan Shisi mendekat, dia membelai kepala adik sang kekasih. "Kami datang mau mengunjungi kamu. Tapi kami malah mendapati kamu yang katanya sudah ...." Wanita itu tidak lagi mampu melanjutkan kata-katanya. Dia hanya bisa menjatuhkan air mata kembali yang langsung dihapusnya.

Baiklah. Shisi mengerti. Ini adalah mengenai dirinya yang semalam dijual oleh sang ayah.

Asher melepaskan pelukan, menyejajarkan tubuh mereka dan memegang pundak Shisi untuk mengamati tubuh sang adik. "Kamu tidak apa-apa, kan? Kamu diapain sama pria itu? Apa dia menyakiti kamu?"

Meski Asher sudah melihat keberadaan Shisi di hadapannya, tentu saja dia tetap merasa khawatir. Dijual pada pria hidung belang? Itu adalah momok paling mengerikan bagi seorang wanita.

Shisi melihat kekhawatiran itu di wajah Asher, senyumnya terbit seketika. Dia menjadi tahu kalau kakaknya masih peduli akan dirinya. Detik selanjutnya gadis itu menggeleng. "Shisi enggak apa-apa, Kak," jawabnya lirih.

Dia melirik keberadaan Ali. "Tadi malam Ali sudah menyelamatkan Shisi." Terlepas dari apa yang terjadi tadi di apartemen Ali, tidak memungkiri kalau mantannya itu yang telah menyelamatkan hidupnya.

Asher mengembuskan napasnya kasar penuh kelegaan. Dia mendongak menghalau air mata yang kembali ingin tumpah. Namun, terasa percuma. Karena saat dirinya kembali menatap Shisi dan menangkap wajah sang adik, pemuda itu tak dapat mampu membendung kristal di pelupuk mata.

"Syukurlah," ucapnya. Dia tertawa lirih di tengah tangisnya.

Shisi yang melihat itu semakin terharu, bola matanya memanas. Ternyata Asher masih menyayangi dirinya. Gadis itu memegang tangan sang kakak yang ada di pipinya. "Shisi kangen Kak Asher," ucapnya lirih.

Mendengar itu Asher merasa terpukul, sempat terpaku dan merasa tercubit akan kenyataan itu. Dia kembali menarik sang adik dalam pelukannya. Menumpahkan tangis sesal akan apa yang telah dia perbuat.

Detik berlalu, dia mengusap kasar air matanya dan menatap Shisi dengan dalam. "Kemasi barang kamu. Kakak akan carikan tempat tinggal lain untuk kamu."

"Biar dia tinggal sama aku saja. Masih muat kok kalau hanya Shisi." Ucapan Clarissa yang memberi saran.

Asher mengangguk. "Ya. Itu juga bagus. Asal Shisi bisa keluar dari sini." Anggukan dari sang kekasih membuat Asher tersenyum.

Bola mata Shisi melotot seketika. "Ta—tapi, Kak—"

"Tidak ada tapi-tapian. Ayo sekarang kemasi barang kamu." Asher menarik pelan adiknya memasuki rumah. Sedangkan Ali yang sedari tadi hanya menyaksikan, dia merasa bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan kepergian Asher dari rumah saja dia belum tahu alasannya.

Shisi mengibaskan tangan saat memasuki rumah akibat aroma alkohol yang menyapa. Detik selanjutnya dia terkejut saat melihat ayahnya yang duduk dengan mendesis kesakitan.

"Ayah?" panggil Shisi. Baru saja dia ingin mendatangi pria yang telah menjadi cinta pertamanya, tetapi Asher lebih dulu menarik lengannya.

Shisi menoleh dan melihat sang kakak yang menggeleng. "Tidak usah pedulikan dia."

"Tapi, Kak—"

"Sudah. Sekarang cepat kemasi barang kamu dan ikut sama Kakak." Asher kembali menarik Shisi, tidak peduli teriakkan pria yang ada di ruang tamu perihal menanyakan ke mana mereka akan pergi.

***

"Beneran Shisi enggak ngerepotin Kak Cla kalau Shisi tinggal di sini?" tanya Shisi saat keduanya membersihkan sendok.

Mereka berempat, Asher, Clarissa, Shisi dan Ali baru saja selesai makan setelah mereka merapikan barang-barang Shisi di kamar kosan kekasih Asher.

Kamarnya yang memang luas mampu menampung barang-barang bawaan gadis itu. Clarissa terkekeh. "Enggaklah. Kakak malah seneng karena ada temennya."

"Terima kasih," ucap Shisi tulus.

Asher datang mengejutkan keduanya. "Ali nunggu kamu di depan tuh."

Ah. Bahkan Shisi sampai lupa pada pemuda itu. Menimbang sebentar, dia agak ragu menemui mantannya itu setelah insiden di apartemen tadi siang.

Asher yang melihat itu menatap dengan kerutan bingung. "Ada apa? Kalian ada masalah?"

Shisi hanya tersenyum. "Shisi akan menemui Ali." Tak ingin ditanya lagi, gadis itu pun bergegas keluar untuk menemui Ali.

Terlihat pemuda itu yang berada tidak jauh dari kosan Clarissa. Duduk di atas kursi kayu yang ada di bawah pohon jambu. Shisi mendekat, lalu duduk di samping sang mantan. Tak ada tatapan, hanya pandangan lurus ke depan.

Baru saja Ali membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi urung kala Shisi mendahuluinya. "Terima kasih." Itulah kata-kata yang dia dengar.

"Terima kasih karena sudah nolongin gue," ucap Shisi kemudian. Kali ini gadis itu menoleh dan menatap Ali. "Sekarang lo boleh pulang."

Ucapan itu tentu saja membuat Ali bingung. Terlihat dia memandang mantan kekasihnya dengan kerutan pada kening. "Maksud lo?"

Shisi mengangguk. "Iya. Semua udah beres. Lo boleh pulang sekarang. Dan gue berterima kasih banget karena lo udah nolongin gue."

Gadis itu menunduk sembari memilin tangannya. "Dan mulai sekarang, tolong jauhin gue."

Mendengar itu Ali terkekeh. Dia semakin memandang Shisi bingung. "Lo ngomong apa, sih?"

Shisi hanya tersenyum tipis dengan satu sudut bibir. "Gue nggak mau dituduh godain lo lagi." Dia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman lebar kali ini.

Ali tertawa dengan gamang. "Jadi semua ini masalah Thrisa?" Tidak ada jawaban. Gadis di hadapannya masih tersenyum. Detik selanjutnya Ali mengangguk.

"Oke." Dia mengalihkan pandangan. "Kalau itu mau lo." Ali bangkit, dia berjalan ke arah motornya berada.

"Ali." Namun, langkah pemuda itu sempat terhenti. Dia menoleh ke arah gadis yang baru saja memanggilnya.

Shisi bangkit dari tempat duduk, sedikit membenahi rambutnya yang digerakkan angin. "Untuk uang lo yang udah lo gunain untuk menebus gue, gue janji bakal ganti semuanya."

Ali tersenyum sinis. "Orang miskin kayak lo, mana mampu ganti uang gue di ATM itu." Tanpa berpamitan pada Asher atau si pemilik kosan, Ali segera menaiki motornya dan memacu kuda besi itu di atas kecepatan rata-rata.

Ada kemarahan jelas di wajah pemuda itu. Jika saja kalian bisa mendengar, kalian akan tahu kalau Ali menahan kesal dengan saling mengadu giginya. Untuk sekarang, pemuda itu hanya bisa melampiaskan ke jalanan.

🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊

Selamat sore semua?

Apa kabar?

Dari hari sabtu ke rabu kenapa terasa lama sekali, ya🤣🤣🤣🤣

Adakah dari kalian yang merindukan aku

😁😁😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top