🦊 16. Mantan 🦊
16. Mantan.
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
"Mak—maksud Ayah?" tanya Shisi. Sebuah problema berkelana dalam benaknya, dugaan tidak benar terbayang dalam kepala. Akan tetapi dia berusaha menepis dengan menanyakan langsung pada ayahnya.
Pria yang telah merawatnya sejak kecil itu berdecak. "Masa gitu aja nggak ngerti. Kamu ikut dia. Layani dia." Baiklah. Shisi mengerti sekarang. Ternyata dia sudah dijual pada pria hidung belang.
Bola mata Shisi semakin melotot. "Yah. Ayah. Shisi enggak mau, Yah." Dia mulai panik ketika sang ayah menyalakan motor tanpa mempersilakan dirinya untuk naik.
"Yah. Shisi mau pulang, Yah." Bola matanya sudah mengembun, tidak bisa menutupi rasa takut yang kini menyerangnya.
"Udah sana. Kamu sudah milik dia." Pria itu menepis tangan Shisi yang masih mencoba memegang lengan sang ayah.
Shisi menggeleng. "Enggak, Yah. Shisi enggak mau. Shisi mau pulang sama ayah." Gadis itu memohon dengan air mata yang luruh membasahi pipi.
"Heh. Ayo kamu ikut saya." Tanpa diduga, pria yang tadi hanya diam di dekat mobil kini sudah berada di sampingnya, memegang tangannya dan mencoba menyerah Shisi.
Tentu saja Shisi menggeleng dan memberontak. Dia semakin memegang erat tangan ayahnya. "Enggak. Shisi enggak mau, Yah."
"Sudah sana." Hempasan keras dari pria yang dia panggil ayah itu membuat cekalan Shisi terlepas. Motor butut yang sebelumnya membawa dia kemari pun berlalu. Takut semakin menjalari dan tangis pun tak bisa dibendung.
"Ayah. Shisi enggak mau. Shisi mau pulang!" teriaknya keras. Dia mencoba meronta saat pria di sampingnya semakin memegang erat lengannya.
"Sudah. Sekarang waktunya kamu ikut saya." Shisi menggeleng mendengar suara menyeramkan itu. Dia mencoba menahan tarikan agar tidak dibawa pergi, sampai terduduk di tanah tidak peduli dengan pakaiannya yang pasti kotor.
Namun, semua terasa percuma. Dia hanya seorang gadis dengan tenaga tidak seberapa jika dibandingkan dengan seorang pria yang juga lebih besar dari ayahnya.
"Tolong jangan. Ampuni saya," ucap Shisi memohon, memasang wajah mengiba. Berharap pria di hadapannya ini memberi belas asih dan mau melepaskan dirinya.
"Enak saja. Saya sudah membayar kamu dengan mahal. Cepat masuk mobil," ucap Pria yang tidak dia kenali. Tarik itu semakin keras dan membuat pergelangan tanganku menjadi panas.
Shisi menggeleng dengan air mata yang sudah bercucuran. "Tolong, Pak. Saya masih sekolah. Masa depan saya bisa hancur, Pak."
"Saya tidak peduli." Pria itu menyeret Shisi lebih keras lagi agar cepat sampai ke mobilnya. Tanpa belas asih dia mulai menarik ke sisi mobil.
Senyum pria itu mengembang saat tangannya sudah berhasil meraih pintu mobil. Hanya tinggal memasukkan gadis ini dan membawanya pergi, maka jual beli yang baru saja dia lakukan sangat memuaskan.
Namun, sayang sekali. Tepat ketika dia membuka pintu mobil, seseorang menendang dirinya dari belakang hingga cekalan tangannya terlepas. Pria itu tersungkur.
Shisi yang terkejut melihat adegan barusan hanya mampu membuka mata dan mulut lebar-lebar. Detik selanjutnya dia menangis semakin tergugu melihat siapa yang datang.
Pria yang sebelumnya menarik Shisi membalikkan badan. Wajahnya meradang melihat seorang pemuda tersenyum ke arahnya. Dia mengangkat tangan dan menunjuk secara menantang. "Kurang ajar kamu. Berani-beraninya mengganggu saya."
Sedang pemuda yang baru saja melabuhkan tendangan hanya tersenyum sinis. "Udah tua bukannya tobat malah berulah. Mending siapkan nisan sana."
"Kurang ajar." Pria itu bangkit, mendekat dan ingin memberikan balasan untuk apa yang baru saja dia dapat. Namun, itu tidak sesuai ekspetasi. Sosok di hadapannya begitu mudah menangkis serang yang dilontarkan.
Yang ada, tubuhnya kini dipelintir dengan mudah. Tangan berada di belakang punggung, tidak lama kembali mendapat tendangan.
Lagi-lagi jatuh tersungkur dengan memegang kakinya yang baru saja diinjak sampai mengerang keras karena rasa sakit yang menjalar. "Lepaskan!" teriak pria itu.
"Cuma segitu lagaknya kayak mau tempur," hina pemuda yang kini mengibaskan lengan hoodynya.
Shisi yang melihat itu segera berlari ke arah pemuda yang baru saja menolongnya. Dia memeluk merah sosok itu dan menumpahkan tangis di dada yang dulu pernah menjadi sandarannya.
"Ali," panggil Shisi dengan tangis yang menyayat. Dia sesenggukan dalam pelukan sang mantan kekasih.
Pelan, tangan Ali membalas pelukan gadis itu. Menepuk punggung dan menggumamkan kata menenangkan. Beberapa saat kemudian pelukannya berpindah pada bahu dan mengajak gadis itu pergi dari sana.
"Heh. Jangan bawa dia. Saya sudah membayar mahal." teriak pria paruh baya yang masih terduduk di tanah sembari memegangi kakinya.
Langkah Ali dan Shisi terhenti, pemuda itu meraih sesuatu pada saku celananya, melemparkan kartu ke arah pria yang kini mencoba untuk bangun. "Cari saya di sana. Uang Anda akan kembali."
Setelahnya, Ali segera membawa Shisi pergi dari sana. Membiarkan gadis itu menangis di kursi penumpang dengan sebuah jaket miliknya yang kebetulan ada di mobil.
Sepanjang perjalanan hanya ada tangisan Shisi, tetapi Ali membiarkannya karena dia tahu gadis ini pasti masih merasa ketakutan.
Mobil memasuki area parkir. Tempat apartemennya berada. Dia memang tidak membawa Shisi pulang ke rumah gadis itu karena khawatir kalau ayah mantannya ini masih berada di rumah. Lagi pun, dia tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian.
Ali membantu Shisi untuk turun dari mobil. "Ini di mana?" tanya Shisi lirih. Pandangannya mengedar meneliti sekitar.
"Apartemen gue," jawab Ali. Dia menatap Shisi yang juga memandang bingung. "Udah. Jalan aja." Pelan, pemuda itu menuntun Shisi memasuki lift yang ada di area parkir menuju apartemennya.
Aroma khas Ali menyambut Sisi saat pintu terbuka. Wangi yang masih sama ketika dulu dia sering datang ke tempat ini. Rasanya, sudah lama sekali.
"Duduk dulu. Gue ambilin minum." Namun, Ali urung melakukan hal itu saat Shisi tidak melepaskan cekalannya. Dia melihat wajah ketakutan gadis itu yang menggeleng dengan memasang wajah nanar.
"Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa bisa dia melakukan itu sama lo?" Kata dia cukup membuat Shisi tahu siapa yang dimaksud Ali.
Namun, dia tidak ingin mengatakannya saat ini. Menunduk dan menggeleng menjadi pilihan Shisi.
Ali hanya menghela napas. Dia duduk di samping Shisi dan membiarkan gadis itu memeluk lengannya. Tangan kanan meraih ponsel dari saku celana. "Gua akan bawa kasus ini ke polisi. Bokap lo musti dikasih pelajaran."
Shisi yang mendengar itu tentu saja terkejut. Dia menatap Ali dengan tatapan memohon. "Jangan," ucap Shisi lirih. "Bagaimanapun dia bokap gue."
"Tapi dia udah mau jual lo. Coba aja kalau rantang lo tadi nggak ketinggalan di mobil. Lo pasti udah jadi ...." Ali memejamkan matanya rapat. Dia tidak sanggup meluapkan apa yang akan dia katakan.
Sungguh. Bayangan mengerjakan sempat hinggap di benaknya. Beruntung rantang itu membawanya kembali ke rumah Shisi dan melihat gadis itu pergi bersama ayahnya.
Kabar kalau keluarga gadis itu yang hancur membuatnya bentar mengikuti Shisi. Benar saja. Hal yang tidak pernah mampu dibayangkan akan terjadi pada mantan kekasihnya itu.
Tidak ada lagi yang keduanya katakan. Ali hanya membenahi duduk untuk merapat ke arah Shisi. Tangan kanan bergerak memegang pipi gadis itu dan membawa kepalanya untuk bersandar di bahunya.
"Istirahat. Gue temenin," ucap Ali. Dia mengelus pipi gadis itu yang masih ditangkup, memegang tangan dingin Shisi dengan tangan kirinya. Hingga tak lama, deru napas teratur terdengar.
Ali menoleh, terlihat Shisi yang sudah memejamkan matanya. Pelan, dia mengubah posisi. Meraih gadis itu dalam gendongannya dan memindahkannya ke kamar agar tidurnya menjadi nyaman. “Sorry. Gue emang nggak akan ngelaporin bokap lo. Tapi untuk membiarkannya ....”
Ali menggelengkan kepala. “Gue nggak bisa.”
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
Selamat pagi
Apa kabar kalian di sana?😁😁😁
Baik selalu, ya? Aamiin
Guys. Aku mau kasih tahu nih. Aku juga sedang menulis di aplikasi Fizzo loh. Mau tamu judulnya?
Ini 👇👇👇👇
Ini kisah si Rangga yang sudah menduda dua kali, ya. Trauma dari pengkhianatan mantan istrinya membuat dia enggan menjalin hubungan serius dan menjadikannya sosok pria playersang sang penguasa wanita.
Jangan terkecoh sama cover yang ulala, ya. 😁😁😁😁😁 yuk baca. Di aplikasi Fizzo
Tahu, kan? Bacanya gratis loh. Selain gratis, kalian juga bakal mendapatkan uang dari membaca di sana kuy baca kisah Mas Rangga😋😋
Kutunggu kalian di sana😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top