🦊 13. Pergantian Usia 🦊
1
3. Pergantian Usia
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
Ethan mengendarai mobilnya cepat menuju apartemen Ali. Setelah dia memastikan sesuatu, lalu menghubungi Raisa dan Lusi untuk menjaga Shisi di rumah sakit dengan meminta Chris dan Aldo menjaga mereka di luar ruangan, pemuda itu gegas melanjutkan niatnya.
Memarkirkan mobil di lobi apartemen, dia segera keluar dan berlari ke arah lift menuju lantai yang ingin dia datangi. Apartemen milik Ali.
Ya. Chris mengatakan kalau sebenarnya mereka akan berkumpul di apartemen Ali tadi. Namun, keduanya menyusul dirinya sat melihat kejadian tadi.
Sudah diduga, Thrisa juga pasti di sana.
Bagi Ethan masuk ke apartemen Ali sangat mudah mengingat dirinya adalah teman Ali. Dia melihat wajah terkejut dari tiga orang yang ada di dalam sana.
Pandangannya langsung jatuh pada gadis yang tengah menikmati makanan ringan dengan duduk di sofa. Tanpa kata Ethan berjalan mendekat dengan tampang marah.
Segelas minuman di atas meja Ethan raih dan disiramkan pada Thrisa yang sedari tadi diam dengan wajah bingung.
Hal itu sontak saja membuat Ali dan Raihan bangkit. "Apa-apaan lo?" tanya Raihan tidak terima. Dia mendorong pundak Ethan meski tidak terlalu berarti hasilnya.
"Lo cowok apa cewek?" Kali ini Ali yang bersuara dengan nada tinggi. "Tiba-tiba aja datang bikin masalah. Kalau mau adu jotos lagi sama gue sini. Nggak usah bawa Thrisa."
Ethan tersenyum miring. "Lo tahu? Bahkan gue pingin banget hajar lo yang bego ini." Dia tidak peduli bagaimana ekspresi Ali saat ini.
Ethan meraih sebuah kalung yang dia temukan di tangan Shisi ketika membawa gadis itu ke rumah sakit. Dari sana cukup bagi Ethan untuk mengetahui semuanya.
"Lo tau ini?" Dia mengangkat kalung itu di hadapan Ali. Seringainya semakin tercinta melihat ekspresi Ali yang terkejut.
Tangan Ethan terangkat menunjuk keberadaan Thrisa yang kini memasang mimik kesal sembari membersihkan wajahnya yang basah.
"Pacar lo itu, udah buang kalung ini ke kolam. Sampai Shisi harus lompat ke kolam untuk mengambilnya," ucap Ethan dengan teriakan di kalimat terakhir.
Ethan memukulkan kalung itu pada dada Ali. "Dan lo tahu kalau Shisi nggak bisa berenang." Tanpa kata dia meninggalkan apartemen Ali.
Membiarkan si pemilik apartemen yang terdiam dengan kalung dalam genggaman pemuda itu.
***
"Hai, bangun." Elusan yang dirasa pada pipinya membuat Shisi mengerjakan mata. Dia sedikit mengernyit kala bias cahaya menerpa indra penglihatan.
Beberapa saat menyesuaikan diri, kelopak mata beriris cokelat bening itu terbuka sepenuhnya. Melihat sosok pemuda yang ada di hadapannya.
"Ethan," panggil Shisi dengan suara sedak. Dia mencoba bangkit yang langsung dibantu oleh Ethan.
Gadis itu mengedarkan pandangan. "Di mana Lusi sama Raisa?" tanyanya.
"Mereka sudah pulang tadi. Nggak tega bangunin lo untuk pamit," jelas Ethan. Shisi hanya mengangguk.
Detik selanjutnya gadis itu menatap Ethan sepenuhnya. "Lo kenapa nggak pulang."
Ethan menarik napas dalam. "Gue nggak mungkin biarin lo di sini sendirian. Kalau lo butuh sesuatu, siapa yang akan bantu lo?"
Bola mata Shisi memanas. Dia menarik napas melalui hidung yang sempat tersumbat. "Terima kasih lo masih peduli sama gue. Dan terima kasih lo udah nolongin gue di kolam tadi."
Kali ini Ethan berdecak sebal. Dia menoyor kepala Shisi dengan jarinya. Asal kalian tahu, dia melakukan itu agar gadis ini tidak bersedih lagi. "Bego. Udah tahu nggak bisa berenang. Ngapain pakai nyemplung segala."
Shisi diam. Dia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada Ethan. Toh kalung itu sudah hilang.
Sedangkan Ethan yang sudah tahu kebenaran hanya menarik napas dalam. Dua manusia ini merepotkan sungguh. Masih saling cinta gengsinya digedein.
"Gue ada sesuatu buat lo." Tidak memedulikan Shisi yang memandang bingung, Ethan membuka sebuah box di mana terdapat kue di dalamnya. Tidak besar, lalu segera menancapkan lilin di atasnya dan mulai menyalakan apinya.
Shisi memandang Ethan dengan kerutan di kening. Apalagi saat pemuda itu merogoh saku celananya dan terlihat sebuah pemantik di tangan Ethan.
Ethan mengambil kue itu dan mendekatkannya pada Shisi. Pemuda itu menatap jam digital yang ada di ruangan sebentar lalu kembali mengalihkan atensi pada Shisi.
"Selamat ulang tahun. Semoga dengan bertambahnya usia lo ini, lo akan menjadi sosok yang lebih kuat dan tangguh," ucap Ethan yang kini sudah duduk kembali pada kursi di dekat brankar Shisi.
Baiklah. Shisi kali ini tidak bisa menahan air matanya lagi. Kristal itu pun jatuh membasahi pipinya karena rasa haru. Ternyata masih ada yang mengingat kalau dirinya hari ini berulang tahun.
"Terima kasih," ucap Shisi serak.
Kali ini Ethan memang membiarkan gadis itu menangis. Meraih garpu, dia memotong sedikit kue itu dan menyuapkannya pada Shisi.
"Oh, iya. Ada orang yang ngasih sesuatu buat lo nih." Ethan meraih paperbag yang ada di meja samping brankar. Dia meletakkannya di pangkuan Shisi. Bungkusan itu cukup besar.
Shisi mengusap matanya ketika pandangan mengabur. "Gue pikir dari lo."
Ethan menggeleng. "Bukan. Tadi Lusi nemuin di depan pintu. Kayaknya ada yang narok di sana."
Bolehkah Shisi berharap itu dari Ali?
Shisi mulai membuka paperbag itu, di dalamnya terdapat sebuah bungkusan berwarna pink dan juga kotak. Pertama, dia buka box dengan nama sebuah toko yang cukup terkenal di sekitar tempatnya tinggal.
"Bagus banget," ucapnya ketika membuka kotak itu dan melihat sebuah kue dengan tulisan selamat ulang tahun Shisi.
Berakhir pada bungkusan lain, kali ini Ethan yang membantu membukanya. Sebuah boneka beruang berwarna biru dan putih terlihat.
Sontak saja hal itu membuat mata Shisi kembali mengembun. Ingatannya terlempar pada kejadian beberapa waktu sebelum ibunya meninggal.
Dia hanya berjalan-jalan santai sore itu bersama sang kakak Asher. Melewati toko boneka, Shisi merasa jatuh cinta pada salah satu yang dipajang.
"Kamu mau?" Pertanyaan itu masih sangat bisa dia ingat dari Asher.
Shisi memang mau, tetapi ia menggeleng mengingat kondisi keluarganya saat ini. Saat itu pula Asher mengelus puncak kepalanya. "Doakan interview Kakak besok berjalan lancar dan Kakak bisa keterima di perusahaan besar itu. Kalau iya, gaji pertama Kakak akan Kakak belikan boneka itu untuk kamu."
Tangis Shisi pecah seketika. Dia memeluk erat boneka yang baru saja dia dapat itu. "Kak Asher," panggilnya dengan tangis yang memilukan. Rasa rindu itu teramat dalam pada sosok sang kakak yang dulu selalu berada di garis paling depan saat terjadi apa-apa dengan dirinya.
Ethan yang mendengar nama itu dipanggil cukup mengerti. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain membawa Shisi dalam pelukannya untuk menenangkan.
***
Ali hanya diam semenjak kemarin Ethan mendatangi apartemennya. Kenyataan yang dijelaskan sahabatnya itu membuat dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Thrisa.
Ah, tidak. Bahkan pada ketiga temannya. Di saat jam istirahat ini pun, dia memilih untuk sendiri. Tidak ada yang berani mengusik dirinya kala Ali sudah dalam mode diam.
Pemuda itu bangkit dari duduknya, memutuskan untuk menenangkan diri di tempat biasa dia kunjungi. Apalagi dua orang yang beberapa waktu kemarin dia benci sama-sama tidak masuk.
Namun, langkahnya berhenti di belakang kusen pintu saat mendebar percakapan dua orang di luar.
"Abis ini langsung ke rumah sakit?" Itu adalah suara milik Lusi.
"Iya. Sebenarnya gue tuh semalam mau nginep di rumah sakit. Biar bisa ngerayain malam ulang tahun Shisi. Sayang gue nggak diizinin nginep di rumah sakit sama bokap."
"Sama."
"Pasti Ethan semalam yang udah kasih kejutan buat Shisi. Gila sih. Dia meskipun dingin tapi baik banget. Gue salut sama dia. Gue yang merasa beruntung dia selalu ada buat Shisi dalam keadaan gini."
Kedua tangan Ali yang masuk pada saku celana terkepal kuat. Dia menggertakkan gigi mendengar pembicaraan itu.
Tanpa kata, Ali langsung melanjutkan langkahnya dan berbelok ke arah kiri. Bukan arah di mana rooftop harusnya berada. Bisa dia tahu kalau dua gadis itu menghentikan pembicaraan mereka. Pasti karena melihat dirinya.
Ali berjalan ke arah parkiran. Dia memasuki mobil dan melajukannya keluar dari area sekolah. Jangan ditanya ke mana. Rumah sakit tentu saja.
Namun, sesampainya di sana langkah Ali terasa berat. Dia hanya berdiri diam di depan pintu menatap ke dalam ruangan melalui kaca yang ada di pintu.
"Makan." Itu adalah suara Ethan yang mampu dia dengar karena pintu tidak tertutup sempurna.
Tahu apa yang dia lihat kini? Shisi, tengah makan dengan bantuan Ethan yang menyuapi gadis itu.
🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊
Selamat pagi di hari yang cerah😊😊😊😉
Bagaimana kabar para sahabatku semua
Eakkk
Masih sehat?
Masih nunggu Yakin Putus?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top