🦊 11. Traped 🦊

11. Traped



🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊



Shisi memasuki kelas setelah berganti seragam dan juga membersihkan sisa air matanya di toilet. Dia harus kembali seorang diri karena Ethan masih ditahan di ruang guru. Ya. Beberapa saat lalu, dia, Ethan dan Ali dipanggil ke kantor untuk sidang mengenai perkelahian dua pemuda itu pada jam olahraga.



"Gimana?" tanya Lusi saat Shisi sudah duduk di bangkunya.



"Kalian dihukum?" Kali ini Raisa yang turut bertanya.



Shisi mengembuskan napas kasar. "Gue sih enggak dihukum. Tapi nggak tahu mereka," jawabnya dengan bahu yang turun.



Lusi memukul meja. "Lagian kenapa, sih si Ali itu? Tiba-tiba main pukul nggak jelas kayak gitu? Gila apa, ya?" Gadis itu menumpahkan kekesalannya.



"Kayaknya Ali cemburu," ucap Raisa yang langsung mendapatkan tatapan kedua temannya. Gadis itu menatap Shisi dan Lusi secara bergantian.



Dia mengangguk. "Iya. Gue yakin itu sebenarnya Ali masih suka sama Shisi. Terus cemburu pas lihat Shisi main sama Ethan tadi." Itulah praduga Raisa.



"Bener juga." Lusi menjentikkan jari dan menatap Shisi.



Sedangkan Shisi dia hanya menghela napas dalam. "Udah. Nggak usah bahas-bahas Ali."



"Ke-" Perkataan Raisa terhenti saat pintu kelas terbuka, penampilan sosok Ethan yang memasuki ruangan dengan memegang sudut bibirnya.



Shisi lekas bangkit ketika pemuda itu mendekat ke arahnya. Tidak lupa, kan kalau bangku Ethan ada di belakang meja Shisi? Gadis itu berdiri di hadapan pemuda yang kini sudah memakai seragamnya kembali.



"Lo nggak papa? Lo dihukum?" tanya Shisi. Di saat yang sama Ali juga memasuki kelas. Pandangan mereka sempat bersibobrok sebelum pemuda itu memutuskannya dan pergi ke sudut bagian belakang kelas.



Tak ingin menatap Ali, Shisi memilih untuk menunggu jawaban dari Ethan yang kini menunjukkan senyum satu sudut bibirnya. "Dihukum. Tapi nggak sampai disuruh nyemplung jurang kok."



"Ish." Shisi memukul dada Ethan pelan. Namun, sepertinya itu adalah bekas pukulan dari Ali karena pemuda di hadapan sampai meringis. "Lo nggak papa?" tanya Shisi khawatir.



Sedangkan Ethan hanya terkekeh lirih, membuat Shisi mengerti kalau dirinya tengah dikerjai. "Sialan." Dia kembali melabuhkan pukulan yang kini sedikit lebih keras.



"Panas, Buk," ucap Raisa.



Suara gebrakan terdengar dari belakang kelas. Semua menoleh ke arah Ali yang baru saja merobohkan tempat duduknya. Pemuda itu bangkit. "Ke mana lo, Li?" tanya Chris.



"Cabut." Ali hanya menjawab dengan satu kata tanpa harus repot-repot menoleh ke arah temannya. "Jangan ikuti gue," ucapnya ketika dia merasakan teman-temannya akan mengikuti dirinya.



Pemuda itu melanjutkan langkah hingga keluar dari kelas, meninggalkan Chris yang menggerutu, "Ya elah. Ketua Osisi yang suka bolos lo doang, Li."



"Si bego," ucap Aldo yang memukul kepala Chris. "Ngomong tuh kalau ada orangnya. Orangnya udah ilang baru ngomong. Nggak guna."



"Fiks." Ethan, Shisi dan Lusi menatap Raisa yang baru saja bersuara. "Dia emang masih suka sama lo."



Tidak ada tanggapan dari Shisi. Dia hanya menatap Ethan di mana pemuda itu hanya menampilkan sebuah seringai. Seorang guru baru saja memasuki kelast. Tidak ingin menjadi sasaran amukan guru itu, Shisi dan Ethan segera duduk di tempatnya masing-masing.



"Gue bantuin," ucap Shisi ketika kelas sudah kosong. Ya. Ethan harus membersihkan kelas sepulang sekolah karena itu bentuk hukuman dari kepala sekolah. Jika tidak, maka orang tuanya akan dipanggil. Sebenarnya itu tidak masalah. Hanya saja dia sedang malas berurusan dengan papanya.



"Nggak usah. Ini, kan hukuman gue." Pemuda itu menolak bantuan yang ditawarkan Shisi.



"Tapi lo sendirian. Lo,kan harusnya dibantu Ali. Makanya biar cepet selesai gue bakal bantuin lo."



"Jadi lo bantuin gue karena mau gantiin Ali?" tanya Ethan dengan tatapan menelisik.



"Ish apaan, sih. Udah ayok ah kerjain." Gadis itu sudah mengambil sapu yang biasa diletakkan di belakang pintu.



"Eh. Lo, kan harus kerja."



"Masih ada waktu. Makanya cepet selesaikan setelah itu antar gue pulang dan antar gue ke kafe. Anggap aja bentuk terima kasih lo ke gue setelah gue ringanin hukuman lo," jawab Shisi enteng.



Ethan melipat tangan di depan dada. "Pinter banget lo mengambil kesempatan."



Sedangkan Shisi menatap dengan sebuah senyuman yang menampilkan deretan giginya yang rapi. "Iya dong. Shisi gituloh. Udah ah, yuk." Ethan menggelengkan kepala dengan sikap Shisi. Senyuman yang diperlihatkan gadis itu barusan seolah menggambarkan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.



Padahal Ethan masih ingat bagaimana Shisi menangis dengan sesenggukan dalam pelukannya saat turun dari rooftop. "Gue nggak akan biarin orang lain nyakitin lo, Shi," ucapnya pelan. Setelahnya dia pun turut membersihkan kelas.



Tidak butuh waktu lama karena kelas juga tidak terlalu besar. Apalagi dikerjakan dengan dua orang. Tinggal membersihkan meja. Namun, kegiatan mereka terhenti saat seorang murid perempuan memasuki kelas.



"Shisi. Ditunggu Ali di kolam renang," ucap gadis itu.



Kening Shisi terlipat, saling pandang dengan Ethan lalu kembali menatap gadis itu. "Bilangin gue nggak mau ketemu dia."



Namun, gadis di hadapannya menunjukkan raut ketakutan. "Kalau lo nggak dateng, ponsel gue nggak akan dikembalikan Ali. Tolong dong. Itu satu-satunya ponsel yang gue punya." Kedua jarinya saling memilin di depan tubuh.



Ethan memandang Shisi yang juga tengah menatap dirinya. "Mau gue temenin?"



Shisi menghela napas dalam dan menggelengkan kepala. Lagi-lagi menarik napasnya dalam. Sudah berapa kali dia melakukan itu hari ini? "Enggak usah. Lo selesaiin aja ini biar cepet selesai. Abis itu tunggu gue di parkiran."



Ethan hanya mengangguk membuat Shisi segera keluar dari kelas dan pergi menuju kolam renang yang biasa digunakan murid-murid Atmadaya yang mengikuti ekskul renang. Sepanjang mata memandang, tidak ada sosok Ali di sana.



"Mana Ali?" tanya Shisi. Anehnya, gadis yang memberi informasi padanya ini hanya menundukkan kepala. Hal itu membuat dia mengerutkan keningnya bingung. Ada yang tidak beres. Itu kesimpulannya saat ini.



Benar saja. Dari arah ruang ganti terlihat Thrisa dan kedua temannya yang datang dengan tampang menantang. Shisi menatap gadis yang tadi membawanya ke tempat ini.



"Maa---maaf, Shi," ucap gadis itu lirih. Tak lama dia meliht Thrisa yang memberikan sebuah ponsel pada gadis itu. Itu artinya ponsel dari murid yang tidak dia ketahui namanya ini disita oleh Thrisa dan bukan Ali.



"Pergi sana." Thrisa mengusir gadis itu. Kini, murid yang katanya tercantik di sekolah itu tengah memutari dirinya.



"Gue heran sama lo. Apa, sih istimewanya lo sampai Ethan dan Ali ngerebutin loo?" tanya Thrisa yang masih menelisik tubuh Shisi. Bagi gadis itu, mantan Ali ini tidak sebanding dengan dirinya.



"Gue nggak merasa diperebutkan," jawab Shisi enteng.



"Songong banget lo. Merasa cantik?" Sepertinya Thrisa terpancing emosi. Sedangkan Shisi yang malas menghadapi gadis tidak jelas ini hanya karena laki-laki itu memasang wajah jengah.



Thrisa mengikis jarak di antara mereka. "Kalau lo dah putus sama Ali, nggak usah berkeliaran di sekitar Ali."



Shisi melipat tangan di depan dada. "Kayaknya nggak harus gue jelasin sisi mana yang berada di sekitar Ali." Ya. Selama ini dirinya, kan tidak pernah mendekati Ali. Tapi Ali yang selalu muncul di sekitar dirinya.



Mendengar itu membuat Thrisa marah. Giginya saling bergemeretuk. Pandangannya jatuh pada leher Shisi di mana sebuah benda tergantung di sana. Sebuah seringai muncul pada wajah Thrisa.



Dengan gerakan kilat dia mengambil alih sebuah kalung berliontin bintang---ada huruf A dan S di sana. Shisi terkejut. Thrisa mengangkat kalung itu di hadapan Shisi. "Lo nggak pantes pakai kalung ini."



Tanpa kata, Thrisa segera melempar kalung itu ke arah kolam yang membuat benda itu langsung tenggelem ke dasar.



Shisi yang melihat itu panik. "Thrisa!" teriaknya.



"Kalau lo mau, ambil Aja." Tanpa kata Shisi melompat ke arah kolam untuk mencari kalung itu. Thrisa yang melihat itu tersenyum sinis.



"Cabut," ucap Thrisa ke arah kedua temannya.



"Tapi, Thris. Bukannya dia nggak bisa berenang?



"Makanya cepet cabut." Ketiganya pun berlari keluar dari area kolam renang.



Shisi masih mencari kalung yang baru dibuang Thrisa. Beruntung hari ini tidak ada jadwal pelajaran renang sehingga air masih jernih dan dia mudah mencari kalung itu



Setelah dapat, barulah dia menyadari satu hal, kalau dirinya tidak bisa berenang. Hampir dua menit dia mengepak-ngepak air karena tidak bisa keluar dari kolam. Air kolam tidak terasa terminum olehnya. Dada mulai sesak dan memberat, badan pun seperti terbakar. Lemas, pergerakan pun melambat.

***



Ethan memandang bingung Ali yang berada di parkiran bersama ketiga temannya. "Kalau Ali di sini, Shisi di mana?"



Ethan hampir acuh dan memutuskan untuk menunggu Shisi. Namun, langkahnya terhenti dan kembali menatap Ali. Perasaannya tidak tenang. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara mereka dan Shisi kembali menangis?



Memberanikan diri, Ethan berjalan mendekati Ali dan teman-temannya. "Eh, Than," sapa Chris.



Ethan hanya membalas dengan senyum tipis khasnya. Tatapannya jatuh pada Ali yang melemparkan pandangan ke arah lain. "Mana Shisi?" tanyanya tidak berbasa-basi.



Sedangkan Ali yang mendengar itu tersenyum sinis. "Lo ... tanya di mana Shisi sama gue?" Ali menunjuk dirinya. "Waras lo?" Tawa terdengar dari Raihan.



Kerutan di kening Ethan semakin terlihat. Dia merasakan hal aneh. "Gue tanya. Di mana Shisi?" Dia bertanya kembali dengan penekanan.



Ali masih memasang wajah meremehkan. "Kenapa tanya sama gue? Lo, kan pacarnya. Dan gue hanya mantan. Mana gue tahu."



Mendengar itu membuat Ethan kesal. Dia meraih kerah seragam Ali dan mencengkeramnya. "Jangan main-main. Di mana Shisi!" teriaknya marah.



Aldo dan Chris yang melihat itu segera memegang tangan Ethan. "Eh, Than. sabar. Kita nggak tahu di mana Shisi. Apalagi Ali yang dari tadi keluar dari kelas. Terakhir tadi, kan lo yang sama dia," jelas Aldo.



Ethan semakin cemas. Perasaan khawatir dan takut menjadi satu. Kemungkinan buruk pun terlintas di benaknya. "Sial."


🦊🦊🦊🦊🦊🍁🍁🍁🦊🦊🦊🦊🦊


Selamat pagi semuanya. Apa kabar kalian?

Sehat bukan?

Yuk baca kisah selanjutnya Yakin Putus?

Jangan lupa tekan bintang dan koemnnya, ya.

For your information. Bab ini harusnya ada 1700 kata. Tapi, karena minimal up harus 1500, jadi kepotong deh.

Lengkapnya?

Tunggu aja di versinya nanti😉

Love you All😘😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top