Overtime


Pasal 78 UU No 13 Tahun 2003
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 2 harus memenuhi syarat :
1. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
2. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

🍂

Bagi siapapun, pekerjaan yang kian bertumpuk di meja kerja adalah hal yang tidak menyenangkan bahkan bisa menimbulkan stress. Aleena salah satunya. Jam dinding sedari tadi seolah menyuruhnya pulang dengan bahasa tersendiri.

TIK TOK! TIK TOK!

Terakhir yang ia lihat menunjukkan pukul 10 malam. Entah sekarang. Aleena mesti memutar tubuh untuk memastikan jarum jam sudah berada di angka mana. Punggung payah Aleena seperti tidak mengizinkan, pegal bukan main. Makanya ia putuskan tidak memperdulikan waktu. Biar dia berjalan cepat ataupun lambat, Aleena hanya ingin pekerjaannya cepat selesai.

Kantor di malam hari sangat mencekam. Meski seluruh lampu menyala namun kesan gelap dan hening tidak bisa lepas dari tiap jengkalnya. AC dibiarkan berhembus normal membawa aroma orchid dari pengharum ruangan yang digantung di sela-sela rongga AC. Aleena kepanasan, bukan tanpa sebab ia begitu, besok adalah hari deadline, hari keramatnya.

Kenapa?

Aleena bekerja sebagai administrasi penjualan di sebuah perusahaan penerbit yang dikenal menggurita selama beberapa tahun terakhir.

Setiap tahun ajaran baru, semua data penjualan harus terinput database. Selanjutnya dibuatkan laporan oleh tim keuangan. Besok adalah tahun ajaran baru itu. Dan berkas yang belum dikerjakan masih terlalu banyak, tiga hari yang lalu Aleena tumbang karena sakit.

Sesuai kebijakan kantor, ia kira ada yang mem-backup pekerjaannya. Ternyata rekan satu timnya malah dipindahkan ke bagian keuangan sehingga pekerjaan Aleena otomatis terbengkalai.

Mengingat betapa tidak menyenangkan dicap tidak profesional, Aleena sengaja memilih lembur sendiri bersama setumpuk pekerjaan.

Niatnya begitu, tapi Aleena kelimpungan. Berkas-berkas tampak tidak berkurang meskipun jari sudah keriting atau mata serasa ditarik gravitasi menghasilkan kantung mata yang mengerikan.

Aleena melihat jam dinding saat ini. Pukul 1 dini hari. Hebat, rekor terlamanya di kantor.

Aleena menghela nafas panjang. Merasa sebal karena mengingat alasannya sendirian di kantor karena ulah manager-nya, pak Elijas.

Seminggu sebelum tahun ajaran baru pak Elijas sengaja merombak personil tiap ruangan. Seharusnya ada dua atau tiga personil yang memegang pekerjaan administrasi seperti Aleena. Namun dengan kuasanya ia memindahkan rekan kerja Aleena ke ruangan lain dengan dalih butuh tenaga tambahan. Seandainya pak Elijas tidak mengutak-atik personil, pastilah Aleena tidak akan kesulitan seperti sekarang.

Aleena tahu pak Elijas sengaja, sebab ia sudah menolak cintanya sebulan lalu. Bukan hanya itu, Aleena sudah membuatnya malu di hadapan karyawan lain, ia menampik aksi romantis pak Elijas yang menyodorkan cincin emas 24 karat. Ia melamar Aleena, tapi ditolak. Kata 'maaf' terucapkan tegas sebelum pak Elijas menyelesaikan kalimatnya.

Pak Elijas memang tidak terlihat marah, tapi ia membalas Aleena dengan memanfaatkan jabatannya sebagai manager. Ia sering membedakan Aleena dengan karyawan lain, memanggil ke ruangannya hanya karena satu kali absen sakit, ataupun menyuruh Aleena lembur menyelesaikan tugas-tugas yang sebenarnya bisa diselesaikan besoknya. Seperti kasus sekarang ini.

Mata Aleena mulai perih, jari-jarinya juga kehilangan kecepatan menari di atas keyboard komputer. Berkali-kali salah ketik, menghapusnya dengan backspace ataupun tulisan di berkas mulai memudar. Aleena benar-benar kacau. Tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Ah, masa bodohlah!

Sekarang Aleena sudah sampai pada batasnya. Aleena tidak bisa menyelesaikan sisa berkas yang menumpuk. Besok saja ia lanjutkan lagi, atau bicara dengan supervisornya karena tidak bisa menyelesaikan tepat waktu. Mungkin  supervisornya mau mengerti, tidak seperti pak Elijas yang kejam itu.

Masa bodoh dengan pak Elijas. Aleena tidak sanggup lagi, ia benar-benar butuh tidur. Ia memerlukan bantal dan tempat tidurnya saat ini.

🍃


Belakangan sedang marak aplikasi ojek online. Aleena belum pernah menggunakannya walaupun aplikasi tersebut sudah diinstal di smartphone. Maka untuk pertama kali, Aleena menggunakan aplikasi ini. Mendaftarkan identitas terlebih dahulu, menekan beberapa tombol, mengikuti tiap langkah sampai pesanannya didaftarkan.

Layar smartphone memunculkan notification bahwa ada yang menyambut pesanannya. Data-data driver dimunculkan, pun dengan rincian kendaraan.

Driver-nya bernama Neil Pijaraga.

Aleena memerhatikan laki-laki itu dalam foto, tatapan sayu dan menghunus tajam, garis tipis bibir tanpa lengkungan senyum, mata biru muda seperti langit, rambut rapi pendek berwarna hitam keemasan, serta kulit putih pucat seperti vampire.

Aleena menggigit bibir bawahnya, bagaimanapun ini pengalaman pertama. Ia berharap perjalanan pulangnya akan baik-baik saja.

Tidak perlu menunggu waktu lama sampai driver Aleena tiba. Motor besar berwarna hitam dengan polet merah berhenti di trotoar tempat Aleena menunggu.

Laki-laki yang Aleena yakini memiliki tubuh 20 senti lebih tinggi darinya, membuka helm dan mengibaskan rambut kusut masai. Laki-laki bernama Neil itu menatap mata Aleena dengan tajam. Aleena tidak lantas menyapa, lidahnya kelu. Neil punya aura yang bisa menghentikan ruang gerak siapapun yang menatap mata birunya seperti terhipnotis.

Neil menyerahkan helm lain berwarna putih yang disambut Aleena kemudian. Tidak ada dialog dari keduanya, tahu-tahu Aleena sudah duduk di belakang jok motor. Aleena memegang ujung jaket kulit Neil ketika deru motor mulai memekakkan gendang telinga.

Neil tancap gas, motor melaju kencang. Pegangan di ujung jaket Neil semakin erat, Aleena takut dengan kecepatan yang Neil gunakan menari di aspal jalan.

"Maaf, bisa tolong pelankan motornya," pinta Aleena sedikit berteriak khawatir suaranya kalah dengan deru motor.

Neil tidak menggubris, kecepatan tetap statis.

"Hei, kamu mendengarku? Tolong pelankan motornya kyaaaaaa~"

Bukannya memelankan laju motor, Neil malah makin tancap gas hingga kecepatan penuh. Badan motor meliuk-liuk di jalanan yang sepi aktifitas manusia. Dini hari membuat jalanan lengang nyaris kosong. Neil leluasa membawa motor ke tengah jalan sesuai rute pulang ke rumah Aleena.

Badan Aleena terlonjak beberapa kali ketika roda motor menggilas polisi tidur. Juga nyaris terjatuh saat badan motor memiliki kemiringan 45 derajat dari tanah. Aleena mengencangkan pegangannya di pinggang Neil yang kurus, kedua matanya menutup, ketakutan.

Tak berapa lama motor berhenti tepat di pagar rumah Aleena. Rem mendadak membuat Aleena menubruk punggung Neil. Aleena langsung turun dari motor. Tanpa melepaskan helm ia mengayunkan tas tangannya ke lengan Neil. Aleena memukulnya sebagai bentuk protes.

"Kamu gila, kamu mau bikin aku mati karena jantungan. Pokoknya aku ga akan memberikanmu bintang. Cara mengendaraimu seperti berandalan. Aku ga suka!" Aleena marah-marah.

Neil tidak tampak tersinggung ataupun merubah raut wajah dibalik helm miliknya. Dan yang membuat Aleena makin emosi ketika Neil merebahkan tangannya meminta Aleena segera melepaskan helm. Aleena menurutinya meski dengan sedikit melempar helm ke pangkuan Neil.

"Pelayananmu sangat ga ramah," protes Aleena lagi. Aleena merogoh isi kantongnya, membuka dompet dengan rasa kesal bukan main.

"Ga usah bayar!" seru Neil dengan suara berat yang ia punya.

Tanpa menunggu aba-aba, Neil melajukan motornya lagi. Hanya tiga detik Aleena bisa melihat bagian belakang motor sampai akhirnya menghilang di ujung jalan.

Cih!

Aleena masuk ke dalam rumah masih dalam suasana dongkol. Dan alangkah kagetnya ia mendapati pintu rumahnya tidak terkunci.

Sudah jadi rahasia umum Aleena tinggal seorang diri di rumah dua lantai kawasan cluster yang cukup elit. Seorang diri, artinya tidak ada yang bisa menolongnya bila benar dugaan Aleena bahwa ada seseorang yang jahat masuk ke rumahnya.

Aleena menelan ludah apalagi ketika muncul suara yang cukup berisik berasal dari dapurnya.

BRUAKKK!!!

🍃

halo lagi...

gimana dengan part awal ini

udah dapat feel-nya kah?

saranku sih kalian mesti teliti dan menyimak setiap part-nya, karena siapa tahu petunjuk justru datang dari hal-hal kecil yang sengaja kusebar di sana-sini

selamat menebak,

selamat jatuh cinta,

dan selamat membaca..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top