pojokan story: kenapa sih namanya X
Tragedi X
Kerusuhan makin menggila. Orang-orang menjarah toko, menghancurkan mobil yang terparkir, merusak pintu serta pagar rumah-rumah. Jalanan raya macet total, mobil-mobil terhenti paksa. Sepanjang jalan, massa membludak, mengelilingi suatu area luas yang dibatasi oleh dinding tinggi.
Di tengah huru-hara yang mengharu biru, seorang pria menyetir mobil, menembus kerumunan massa yang hiruk pikuk. Orang-orang berteriak, menjerit, memaki, melempari kendaraan tersebut. Si sopir mengebut, amat tergesa-gesa, bagaikan merasa bahwa sudah tak ada waktu banyak. Di kursi penumpang, seorang wanita yang bunting besar berbaring seraya merintih kesakitan, meremas bantalan jok.
Sejumlah massa menghadang, tetapi si sopir tetap melajukan kendaraan. Alhasil tubuh-tubuh manusia tertabrak, terlempar, terlindas. Sebagian memipih, lainnya berdarah-darah, bahkan ada yang sampai terpotong-potong. Ceceran daging memburai ke jalanan, juga menodai kap serta atap mobil. Roda pun ternodai cairan merah kehitaman. Meski begitu, si sopir tak acuh menjalankan mobil.
"Hentikan proyek Percobaan X!"
"Tangkap para orang gila biadab itu!"
"Kembalikan anak-anak kami!"
Gerombolan demonstrasi berseru sarat protes, mengangkat tinggi-tinggi spanduk yang dibawa, lalu mengejar satu mobil yang melewati jalan raya kosong. Si pria menjadi panik. Wanita penumpang berteriak, makin kesakitan. Air ketuban telah pecah, membanjir. Wanita itu mengigau, meracaukan apa pun mengenai nasib kandungan di perutnya.
Terjadi ledakan luar biasa yang meruntuhkan puncak gedung tertinggi di sana. Orang-orang terbirit-birit, kocar-kacir menghindari puing-puing yang runtuh. Bumi berguncang, kerumunan massa kalang kabut. Ada manusia yang tertimbun reruntuk, terjepit, memohon pertolongan. Beberapa orang yang berdarah-darah dengan benda menancap berlarian mencari bantuan.
Mobil yang dilajukan si pria telah berhasil keluar dari kerumunan massa, sampai pada daerah kering kerontang, diisi reruntuhan kota mati. Kendaraan tersebut memasuki wilayah yang dibatasi dinding hancur. Tampak beberapa plang yang didominasi oleh tulisan "Area X". Merasakan kedamaian, mobil berjalan pelan, menikmati ketenteraman.
Pada masa komplet hening pula sunyi, si wanita mengejan, berkali-kali mendorong perut dengan tenaga. Si pria penyetir menyemangati dengan kata-kata penuh dukungan. Tangisan keras yang pecah menjadi tanda akhir perjuangan mereka, baik si wanita sebagai ibu maupun si pria sebagai pengantar.
Di hari Tragedi X, berlokasi di Area X, seorang bayi laki-laki lahir.
***
Di sebuah ruangan kamar khas remaja laki-laki, X, Ye, dan Zet yang mengenakan pakaian santai berbincang-bincang. X menceritakan suatu kisah, sementara Ye dan Zet menyimak.
"X, ternyata kamu itu suka berimajinasi tinggi, ya?"
"Lebih tepatnya berhalusinasi dan berdelusi."
Ye dan Zet melayangkan tatapan wajah mengejek.
X tak terima, "Nama kalian itu yang cupu banget!"
Ye yang membawa papan nama bertulis "Jeremy Irawan", juga Zet yang pula memampang papan tertera "Abdul Zaenal", memasang raut muka datar.
"Yeee, terserah kita dong! Kita kan gak pakai nama asli, gak apa-apa."
"Iya, kita itu menemani kau, X!"
X mengacak-acak rambutnya. Kemudian, dia menoleh ke seseorang yang sibuk mengetik laptop di meja belajar.
"Woi, orang aneh, gimana ini?"
Seseorang yang dipanggil orang aneh berjeda, memaling kepada X. "Hm? Oh, X, ya. Kamu kan sudah mati, jadi istirahat dulu sana."
"Apa kau bilang?! Dasar orang aneh!"
X mengamuk, Ye dan Zet sempat mencekal tubuhnya, tetapi amat kewalahan. X meronta-ronta sangat kuat.
Orang aneh berujar, "Tenang, tenang saja. Nanti peranmu bakal digantikan sama tokoh baru namanya Ex. Nanti juga kamu bakal muncul lagi kok di akhir pentas. Gimana? Tunggu aja, ya!"
X berhenti naik pitam. Ye dan Zet bisa bernapas plong.
"Ya sudah, tidak ada pilihan lain. Janji, lo, ya?"
Si orang aneh mengangguk, kemudian lanjut mengetik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top