Eks-3. VACATION n MASSACRE
Dalam sudut pandang Eks, masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang dipermainkan di atas roda takdir. Mereka harus bertahan supaya tetap berada di tempat tinggi, meski itu harus mendorong orang lain yang menghalangi. Apabila ada yang jatuh, maka tamat sudah riwayat hidupnya. Demi sintas dari permainan roda takdir ini, Eks akan melakukan apa pun, bahkan jika harus menjadi tokoh utama yang jahat.
Namun, setelah ini, Eks bakal segera mengerti konsekuensi dari segala perbuatan buruk yang telah diaperbuat semasa hidupnya. Lambat laun, sifat hipokrisi itu akan segera terungkap, melahap tubuhnya hidup-hidup sampai tak tersisa. Eks harus menebus dosa dengan menghilangkan segala kepura-puraan.
Hari terjadinya insiden brutal kematian Andi adalah Senin. Sekarang, satu minggu telah terlewat. Pagi ini, Eks mendapat kabar nan teramat mengejutkan, yang tidak pernah dia duga dalam hidupnya.
Kemarin siang, dalam perjalanan pakansi yang direncanakan oleh para laki-laki kelas VIII-E, bus yang dinaiki mengalami kecelakaan parah. Kendaraan tersebut masuk jurang sungai nan dalam, diperparah oleh arus deras yang menghanyutkan beberapa orang. Semua penumpang mati.
Termasuk Ye dan Zet.
“Eks, kamu tidak ikut?” Panggilan Ye terdengar dari seberang telepon.
“Maaf, aku sedang tidak enak badan. Kalian berdua nikmatilah liburan tanpa aku. Enak ‘kan rasanya terbebas dari pekerjaan?” Eks masih bisa tertawa walau terbaring tak berdaya di atas kasur kamar nan mewah, dirawat oleh seorang wanita pembantu.
Kini giliran Zet yang bersuara, “Diantoki, Eks! Masa orang hebat sepertimu bisa sampai sakit demam? Sungguh memalukan!”
“Kau benar. Sungguh memalukan sampai-sampai aku merasa ingin hilang dari dunia yang busuk ini.”
Kemudian, mereka bertiga tertawa bersama-sama.
Eks tidak percaya. Ketika memasuki kelas sebelum bel pagi berdering, dia langsung diberi berita sungkawa macam itu. Tentu si lelaki berkarisma tak terima, menganggap semua hanyalah bohongan belaka.
“Mengapa baru memberi tahu sekarang?!”
Seorang perempuan menjawab sambil menunduk, “Maaf, Eks, kamu tidak bisa dihubungi karena katannya sedang beristirahat dan tidak bisa diganggu.”
Eks merutuki kebodohannya. Jika dia tidak memerintahkan para pembantunya untuk membatasi komunikasi dengan luar, akankah Eks bisa segera menjenguk keadaan dua sahabatnya yang tewas selepas kecelakaan? Eks tidak mampu berpikir jernih lagi. Informasi barusan menjadi impuls inhibisi yang mencegah otaknya mengolah data dengan benar. Dia harus menenangkan diri terlebih dahulu, tidak berbicara kepada siapa pun untuk sejenak, duduk merenung di kursi belakang. Setelah itu, baru boleh kembali lagi.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Eks mampu menguasai nafsunya. Lelaki itu menuju kerumunan nan tengah berbincang, mengajukan pertanyaan, “Kapan mereka akan dikuburkan?”
Salah satu remaja membalas, “Hari ini, jam satu siang.”
Eks termangu.
Pada waktu yang dijanjikan, pemakaman pun dilaksanakan. Orang-orang berduyun-duyun menghadiri guna turut mengucap dukacita. Di tempat nan luas tersebut, para kerabat korban meninggal menangisi jasad para remaja yang akan dikebumikan. Eks salah satu orang yang berada di barisan depan, bersama teman-teman sekelas. Lelaki itu mengenakan pakaian hitam bernada sungkawa.
Setelah dibunyikan isyarat, orang-orang berjalan kaki menuju makam nan tidak jauh. Di sana, peti-peti mati dimasukkan dalam liang lahat. Insan yang mengelilingi pun menyaksikan dengan pandangan getir. Selepas permakaman, para pelayat mulai meninggalkan tempat. Eks masih tersisa bersama beberapa insan.
Berdiri dekat dua kuburan dengan batu nisan bertulis nama sahabatnya, Eks memandang pilu. “Sayang sekali, hanya aku yang tersisa, Ye, Zet.” Eks mendongak, memandang langit nan diselimuti awan-awan sendu. “Apakah janji yang kita bertiga buat masih bisa ditepati?”
Kematian terasa begitu dekat.
***
Seperti ditimpa runtuhnya tangga kemalangan, dalam satu minggu kemudian, rentetan peristiwa kematian terjadi secara beruntun. Semuanya melibatkan para siswa kelas VIII-E SMP Piji. Ada yang tewas dalam tabrak lari, meninggal akibat mengidap penyakit kronis, mati bunuh diri setelah menenggak racun tikus, dan dibunuh oleh orang misterius.
Kini, hanya tersisa segelintir siswa yang menghadiri kelas. Sebagian besar yang masih selamat memilih untuk absen, atau membolos di rumah sambil menunggu pengurusan mutasi sekolah. Pelajaran pun lebih sering kosong. Eks tidak ingin ini semua terjadi. Apa yang menyebabkan semua temannya mati satu per satu?
Di kelas, Eks berunding bersama tiga orang siswi, menggabungkan empat meja jadi satu. Sebut saja ketiga siswi itu Hasni, Ines, dan Kiky. Hasni memiliki ciri berwajah cantik, Ines bermuka dingin, sedangkan Kiky tampak tomboi.
Eks tampak kalut. Rambut serta pakaian acak-acakan, tidak seperti biasa. Tingkahnya berganti sering diam dan melamun. Cara bicaranya pun berubah menjadi lebih introver.
Eks membuka obrolan, “Mengapa ini semua bisa terjadi? Di saat seharusnya kita bersekolah seperti siswa pada umumnya, mengapa kematian mendatangi orang di kelas ini satu per satu?”
Hasni menimpali, “Sabar, Eks. Ini semua sudah digariskan oleh takdir. Kita harus sabar dan tabah menghadapinya. Jangan murung terus begitu, Eks!”
Namun, kata-kata semangat itu tak mempan. Kiky pun hanya bisa diam memandang prihatin.
Kesal melihat si lelaki tampak lesu, Ines mencoba masuk percakapan. “Coba pikirkan kemungkinan yang menyebabkan ini semua terjadi. Seperti, awal mulanya. Bukankah orang pertama yang mati itu Andi?”
Eks terlihat laksana mendapat lampu terang. “Kau benar! Bisa jadi … ini adalah kutukan dari Andi. Andi ingin membawa teman-temannya bersama ke alam sana. Aku tak bisa membiarkan ini terjadi. Sebagai ketua Geng Eks, aku harus mencegahnya!”
Baik Hasni, Ines, maupun Kiky terkejut.
“Apa yang akan kamu lakukan, Eks?” tanya Hasni.
Menatap bergantian tiga siswi itu, Eks memantapkan hati, membulatkan tekad. Berikutnya, dia berdiri, berkata kepada seluruh siswa yang berada di kelas.
“Aku ingin kalian bekerja sama denganku--”
Adegan berakhir. Masukkan koin untuk melanjutkan.
###
20 Desember 2020
Eks tidak ingin ini semua terjadi. Apa yang menyebabkan semua temannya mati satu per satu?
Jawaban: Kok kayak cerita sebelah :”v
promosi kuy
Buat kalian yang suka cerita school mystery thriller, boleh banget mampir ke work-ku yang satunya, berjudul “Musim Kering yang Sunyi”. Ceritanya tentang siswa kelas 2-E yang mati satu per satu secara misterius. Jawabannya bisa jadi cukup mencengangkan(?) Temukan jawabannya setelah membaca cerita itu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top