0. SUMMARY

̨̡̛̰̭̲͍͙͚͚̖̙͖̳͕̜̖̥͋ͯ͗̈̏͆ͦͅ ̝̤͍̩̪̪̣̿͛ͦ̎͐͑̈ͣͬ̓̎̎ͬ̕ ̡̧͙̰͔̟͋̒ͩ̓̇̓́͠ ̙͈͙̊̃ͪ͗ͮ͘ ̈ͣ̋̋ͭͤ̊͛҉͓͓̜̱͉̬͈̪̖̰ ̸̴̧͈͚̯̖̺̼̤͙̪͙̰͕͙͈̟̪̰̟̄ͥ͂ͩ́̌̈͌ͩͦ̽͐̆ͦ̒̚͡ ̶̧̻̺̼̱̥͓̙͉̞̈̐ͪͯ̋͛͆͆̆̌̂̈̍͐͡ͅ Apakah setiap nyawa yang kalian miliki memiliki nilai?  ̨̡̛̰̭̲͍͙͚͚̖̙͖̳͕̜̖̥͋ͯ͗̈̏͆ͦͅ ̝̤͍̩̪̪̣̿͛ͦ̎͐͑̈ͣͬ̓̎̎ͬ̕ ̡̧͙̰͔̟͋̒ͩ̓̇̓́͠ ̙͈͙̊̃ͪ͗ͮ͘ ̈ͣ̋̋ͭͤ̊͛҉͓͓̜̱͉̬͈̪̖̰ ̸̴̧͈͚̯̖̺̼̤͙̪͙̰͕͙͈̟̪̰̟̄ͥ͂ͩ́̌̈͌ͩͦ̽͐̆ͦ̒̚͡ ̶̧̻̺̼̱̥͓̙͉̞̈̐ͪͯ̋͛͆͆̆̌̂̈̍͐͡ͅ

Hitung satu sampai tiga, maka Kami akan mengukur seberapa bernilainya jiwa kalian.

Satu ....

Dua ....

###

[Rangkuman kejadian sebelumnya yang tak pernah terjadi]

Remaja X meronta, menangis dan menjerit, memohon amat sangat. Sayangnya kedua lengan dikunci kuat oleh beberapa remaja sebaya.

Sementara itu, Remaja Y berkikikan. Pada posisi duduk di hadapan monitor, dia berbalik untuk menonton reaksi Remaja X sebelum dia dihancurkan. Setelah jelak, tangan Remaja Y menekan salah satu tombol papan tik, kemudian tampilan pada layar berubah menjadi mencolok. Remaja Y dan sejumlah temannya berseru puas, disusul gelak tawa yang tak ada habisnya.

[Santet berhasil terkirim]

[OK]

Remaja X berteriak histeris, begitu melengking hingga merusak gendang telinga siapa pun yang berada di dalam Lab Komputer itu. Para remaja yang mencekal lengannya bergeming, terlalu tercengang untuk keadaan seheboh ini. Seketika, si Remaja X terlepas, tetapi terhuyung hingga depan ruangan.

Semua orang mentertawainya.

***

Saat suasana kelas cukup khidmat, sementara guru menerangkan di depan, tiba-tiba remaja X bangkit dari kursi, maju berjalan sampai di hadapan papan tulis.

Guru yang heran pun bersoal kepadanya, tetapi tak digubris. Remaja Y dan siswa-siswi sekelas pula bertanya-tanya, tetapi tak kunjung mendapat respons.

"Nduk*, kamu kenapa?"

(*Panggilan untuk anak perempuan)

Namun, kejadian selanjutnya mampu membuat rasa heran seisi kelas terjawab sekaligus tidak terjawab.

Remaja X berbalik. Semua orang ketakutan.

Jemari Remaja X menempel pada hidungnya. Tampak bekas cairan merah yang masih segar, tercetak di ruas-ruas jari. Remaja X mimisan. Darah yang mengalir terus-terusan mengucur hingga begitu melimpah sederas pancuran keran. Kelopak si remaja melotot, seketika darah memancar dari kedua bola mata, lubang hidung, dan sepasang liang telinga. Berikutnya, kulit kepalanya bolong-bolong lalu darah menyembur dari dalam bagaikan plastik berisi air yang ditusuk berulang kali oleh jarum.

Seiring siswa-siswi terdekat bersama si guru mandi darah, tubuh remaja X ambruk, bersimbah dalam genangan merah.

Pada momen selanjutnya, seluruh murid kelas tersebut menjerit histeris, ketakutan, berteriak horor. Histeria massal terjadi.

Kini semua orang tahu, bahwa remaja X telah terkena santet.

***

Beberapa hari setelah peristiwa mandi darah tersebut, selagi remaja X masih dirawat di rumah sakit, remaja Z merasa harus membalas dendam. Sahabat terbaiknya telah dirundung dan dipermainkan oleh siswa-siswi sekelas yang dirajai remaja Y.

Sahabat yang menjadi teman pertamanya telah dicelakai. Sahabat yang telah menyelamatkannya dari kemalangan telah dirisak. Sahabat yang selama ini bersamanya sudah diganggu.

Remaja Y harus membayar semua perbuatannya!

"Aku akan menyantetmu!"

Malamnya, Remaja Z menyalakan komputer personal di kamar, kemudian dengan tidak sabar mengunjungi situs web santet daring. Setelah halaman termuat seluruhnya, jari-jemari si remaja menari di atas papan tombol seolah keranjingan.

Nama pengirim: Remaja Z

Nama target: Remaja Y

Tanggal lahir: 17 Juni 19xx

Jenis santet: (pilih) Kawat besi

Kekuatan santet: (ukur) Sangat kuat

[Santet akan terkirim dalam waktu 2 ███]

"Kirim!"

[OK]

Usainya proses transaksi berujung pada tingkah Remaja Z yang tertawa terpingkal-pingkal seraya menunjukkan ekspresi culas.

***

Keesokan harinya, remaja Y dikabarkan izin tidak masuk, karena saat fajar, dia muntah darah sampai berliter-liter disertai kawat besi melimpah. Mendengar berita tersebut, Remaja Z tertawa dalam hati sepuas mungkin.

"Hahahahaha!"

Namun, gelaknya terhenti tatkala menyadari sesuatu nan ganjil tengah terjadi. Ternyata beberapa murid lain turut tak hadir, padahal bel masuk sudah berbunyi dan jarum jam menunjukkan pukul tujuh lebih sedikit.

Remaja Z mengetahui sejumlah temannya bersikap tak beres. Ada yang tampak menyembunyikan seringai licik, ada yang cekikikan dalam diam, ada yang hatinya berbunga-bunga busuk.

Saat itulah, Remaja Z memahami, bukan hanya Remaja Z yang menggunakan santet. Bukan hanya Remaja Z yang memendam dendam. Lebih dari lima orang tidak hadir. Artinya, tidak cuma Remaja Y yang dibenci orang-orang.

Peristiwa santet Remaja X menjadi tonggak awal kejadian santet-menyantet di kelas tersebut.

Akibat rasa iri, dengki, benci, muak, marah, dan kesal, semua siswa menjadi tak bisa berpikir sehat. Berkat adanya situs santet daring, semua orang dapat terkabulkan keinginan tercelanya. Demi mempertahankan ego dan demi menyelamatkan diri sendiri, mereka rela menghabisi teman sendiri. Bahkan bersedia kehilangan sifat kemanusiaan.

Bukan hanya murid di kelas tersebut yang menjadi korban. Murid kelas lain, guru, bahkan orang di luar sekolah turut terkena imbas. Fenomena ini menjadi terkenal sehingga orang-orang membicarakannya. Awak media sering kali mengerubungi sekolah itu.

Pada akhirnya, setelah akar masalah ditemukan, situs santet daring pun ditutup, dan korban serta pelaku yang pernah menggunakan jasa tersebut diamankan.

###

Tiga ....

Hasil:

Nyawa kalian bernilai tak terhingga. Jagalah dengan sebaik-baiknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top