BAB 7 : SUSPICIOUS
Ini adalah hari keempat mereka semua berada di gedung XHO untuk memenuhi undangan. Namun, sebagian besar dari mereka mulai merasa bahwa undangan itu tidak bertujuan apa pun. Berada di sini tanpa ada kepentingan adalah hal yang membosankan, karena masih banyak hal di luar sana yang harus dilakukan. Sebagian dari mereka adalah pekerja.
Sayangnya, keluar dari gedung XHO bukanlah pilihan yang bijak, mengingat apa yang terjadi pada Tara kemarin bukan hal yang patut disepelekan.
"Mengerikan!"
Spontan semua orang yang ada di lantai lima berhenti melakukan aktifitasnya, menatap heran pada perempuan berusia lebih dari tiga puluh tahun yang memakai pakaian serba hitam.
"Mengerikan!"
Perempuan itu tetap berteriak dengan kedua tangan memegang kepalanya, menarik rambutnya.
"Mengerikan! Mereka semua yang ada di sana bukan manusia! Mereka bukan manusia!"
"Hei! Apa maksudmu Perempuan Gila?" Eliza Mai maju, menggebrak meja yang ada di hadapannya.
"Kalian yang tidak menyadarinya! Mereka semua! Mereka semua adalah makhluk mengerikan! Mereka sudah mati, tapi mereka dikendalikan dan dipaksa untuk hidup. Mengerikan!"
Kemudian, suara bisik-bisik terdengar. Eliza memutar bola matanya.
"Well, kurasa … aku tidak perlu mendengar ocehan orang gila sepertimu."
Eliza mengangkat tangan kemudian pergi dari perempuan berpakaian serba hitam.
"Terserah! Kalian boleh berpikiran negatif tentangku." Perempuan itu bangkit dengan wajah merah dan dahi yang bekerut. "Tapi di saat kalian semua menyadari perkataanku, sudah terlambat!"
Perempuan itu pergi, disusul oleh seorang perempuan paruh baya yang sedang menenangkannya.
"Helena dan Nouvea. Sejak awal memang kurasa … Helena selalu menggumamkan sesuatu yang sama. Mereka yang bekerja dari lantai satu hingga delapan, mereka bukan manusia, melainkan mayat hidup."
Rey mengerutkan keningnya. "Bagaimana jika ucapan Helena benar?"
Leon membelalakkan matanya. "Astaga! Aku adalah orang pertama yang angkat kaki! Lagi pula … apa kau percaya? Sepanjang yang kuingat, kau tidak pernah percaya dengan hal-hal mistis seperti ini, Rey."
"Karena kemarin Diana pun berkata bahwa orang yang dimintanya untuk membawa mayat Brutush hanya diam saja, tak berkata apa pun bahkan menoleh pada Diana."
***
Di sisi lain, seorang laki-laki dan perempuan duduk berhadapan. Laki-laki tersebut berkulit putih dan bertubuh sedikit kekar. Ia tetap menyantap makanannya meski suasana sengit berada di sekelilingnya. Sedangkan perempuan yang duduk di hadapannya seolah kehilangan selera makan. Ia hanya memainkan makanannya.
"Dia salah."
"Cindy, apa kau lupa kalau kau tidak boleh memainkan makanan?"
Cindy menggeleng. "Mereka salah tentang Helena.. Orang gila … tidak seperti itu, Williams, karna orang gangguan jiwa akan lebih tampak sepertiku.".
Tatapan mata Cindy kosong, dan lagi, Willams benci jika sahabatnya kembali pada titik itu lagi. Mereka sudah pernah melaluinya bersama-sama, selama bertahun-tahun lantaran satu keputusan salah yang diambil hanya berdasarkan perasaan dendam. Keputusan yang mengakar pada kejadian lima belas tahun yang lalu.
Tangan Williams mengepal erat hingga memutih, gigi-giginya bergemeletuk. Hilang sudah selera makannya. Kemudian ia menggebrak meja, perlakuannya membuat seisi ruang makan hening untuk yang kedua kalinya.
“Oh, ada apa ini? Kau juga ikut gila seperti perempuan itu?” sinis Eliza dari bangkunya.
Aku datang ke sini hanya karena ingin melarikan diri dari kehidupanku yang menyedihkan. Kami tinggal berdua selama ini, dalam persembunyian. Cih! Mungkin saja sampai saat ini kami masih menjadi buronan polisi.”
Kemudian, Williams bangkit dari tempat duduknya, matanya seakan mengobarkan bendera peperangan, jemari telunjuknya mengarah lurus pada satu sosok yang duduk di salah satu sudut ruangan bersama seorang laki-laki yang tidak pernah dikenalnya.
“Semua ini gara-gara dia!” geram Williams, sedangkan yang ditunjuk hanya mengerutkan keningnya.
“Dia yang membuat kami berdua dalam neraka ini!”
Salah seorang dari mereka bangkit dari tempat duduknya, berjalan menghampiri Williams yang geram. Sama seperti Williams, dia juga sama geramnya.
“Kau! Dasar pembunuh tidak tahu diri! Pantaslah kau hidup dalam nerakamu sendiri! Kau adalah orang yang membunuh Azura!”
“Aku?” Williams tertawa. “Perempuan itu memang pantas untuk mati!”
Laki-laki itu hendak memukul wajah Williams, tapi urung lantaran Williams tersenyum licik
“Sayangnya bukan aku yang melenyapkannya. Kami berenam hanya terjebak dalam misi egois seseorang yang bermasalah dengan para anggota keluarganya. Coba kau tanyakan padanya, berapa teman kami yang sudah dibunuhnya. Kami berdua, sempat berada di dalam penjara hingga kabur dan sejak saat itu terus berada dalam bayang-bayang. Mengembalikan kewarasan Cindy bukan hal yang mudah kau tahu? Aku selalu bersamanya dan dia tidak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”
“Lalu apa kau peduli dengan kami? Tentu tidak!” Laki-laki itu berbalik. “Kazuki! Mengapa dulu tidak sekalian kau bunuh saja mereka semua?”
“Shikako.”
Kedua laki-laki itu sama-sama terdiam, atmosfer di sekitar mulai terasa menipis saat nama Shikako disebut.
“Perempuan itu yang sudah memerintah kami, kuyakin undangan-undangan itu adalah perbuatannya. Namun, dia tidak akan menghabisi kami karena tujuannya hanya ada satu, yakni membunuh satu-satunya penerus keluarga Fujiwara. Bukankah begitu, Kazuki?” Tatapan mata Williams tertuju lurus pada Kazuki.
“Kurasa … satu nyawa yang mati, tidak aka ada apa-apanya dibanding dengan kita semua yang mati di tempat ini.”
Cindy bangkit dari tempar duduknya, berbisik pada Williams dan tanpa berkata apa-pun, ia menarik Willims dan pergi dari tempat itu.
Ia tidak ingin … berada dalam keributan lagi.
-------------
#wga
#wgaween
#wgaverse
Hai! Yang ini sudah diedit
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top