BAB 6 : WARD

Seseorang berlari keluar dari lift menuju tempat di mana Rey, Peter dan Leon berada. Perempuan itu berusia sekitar 25 tahun dengan kulit tan. Wajahnya tampak lega saat bertemu dengan Rey, meski napasnya terengah-engah.

"Astaga! Aku mencarimu. Kau … Rey, kan?"

Rey mengerutkan keningnya, mengangguk. "Ada apa?"

Leon pun mengerutkan keningnya. "Duduklah sebentar dan minum. Kau ingin sarapan dengan kami?"

Perempuan itu menggeleng. "Maaf, aku tidak punya waktu. Aku mencari Rey dan menuju di lantai tempat kalian tinggal, tapi aku hanya menemui perempuan berambut merah dan berkata bahwa kalian ada di lantai lima."

"Untuk apa kau mencariku?"

"Laki-laki yang berdebat denganmu kemarin … dia mati."

Spontan Rey, Leon, dan Peter membelalakkan matanya. Rey segera bangkit disusul oleh Peter dan Leon.

"Apa kau menggunakan jarum yang sama seperti saat berada di XHO dulu, Sayang?"

Rey menggeleng. "Tidak, seharusnya dia sudah pulih pagi ini." 

"Bagaimana kau bisa tahu Brutush sudah mati?" tanya Leon.

"Aku sedang bersama ayahku dan mencari obat untuk penyakitnya yang kambuh. Ayahku berkata bahwa ada ruang kesehatan di gedung ini dan kami ke sana. Saat kami tiba, laki-laki itu sudah membiru, tubuhnya dingin dan matanya melotot seperti akan keluar dari posisinya." Perempuan itu menelan ludahnya dengan susah payah. "Aku tidak pernah … melihat orang mati dengan kondisi seperti itu sebelumnya."

"Percayalah jika kau murid XHO, kau akan melihat banyak sekali kematian mengerikan dan bisa jadi kau penyebab kematian itu," gumam Leon.

"Tunggu, umurmu masih muda, tentu kau dulunya bukan anak XHO. Siapa kau?" tanya Rey.

"Amanda. Aku …."

"Bukankah lebih baik kita bergegas ke ruang kesehatan? Perempuan ini meninggalkan ayahnya sendiri di sana dengan satu mayat yang meninggal secara tak wajar."

"Oh kau benar, Peter."

Mereka berjalan menuju lift dan naik ke lantai lebih atas lagi.

"Ayahku berkata bahwa aku harus mencari seseorang bernama Rey, ayahku juga berkata bahwa ia akan baik-baik saja."

"Dan ayahmu adalah …."

"Mathew Maxwell."

Baik Rey dan Peter, mereka sama sama saling melempar pandangan sembari tersenyum. "Yah, kalau begitu apa yang dikatakan ayahmu itu benar, Nak," ujar Peter.

Tak membutuhkan waktu lama untuk mencapai lantai di mana seluruh isinya adalah ruangan untuk perawatan.

"Amanda! I see, kau sudah menemukan orangnya."

Perempuan itu menghampiri mayat Brutush.

Rey memeriksanya kemudian mengerutkan keningnya.

"Rey, bagaimana kabarmu? Kau dan Peter bersama, ya? Apa kalian sudah punya anak?"

Rey menoleh sesaat pada laki-laki tersebut. Orang itulah yang memberinya nama untuk identitas XHO 'Rey' dan 'Pete' untuk Peter.

"Aku baik, Tuan Maxwell. Kami memiliki dua putri yang cantik."

"Waktu cepat sekali berlalu, ya?"

Rey hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Aku tidak menggunakan jarum dengan dosis racun tinggi saat kemarin menusukkannya pada Brutush. Seharusnya, ia pulih di pagi ini. Sepertinya ada seseorang yang masuk dan membunuhnya."

Mathew mengangguk-angguk. "Begitu, tapi kondisinya mengatakan bahwa ia tidak mati secara wajar, seperti kehabisan oksigen. Bisa jadi dicekik, tapi tidak ada bekas merah di sekitar lehernya. Analisa terakhirku adalah racun, dan orang terakhir yang meracuninya adalah kau."

"Hei, kau mencoba menuduh Rey?"

"Tidak, Leon. Tuan Mathew benar. Aku memang satu-satunya yang terlihat sebagai pelaku, tapi setelah dia dilarikan ke ruang perawatan … tidak ada yang tahu. Bukan begitu?" ujar Rey, tatapannya tak berpindah sama sekali dari Mathew.

Tak lama kemudian, dua orang perempuan masuk ruangan. Mereka memiliki wajah yang hampir serupa, salah satunya menggunakan kacamata.

"Raise bersaudara, sedang apa kalian di sini?" tanya Mathew yang menyambut mereka.

"Aku mendengar kabar bahwa Brutush mati dan orang yang menyerangnya kemarin adalah Rey. Aku datang untuk mencari tahu apakah kabar itu benar, karena setelah kematian Tara kemarin, aku tidak ingin ada kematian lagi. Aku sudah muak melihat orang mati di depanku," ujar perempuan yang tidak memakai kacamata, ia mengenakan kemeja lengan panjang warna putih dengan celana jeans biru. 

Mathew tertawa. "Diana Raise. Kau berkata seolah kau telah bertaubat. Apa kau lupa berapa orang yang telah kau bunuh mengingat gelar kalian berdua adalah …."

"Angels of The Dead. Aku tahu. Kami berada di rantai makanan tertinggi kedua. Aku dan Emily harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan gelar itu, tapi aku memang sekarang bertaubat, begitu pula dengan Emily." Diana menoleh pada Rey dan mengulurkan tangannya. "Apa kau masih punya sisa jarum yang kau tusukkan pada Brutush?"

Rey mengangguk kemudian merogoh tas kecil yang selalu dibawanya, memberikan sisa jarum yang dibungkus dengan kain khusus pada Diana. Diana membuka kain tersebut, mencium aromanya, bahkan menjilatnya.

"Diana! Tidak seharusnya kau melakukan itu!" Emily melotot padanya. 

"Aku kebal terhadap racun, kau ingat? Lagi pula … Rey benar. Jarum ini tidak mengandung racun mematikan, hanya melumpuhkan syarafnya saja, dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Ini … Dilapisi dengan bius kuat. Kau seorang tenaga medis?"

Rey mengangguk. Diana tersenyum, dan itu adalah pertama kali dalam seumur hidup ia melihat Diana tersenyum padanya. Dulu mereka selalu berselisih, memperebutkan gelar rantai makanan tertinggi pertama.

"Aku seorang perawat dan aku kebal terhadap hal-hal seperti ini sejak keluar dari XHO."

"Bukan Rey pelakunya, bisa jadi malah Anda, Tuan Mathew," ujar Emily.

"Ayahku tidak melakukannya! Orang yang kalian panggil dengan nama Brutush itu bahkan sudah tidak bernyawa saat kami tiba di sini." Amanda melakukan pembelaan.

"Tidak, Emily. Kuyakin bukan mereka juga. Lebih baik kita ke lobby dan meminta staff non-XHO untuk membereskan mayat Brutush. Oh, satu lagi. Sejak kemarin … Jack tidak terlihat. Dia menghilang."

Mereka semua terdiam dengan perkataan Diana. Ini memang aneh, karena biasanya di mana ada Brutush pasti Jack mengikutinya.

"Diana, kau berkata bahwa kau adalah perawat? Rey juga. Bisakah kalian membantuku? Laki-laki tua ini … butuh bantuan tenaga medis."

Baik Diana maupun Rey, mereka tersenyum dan membantu Mathew.

*** 

#wga
#wgaween
#wgaverse

Ini habis edit ya gaes

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top