BAB 4 : WELCOME PART. II
"Ada apa?"
Peter merogoh saku jaketnya, mengambil ponsel dan melihat pesan dengan nomor asing yang masuk. Keningnya yang berkerut membuat Rey bertanya-tanya dan ikut membaca apa isi pesan yang ada di dalamnya.
'Kau tahu ruang pertemuan yang ada di lantai 1? Mari bertemu di sana. Tentu akan ada resiko bila pesan ini diabaikan.'
"Aku mendapat pesan yang sama," ujar Pheobe sembari menunjukkan layar ponselnya pada mereka.
"Wait, aku juga." Leon melakukan hal yang sama.
"Kurasa … pesan itu dikirimkan serentak pada kita semua yang masuk dalam undangannya." Rey memeriksa ponselnya dan mendapati pesan yang sama. "Ini aneh, padahal Peter dan aku berada dalam rumah yang sama, seharusnya pesan ini cukup dikirim ke perwakilan dari kita saja."
"Tapi kalian berdua sama-sama mantan XHO, itulah yang membuat kalian mendapat pesan di nomor masing-masing," ujar Pheobe sambil menunjuk ke arah Rey dan Peter secara bergantian.
Di sisi lain, Andrew melihat heran pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka semua sedang melihat ponsel dengan ekspresi yang sama. Kemudian, ia mencoba memeriksa ponselnya hanya bisa diam lantaran tidak mendapat pesan seperti yang digumamkan oleh orang-orang di sekitarnya. Tentu, dalam sekejap ia menyadari bahwa, ia tidak masuk dalam tamu undangan, ia datang ke tempat ini secara sukarela. Jadi, sudah pasti ia tidak mendapatkan apa yang pada tamu undangan dapatkan.
"Hei Kazuki, coba kau periksa layar ponselmu." Andrew sedikit berbisik tanpa menatap laki-laki yang ada di sebelahnya.
"Aku sudah melakukannya."
Dalam sekejap, Andrew menoleh padanya. "Sudah?"
Kazuki tidak merespon, hanya menunjukkan layar ponselnya.
Mata Andrew membelalak setelah membacanya secara cepat.
"Sudah jelas pesan yang ditujukan padamu berbeda dengan pesan yang mereka dapatkan."
'Temui aku di ruang pertemuan nanti malam. Aku merindukanmu, Kazuki.'
"Kita harus datang untuk membuktikannya."
***
Tepat pada pukul 9 malam, mereka semua berkumpul di ruang pertemuan yang ada di lantai 1. Tentu tidak ada yang mau mendapat resiko akibat mengabaikan undangan.
Saat mereka semua berada di dalam ruangan, dua sosok pegawai menutup pintunya rapat/rapat.
Setelah beberapa detik, tiba-tiba layar yang ada di depan ruang pertemuan menyala dan lampu ruangan meredup. Perhatian mereka kini terpusat pada layar tersebut.
"Selamat malam para tamu undangan."
Suara laki-laki paruh baya. Layar yang ada di depan kini menampilkan tulisan welcome berwarna merah dengan background gelap.
"Terima kasih telah memenuhi undangan yang telah saya kirim ke surel masing-masing. Dapat saya lihat, dari 50 undangan yang saya sebar hanya sekitar 24 orang yang datang, ditambah 3 orang outsider yang datang tanpa undangan. Di bulan Oktober ini, kita semua tahu bahwa XHO akan berulang tahun, tepatnya di malam Halloween. Jadi, saya hanya ingin mengadakan sebuah perayaan kecil-kecilan dengan kalian sebagai tamu undangan.
Perayaan macam apa? Saya akan mengumumkannya menjelang permainan akan dimulai."
Suara bisik- bisik mulai terdengar dari segala penjuru ruangan. Mereka yang takut ada hal buruk terjadi, mereka yang ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya, juga mereka yang tidak sabar lagi menunggu permainan.
"Well, gedung ini selalu kami rawat dengan baik. Jangan khawatir tentang makanan, karena ruang makan kami menyimpan banyak stok makanan untuk kalian semua.
Untuk ruang kamar, semoga kalian masih ingat dengan ruang kamar kalian dulu. Silakan dipilih sesuka hati.
Terima kasih telah memenuhi undangan ini. Kuberharap kalian semua menikmati acaranya.
Oh, apakah kalian tahu bagaimana nasib orang-orang yang mengabaikan undanganku?"
Layar di depan berubah, menempilkan beberapa cuplikan mengerikan. Satu hal yang sama dari gambar itu adalah, mereka semua tidak bernyawa.
"Sekali lagi terima kasih atas kehadirannya. Nikmatilah nostalgia kali ini."
Lampu yang redup dinyalakan. Seketika ruangan menjadi ramai.
"Apakah tadi Tuan Xerxes?" tanya Leon.
"Itu … tidak. Tuan Xerxes … bukan orang yang kejam menurutku," gumam Rey.
"Aku mau keluar saja, waktuku habis hanya karena diam saja dini! Aku tidak mau terkurung di sini!"
Suara seorang perempuan, Tara Mckenly, dengan raut wajah kusut, berjalan lebih dahulu ke pintu.
Tak lama setelah Tara keluar, terdengar suara teriakan, membuat mereka semua yang ada di ruang pertemuan mencari tahu apa yang terjadi.
Di sana, di pintu lobby yang mengarah ke luar, tubuh Tara tergeletak tak nyawa dalam keadaan mengenaskan, darah mengucur dari kepala, tangan, kaki, dan lubang di punggungnya.
Seseorang pasti menembaknya, tapi siapa?
#wga
#wgaween
#wgaverse
-------
Siapa kira kira ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top