BAB 28 : OFF
Tidak banyak yang tersisa dari permainan terakhir. Sembilan orang, bukan angka yang bagus mengingat lawan mereka memiliki sekompi pasukan mayat hidup.
Rey merawat luka-luka yang ada di tubuh Kazuki, terutama luka dalam yang ada di sekitar pundak dan lehernya, luka gigitan lebih tepatnya. Sesekali ia melirik pada sosok pucat yang berdiri di dekat pintu. Tentu, ia masih waspada, belum setengah hari berlalu dan kejadian mengejutkan masih terekam jelas dalam ingatannya.
Saat Kazuki yang tubuhnya dihiasi dengan darah, berlari menggandeng tangan Zueve untuk ke tempat berkumpul, sesuai arahan.
"Kau berhutang cerita padaku," ujar Rey kemudian menyelesaikan tugasnya.
Kazuki menatap perempuan itu sesaat, ya … tingkah lakunya masih sama seperti saat ia hidup dulu, tidak banyak bicara di hadapan teman-temannya, bedanya saat ini kulitnya pucat, itu saja.
"Baiklah."
***
Flashback
"Ka … zuki?"
Saat ia mendengar suara itu memanggil namanya, jantungnya seakan berhenti saat itu juga. Segera ia melepas peluknya, tapi tetap tidak melepaskan genggaman tangannya, menatap dalam-dalam ke mata perempuan yang ada di hadapannya.
"Azura? Kau … memanggilku?"
"Ka … zuki?"
"Ya, ini aku! Ini aku! Kau mengingatku?"
"Maafkan aku."
Kazuki kembali memeluknya erat, seakan-akan sosok di hadapannya akan menghilang saat ia melepasnya.
Di sisi lain, mulut Andrew terbuka lebar. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yan dilihatnya. Ya, kenyataan bahwa ia berhadapan dengan pasukan mayat hidup yang dikendalikan oleh necromencer sendiri sudah hal yang mustahil menurutnya, sekarang apa yang pernah dilihatnya di film Naruto menjadi nyata.
Azura Fujiwara, mematahkan pengaruh sihir yang diberikan necromencer padanya. Ia dihidupkan kembali, tapi jiwanya memberontak dan kembali pada dirinya sediri.
Kazuki melepas peluknya lagi, kemudian menoleh pada Andrew yang seakan masih tak percaya.
"Andrew?" Perempuan itulah yang pertama kali menyapa.
"Kau mengingatku?"
"Tentu saja, Bodoh!"
Dengan begitu, Andrew yakin bahwa sepupunya itu telah benar-benar kembali. Ia segera menghambur ke pelukanny.
"Selamat datang. Apakah tidurmu nyenyak?"
Tidak ada jawaban, hanya anggukan kepala saja, dan mereka bertiga terlarut dalam sebuah reuni keluarga.
***
"Jadi, mereka bisa disadarkan?" Rey berpikir sembari memegang dagunya.
"Tidak semua, Rey. Aku tidak tahu kenapa kesadaranku bisa kembali, mungkin itu karena Kazuki."
Leon berjalan perlahan menuju Zueve, saat ia berada dalam jangkauan, ia hanya berdiri.
"Bolehkah … aku memelukmu?"
Zueve menarik napas panjang."Hai, Leon."
"Zueve!"
Leon melompat, kemudian memeluk Zueve begitu erat. Seperti anak kecil yang dipertemukan kembali dengan boneka kesayangannya yang telah lama menghilang. Seelah Leon, Rey berjalan mendekati mereka, bergabung untuk memeluk. Ia menangis.
"Hai Rey."
"Aku … aku tidak menyangka bisa bertemu lagi denganmu. Setelah aku pergi, aku mendapat kabar tentangmu, dan aku menangis karena tahu bahwa aku tidak akan pernah bertemu lagi denganmu."
Zueve hanya tersenyum.
"Aku ingin tidur! Kalian, pastikan kalian mengawasi mayat hidup itu! Bagaiamana pun, dia tetap orang mati yang dibangkitkan dengan sihir hitam tau apa pun itu. Aku tidak ingin berrusan dengannya!"
Setelah mengoceh, Eliza menuju ke salah satu tempat tidur dan menutupi dirinya dengan selimut, tidak ingin bergabung dengan reuni kecil yang menurutnya memuakkan.
"Zueve."
Williams memanggil, membuat mereka bertiga melepas peluknya kemudian menaap ke arah laki-laki yang kini memiliki kantung hitam di bawah matanya. Wajahnya sudah tidak lagi menyiratkan kehidupan.
"Maaf atas apa yang telah kami perbuat, Zueve. Seperti yang kau tahu, kami semua telah habis, bahkan Cindy. Aku tidak punya apa pun lagi, hanya permohonan maaf."
"Tidak akan ada gunanya menyimpan dendam saat dirimu terbaring di dalam pusara. Aku sudah melupakan saat itu."
"Terima kasih."
Kemudian, Williams pergi. Ia memutuskan untuk mengikuti langkah Eliza, berbaring di tempat tidur meski pikirannya memerintah agar terus terjaga.
Setelah itu, Pheobe dan Nathan mendekat. Pheobe memeluknya erat dan bercerita panajang lebar. Ya, dulu mereka sangat dekat, seperti adik dan kakak. Pheobe orang yang banyak bercerita dan Zueve adalah pendengar yang setia, meski tampak seperti tak peduli dengan apa yang diucapkan Pheobe padanya.
***
Keesokan harinya adalah hari ke-25 mereka terkurung di sana. Hanya Kazuki dan Zueve yang terjaga, mereka duduk di kursi dekat jendela. Namun, ada satu keanehan di sana. Lampu kamar tidak menyala seperti biasa, daya seakan mati.
"Mengapa semua gelap?" tanya Rey yang bangun pertama kali, kemudian ia melihat ke ponsel, jam menunjukkan masih pukul 05.15 pagi hari.
"Daya mati, sejak lewat tengah malam dan semuanya gelap," terang Kazuki.
"Astaga apalagi yang ada di pikiran Nona Shika?" Rey mengembuskan napas berat, kemudian bangkit dan berjalan ke westafel. "Kalian tidak tidur?"
"Aku tidak butuh tidur, aku bukan manusia," ujar Zueve.
"Aku ingin menemani Azura."
Rey tersenyum. "Baiklah."
Kemudian, Eliza adalah orang kedua yang bangun. Ia menggeram.
"Hei apa yang kau perbuat kali ini? Mengapa semua listrik mati?" makinya sembari menunjuk Zueve.
"Aku tidak punya masalah denganmu, jadi sebaiknya kau jangan membuat masalah denganku," ujar Zueve tidak peduli.
"Semua daya dipadamkan." Rey berjalan menuju jendela dan membuka tirainya. "Lihat? Semua yang ada di wilayah XHO padam."
"Yah, siapa yang menyangka? Karena dia satu-satunya mayat hidup di sini," ujar Eliza sinis. Namun, kata-katanya seakan tidak berarti di telinga Zueve. Karena memang begitulah orangnya, tidak terlalu peduli dengan perkataan orang lain.
Satu jam kemudian, saat seluruh orang yang tersisa telah bangun dari tidurnya, masing-masing ponsel mereka kembali berbunyi. Sebuah pesan masuk.
'Selamat bagi kalian yang telah bertahan! Kulihat kalian mendapatkan satu anggota lagi? Tidak apa-apa, anggap itu adalah bonus! Hari ini, aku mematikan semua daya. Untuk apa memakai daya jika jumlah penghuninya hanya sedikit? Oh, aku punya informasi, karena daya mati maka sistem keamanan otomatis juga menjadi tidak aktif. Jika kalian ingin pergi, kupersilakan. Terima kasih telah menemaniku hingga mendekati malam Halloween. Anggap saja ini adalah Trick or Treat dariku."
"Apa dia sungguh-sungguh?" tanya Peter ragu.
"Shikako bukan orang yang seperti itu, lebih baik kalian berhati-hati. Bisa jadi itu jebakan saja," ujar Zueve.
"Aku tidak akan mendengarkan mayat hidup, jadi aku akan pergi," ujar Eliza sinis.
"Kita tidak akan tahu jika tidak mencobanya, bukan?" tanya Williams.
"Ya … tidak ada salahnya juga. Lalu bagaimana cara kita turun tanpa daya listrik? Lift tidak akan berfungsi." tanya Nathan.
"Tangga darurat! Ayo kita harus segera pergi! Lebih cepat keluar dari gedung ini lebih baik," ujar Eliza sembari bergegas mengambil barang miliknya, menyahut pistol apa punyang ada di dekatnya.
Mereka menuruti Eliza dan perempuan itu berjalan di depan, memimpin pasukan menelusuri anak tangga. Setelah Eliza ada Williams, kemudian Pheobe, Nathan, Peter, Rey, Leon, Andrew, Zueve, dan Kazuki ada di urutan paling belakang.
Ruang tangga darurat yang sempit dan tidak ada pencahayaan membuat mereka kelelahan untuk turun secara manual dari kamar hingga ke lobi.
Namun, saat mereka di lobi, langkah mereka berhenti antaran tempat itu dipenuhi dengan lautan mayat hidup!
***
"Ini tidak bagus, mereka semua memiliki warna merah di matanya."
"Apa yang tidak bagus dengan itu, Azura?" tanya Andrew.
"Karena mereka akan menyerang apa yang diperintahkan necromencer dan akan terus bergerak hingga dapat."
Eliza berdecak. "Aku tidak peduli, aku akan tetap mengambil kesempatan ini. Kesempatan tidak datang kedua kali."
"Tunggu! Aku juga ikut." Williams mengikuti Eliza.
Benar saja apa yang dikatakan oleh Zueve, saat mereka keluar dari persembunyian, para makhkuk hidup yang memenuhi lobi langsung menyerbu mereka berdua. Kekuatannya jauh lebih besar, bahkan keempatannya bisa menjadi berpuluh kali lipat!
Eliza terus melawan, begitu pula dengan Williams. Mereka menembak ke segala arah. Memang beberapa tumbang, tapi tidak sampai seperempat bagian!
"Sial!"
Di dekat pintu tangga darurat, mereka melihat kejadian itu.
"Lebih baik pergi, kau tentunya tidak ingin para mayat hidup menyerang kita, kan?"
Rey mengangguk, kemudian ia mengikuti yang lain, kembali ke ruang kamar mereka. Saat itulah mereka medengar suara teriakan kesakitan dari ruang lobi.
#wga
#wgaween
#wgaverse
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top