BAB 23 : COUNT

Setelah Rey berkata bahwa firasatnya buruk mengenai tempat ini, semua yang berada di sana menegang. Udara dingin yang ada di lantai ini tidak biasa, ditambah kotak penyimpanan mayat yang tidak kosong. Hampir semuanya terisi. Rey menduga bahwa Nona Shika sudah pasti telah mempersiapkan ini semua.

Karena tidak mungkin mayat-mayat yang ada di sini, tidak membusuk meski gedung pernah terbengkalai selama beberapa tahun.

"Tersisa Mathew dan Tommy, di mana mereka?" gumam Diana. 

Ya, duo laki-laki paruh baya itu masih belum ditemukan, dan keduanya tidak dalam kondisi prima. 

"Apa yang harus kita pikirkan saat ini adalah, siapa yang harus pergi lebih dulu?" tegas Kazuki.

"Itu benar, karena penunjuk waktu di sana, mencurigakan." Rey menunjuk pada sebuah benda yang menunjukkan angka berwarna merah, angka tersebut terus menghitung mundur.

"Maaf bila aku tidak tahu diri, izinkan Cindy pergi." Williams memohon.

Tatapan mereka kini tertuju pada perempuan yang tengah meringkuk, kedua tangannya menutup kepala dan terus bergumam, meski tidak begitu jelas apa yang digumamkan, telinga mereka mendengar sesuatu tentang 'Aku akan mati' dari mulutnya yang bergetar.

"Ya, dia boleh pergi," ujar Kazuki datar.

"Terima kasih banyak! Terima kasih banyak!"

Tidak seperti Williams biasanya, wajahnya berubah bahagia saat Cindy diperbolehkan pergi. Ia tergesa-gesa menghampiri Cindy dan memeluknya.

"Dengar Cindy, kau pergilah dulu. Selamatkan nyawamu."

Kemudian, mereka saling berbicara dengan suara sayup-sayup.

Eliza menggeram. "Kenapa kita malah melihat drama romantis versi dunia nyata? Aku akan pergi, terserah kalian mau berbicara apa! Aku akan menyelamatkan diriku sendiri. Sampai jumpa!"

Eliza pergi. Ketika ia melewati pintu, sebuah layar kecil di dekat pintu menunjukkan angka satu.

"Tidak bagus, jadi kita pasti terbaca jika yang pergi lebih dari sepuluh orang," ujar Rey, kemudian ia menatap anak perempuan yang tak jauh darinya. "Shannon, sebaiknya kau pergi."

Anak perempuan itu menggeleng. "Aku tidak mau. Di luar sana … bagaimana aku tahu di luar sana akan aman?"

"Biarkan Nouvea bersamamu, kau dekat dengannya, bukan?" saran Rey sambil tersenyum.

Shannon menatap Nouvea penuh harap. Ya, Nouvea adalah sosok yang dekat dengan sang ibu, sebelum meninggal. Jadi, sedikit banyak ia merasa aman di dekat Nouvea.

"Sebenarnya aku ingin, tapi maafkan aku Shannon, aku ingin tinggal."

Leon membelalakkan matanya. "Untuk apa kau tinggal di sini? Cari mati?"

"Aku ingin menghabisi makhluk yang telah menahanku dan yang lainnya, meski itu mustahil."

Shannon menunduk. "Tidak ada seorang pun yang mau menemaniku," lirih Shannon.

"Bukan begitu maksudku, aku hanya …."

"Peter!" Rey memanggil sang suami, memutus perkataan Nouvea.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Peter datang menghampiri Rey.

"Ada apa?"

"Ikutlah ke atas bersama Shannon."

"Apa? Bagaimana denganmu?"

"Aku akan di sini."

"Tidak! Kita memiliki kesempatan membawa 1 orang, itu artinya kau melepaskan kesempatanmu untuk orang lain?"

"Karena orang lain lebih membutuhkannya."

Tak lama kemudian, Cindy menjerit.

"Aku tidak mau! Untuk apa aku hidup jika kau tidak ada?"

"Aku akan di sini, aku berjanji akan hidup, bersamamu."

"Kalian berdua pergi saja."

Lagi, mereka semua terkejut dengan perkataan Kazuki. Williams menatapnya tidak percaya.

"Bukankah kau … membenci kami berdua?"

"Ya, lima belas tahun yang lalu. Sekarang pergilah!" tegas Kazuki.

"Kau dengar itu? Kau pergi denganku, atau aku akan bunuh diri!" ancam Cindy.

Williams menarik napas panjang, kemudian bangkit, berjalan menuju Kazuki. Siapa yang sangka selanjutnya Williams membungkuk dalam di hadapan Kazuki.

"Aku sangat berterima kasih padamu, maaf atas apa yang telah kami lakukan pada Zueve dulu."

Kazuki tidak memandangnya sama sekali. "Tidak perlu mengingatkanku lagi, cepat pergi."

Williams kemudian kembali pada Cindy dan menarik tangannya. Sekali lagi, ia membungkuk saat berada di hadapan Kazuki kemudian berlari melewati pintu. Setelahnya, pintu tertulis angka tiga.

"Peter, kita mulai kehabisan waktu. Aku melihat Shannon seperti melihat anak-anakku, aku tidak ingin terjadi sesuatu hal buruk padanya."

"Baiklah baiklah." kemudian, Peter menghampiri Shannon, mengajaknya berbicara sebentar kemudian menggandeng tangannya.

Saat melewati Rey, ia berhenti sebentar untuk memeluknya.

"Berjanjilah kau akan terus hidup."

Rey tersenyum. "Aku janji."

Setelah itu, Peter pergi bersama Shannon dan angka di sebelah pintu berubah menjadi angka lima.

"Kau bermain baik? Williams dan Cindy itu … mereka ikut bertanggung jawab atas kematian Azura," bisik Andrew.

"Apa yang menimpa Cindy kuanggap sebagai balasan kejadian lima belas tahun silam.

"Hei! Aku menemukan Tommy dan Mathew," 

Apa yang dikatakan Leon membuat mereka semua memandang ke arah yang ditunjuknya.

*** 

Masih berlanjut

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top