BAB 17 : INCURSION II

"Kau dengar itu, Tommy? Tembak kepalanya."

"Yea aku tahu, Pak Tua!"

Mathew terkekeh. "Kau sama tuanya denganku Pak Tua!"

Dengan begitu, dua laki-laki berusia lebih dari setengah abad itu menembak bagian kepala mayat hidup yang mendekati mereka. Benar saja! Mereka tumbang dan tidak bangkit kembali.

"Hah! Kau benar Perempuan Aneh!" seru Tommy.

Helena hanya diam, tidak membalas. Ia melihat ke sekeliling dan menendang saat mayat hidup mendekatinya. Emily pun juga hanya bisa memukul mereka.

"Untuk memastikan mereka benar-benar lenyap, bakar jasad mereka! Dengan begitu, necromencer tidak akan menggunakan mereka lagi," ujar Helena.

"Oh i got it!"

Williams berseru dan melempar bom pada sekumpulan mayat hidup yang sudah tumbang.

"Oh, kukira aku melihat wajah yang tak asing," ujar Emily, kemudian melompat dan menendang kepala mayat hidup hingga terlempar beberapa meter. "Syukurlah aku masih memiliki kekuatan."

"Beberapa dari mereka adalah anak XHO sendiri, yang jasadnya disimpan di ruang jenazah, sepertinya begitu," ujar Nouvea.

"Awas!" Shannon berteriak, Nouvea segera melihat ke arah di mama Shannon menunjuk dan menembak tepat ke kepala makhluk tersebut.

"Ada berapa mayat hidup keseluruhan?" tanya Mathew.

"Lima puluh," jawab Tommy.

"Berapa yang kita tumbangkan?" tanya Mathew lagi.

"Entahlah mungkin setengahnya? Jangan banyak bertanya dan teruslah menyerang!"

"Baiklah baiklah, Pak Tua Tidak Ramah."

"Tersisa delapan belas dari mereka. Sial! Aku mulai kehabisan peluru!" umpat Nouvea.

Mayat hidup yang tersisa ternyata memiliki kecepatan penuh, ada beberapa dari mereka memiliki lendir hijau yang menempel pada kulit.

Emily yang tidak memiliki senjata diserang, tangannya ditarik, begitu pula dengan kepalanya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Williams yang masih memiliki simpanan senjata, melempar salah satunya pada Emily.

"Bodoh! Niatmu memang baik, tapi senjata itu tetap tidak akan berguna! Lihat keadaan Emily!" gerutu Nouvea yang kemudian melompat untuk mengambil pistol tersebut dan menolong Emily, kemudian kembali lagi pada Shannon.

"Maaf!" Meski dari raut wajahnya ia tidak benar-benar minta maaf.

"Perempuan Aneh! Apakah kita akan menjadi zombi jika tergigit?" tanya Tommy setengah berteriak.

"Tidak, mereka bukan zombi seperti di film aksi, Sir. Mereka hanya orang mati yang dikendalikan oleh seseorang yang masih hidup," terang Helena.

"Tampak tidak masuk akal bagiku," dengus Tommy.

"Kau digigit?" tanya Mathew.

Tommy menarik napas panjang. "Ya."

Beberapa mayat hidup mulai tumbang, termasuk yang berlendir hijau. Williams akan membakarnya, tapi Helena cepat-cepat berteriak, mencegahnya. Sayangnya, peringatan Helena kalah cepat, para mayat hidup itu terbakar.

"Kau tadi menyuruhku membakarnya!"

"Ini berbeda, Bodoh! Mereka yang berlendir hijau tampak mencurigakan!" maki Helena.

Tak lama kemudian, asap mengepul ke udara, membuat mereka terbatuk-batuk.

"What the hell!" umpat Williams.

"Asap apa ini?" gerutu Nouvea.

"Ini karena kebodohanmu!" maki Helena pada Williams.

"Fokus! Mereka belum benar-benar habis!" teriak Tommy.

*** 

Di balik pintu kaca yang terkunci, mereka hanya bisa melihat dengan cemas.

"Shannon! Bertahanlah Shannon!" Santana menangis, tidak bergeser seinci pun dari tempatnya berpijak.

"Kenapa kau masih menangis juga? Nouvea melindunginya dengan baik, kau harus berterima kasih padanya nanti," desis Eliza.

"Tunggu, asap apa itu?" tanya Rey sembari mengerutkan keningnya.

"Helena di sana berteriak-teriak, aku tidak bisa membaca gerakan bibirnya," ujar Leon.

Diana tidak banyak berkomentar, ia hanya mondar mandir mengkhawatirkan keselamatan adiknya. Keadaan tak jaug berbeda dengan Amanda yang hanya duduk sambil menggerakkan kaki dan menggigit kuku tangannya. Ayahnya di luar sana, meski mereka berkata bahwa sang ayah dulunya adalah orang hebat yang sudah terbiasa dengan tembak menembak, tapi ia tidak percaya ayahnya bisa melakukan hal itu.

Tak lama kemudian, pintu kaca terbuka. Asap perlahan memudar dan menghilang. Sambil terbatuk-batuk, satu persatu dari mereka masuk. 

"Emily!" Diana segera berlari menghampiri perempuan berkacamata yang bersimpuh sambil memegangi dadanya, kesulitan mengambil napas. Darah dan luka hampir memenuhi seluruh tubuhnya.

"Shannon!" Santana menghambur pada Nouvea yang berjalan tertatih-tatih sembari menggendong Shannon. Sayangnya, keadaan Shannon pun tak terlihat baik. Ia pingsan. "Apa yang terjadi dengannya?"

"Ia pingsan … di tengah asap." Nouvea pun kesulitan untuk berbicara. Ia tumbang. Rey berlari ke arahnya dan menolongnya.

"Aku masih sadar, jangan khawatir."

Cindy mendekati Williams kemudian memeluknya dengan sangat erat. Williams tersenyum dan menepuk punggung Cindy beberapa kali.

"Aku baik baik saja, Cindy. Aku tidak bisa mati dengan mudah."

"Ayah!" Amanda berlari pada Mathew dan memeluknya. "Apa Ayah baik-baik saja? Ayah terluka."

"Aku tidak apa-apa, tapi dia tidak baik-baik saja." Mathew menunjuk Tommy. "Dia tergigit para makhluk itu."

Mereka semua terkesiap dan menatap Tommy takut.

"Kau dengar Perempuan Aneh itu tadi. Gigitan makhluk itu tidak berpengaruh apa-apa." 

"Perempuan Aneh? Tunggu! Di mana Helena?" tanya Rey.

"Dia … berada di … tepi kolam, saat sesuatu muncul dan menariknya … dia tenggelam. Aku … tidak bisa menyelamatkannya."

Nouvea tampak tegar, tapi semua bisa melihat matanya berkaca-kaca. Helena adalah teman terdekatnya, bahkan saat berada di XHO bertahun-tahun yang lalu.

Suara nada pengumuman kembali berbunyi. 

"Tidak buruk, enam orang yang selamat dari hukuman. Silakan kalian beristirahat, tapi jangan abaikan mimpi buruk yang akan datang."

Suara itu menghilang setelah suara nada pengumuman kembali terdengar.

Apa yang dimaksud mimpi buruk gang akan datang itu? Pikir Rey dalam hati.

-----------

Hai! Ini kuperbarui karena yang kemarin masih kurang dari yang terjadwal di outline

#wga
#wgaween
#wgaverse

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top