BAB 16 : INCURSION
“Apa kita baik-baik saja? Kita hanya mendapat satu kunci.”
“Tidak apa-apa, Diana. Kita juga tidak bisa menyelam lagi, semua kunci itu sudah diambil.”
Diana dan Emily berpikir karena tiba-tiba saja Emily merasa bahwa benda yang mereka perjuangkan mati-matian di kolam akan mempengaruhi permainan selanjutnya.
Tak lama kemudian, suara nada pengumuman berbunyi dari pengeras suara, disusul dengan suara tawa senang orang yang ada di seberang.
“Selamat! Kalian telah berhasil melewati permainan ketiga! Silakan masuk ke gedung dan beristirahat dengan tenang.”
Rey dan Peter saling menatap, kemudian bangkit dari duduknya, disusul dengan Leon.
“Kita harus masuk ke gedung dan melewati mereka?” tunjuk Leon ragu.
“Ya, sepertinya begitu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah melewati mereka. Bersikap seperti biasa saja.”
Leon mengangguk, kemudian berjalan menempel pada Rey. Mereka bertiga berhasil melewati barisan non-XHO tanpa terjadi apa-apa.
“Ini aneh,” gumam Rey.
Beberapa dari mereka masuk dengan aman, seperti Kazuki, Andrew, Pheobe, Nathan. Namun, lagi-lagi Santana berteriak histeris.
“Ibu!” disusul dengan rengekan anak perempuan di luar gedung.
“Apa yang kalian lakukan? Dia adalah anakku! Biarkan dia masuk! Biarkan dia masuk!” Santana kembali histeris.
“Ibu! Ibu! Ibu tolong aku!”
Para non-XHO mendesis sembari menghalangi Shannon yang hendak masuk.
“Kalau begitu biarkan aku saja yang keluar!” teriak Santana.
Salah satu non-XHO berbalik dan menodong Santana dengan pistol, membuat Santana gemetar.
“Sial! Di mana hati kalian! Dia adalah anak kecil!”
Hal serupa terjadi pada Williams, yang diblok tidak bisa masuk setelah Cindy berhasil masuk. Kemudian, Diana masuk, tetapi dengan Emily yang tertinggal. Amanda masuk dengan selamat sedangkan Mathew tidak.
Rey melihat kunci yang dibawanya, seketika menyadari bahwa orang-orang yang berhasil masuk ke gedung adalah orang-orang yang membawa kunci. Semuanya ada dua belas orang, sedangkan tujuh orang sisanya masih ada di sekitaran kolam.
Suara nada pengumuman kembali berbunyi.
"Apa kabar kalian yang tertinggal? Tidak banyak, hanya tujuh orang yang tersisa. Karena kalian tidak berhasil melewati permainan ketiga, ada sedikit kejutan untuk kalian sebagai hukuman."
Para non-XHO yang ada di pintu kaca masuk ke area kolam, sementara pintu kaca tertutup dan terkunci dengan sendirinya. Santana semakin histeris, dengan wajah Shannon yang ketakutan.
"Selamatkan anakku! Kumohon selamatkan anakku! Selamatkan anakku!"
Santana menangis sembari menggedor pintu kaca, kemudian tubuhnya merosot, ia memeluk dirinya sendiri sembari menangis.
Rey tahu bagaimana rasanya, rasa takut akan kehilangan orang yang berharga. Ia mengambil langkah, mendekati Santana dan memeluknya, mencoba menenangkannya.
"Dia adalah satu-satunya hartaku yang paling berharga," sedu Santana.
Sementara itu, di area kolam, orang-orang non-XHO mengelilingi mereka bertujuh. Wajah non-XHO semuanya pucat, tatapan mata kosong, ketika menyeringai tampak gigi mereka yang runcing.
"Hukuman di permainan ini adalah, kalian harus melawan mereka semua! Mudah, bukan? Tenang! Aku bukan orang yang jahat. Aku telah menyediakan beberapa senjata di dekat pintu."
"Cih! Tak sudi! Aku sudah membawa senjataku sendiri!" umpat Tommy.
"Ibu! Ibu!" Shannon menangis.
Nouvea dan Helena saling menatap, kemudian Nouvea memutuskan untuk mendekati Shannon, meletakkan tangan kanan si atas kepala Shannon.
"Tenang, Nak. Aku akan melindungimu," ujar Nouvea.
"Pintu akan terbuka lebar setelah mereka semua lenyap. Jadi … selamat bersenang-senang!"
Suara nada pengumuman kembali berbunyi, setelah itu barisan mayat hidup mulai maju, berusaha meraih mereka dan mendesis.
Tommy melemparkan sebuah senjata pada Mathew, kemudian mereka saling membelakangi.
"Nostalgia ya?" ujar Mathew sambil terkekeh.
"Ya tapi kali ini musuh kita makhluk kekal."
"Bagaimana kalau kita bertarung bersama-sama? Seperti dulu, saat kita belum menjadi pembimbing. Kita buktikan bahwa, meskipun usia kita sudah lebih dari setengah abad, kita masih bisa beraksi."
"Ide bagus, Mathew."
Lalu mereka mulai berkolaborasi, menghabisi musuh bersama-sama. Sayangnya, saat jantung musuh tertembak, walau berapa kali pun, tetap mereka bangkit lagi dan menyerang.
"Sial!" umpat Tommy.
Di sisi lain, Williams menerjang para mayat hidup dan mencari senjata. Ia mengambil beberapa bom tangan dan sebuah pistol. Sama seperti Tommy dan Mathew, beberapa peluru menembus dada musuh, tetap saja mereka bangkit lagi. Belum lagi mereka akhirnya menyerang secara bersamaan.
Helena dan Emily tidak membawa senjata, tak jauh dari mereka, Nouvea menembak beberapa kali ke musuh, tapi tidak bisa bergerak leluasa. Ada satu anak yang harus ia lindungi.
"Aku sudah menembak, tanpa meleset. Kenapa mereka masih bangkit lagi?" geram Nouvea.
"Nouvea, kita sedang berhadapan dengan mayat hidup yang dikendalikan. Kau bisa membunuh manusia saat menembak jantungnya, tapi kau tidak bisa membunuh yang satu ini karena pada dasarnya mayat hidup tidak punya jantung."
Nouvea menoleh cepat pada Helena.
"Lalu apa yang bisa kita lakukan?"
"Kepalanya. Tembak otaknya."
#WGA
#WGAWEEN
#WGAVERSE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top