BAB 15 : POOL II


    "Sudah lama sekali rasanya tidak berenang!"

Pheobe berseru sembari melepas pakaiannya, menyisakan hanya pakaian dalam dan bersiap untuk melompat..

"Kau mau bertanding bersamaku?" tawar Nathan.

"Sure!"

Kemudian, mereka berdua melompat ke kolam, menyusul beberapa orang lain yang sudah menyelam.

"Shannon, kau tunggu di tepi kolam ini dulu, oke? Ibu akan menyelam dan mengambil benda itu."

Anak perempuan tersebut mengangguk dan dengan setia menunggu di tepi kolam, melihat sang ibu yang mulai menyelam.

"Aku tidak suka berenang," desis Helena, kemudian ia melirik ke arah di mana Melissa mengambang, "dan dia tampak mencurigakan."

"Reina, kau ikut?" tanya Peter.

Rey tersenyum. "Pergilah terlebih dahulu."

Peter pun pergi menyelam terlebih dahulu.

"Apa ... kita harus menyelam? Dengan ... dia?" tanya Leon sambil menunjuk Melissa.

"Bagaimana lagi?" Rey melihat ke sekeliling. "Hanya tinggal kita berdua, Helena, dan Shannon yang ada di luar kolam. Ayo! Kau tidak ingin terjadi sesuatu, bukan? Apalagi kunci itu terbatas."

"Ya, tapi aku juga berfirasat ... akan terjadi sesuatu juga jika kita masuk ke kolam."

Rey tertawa kecil. "Ayolah!"

Leon mengangkat bahunya, pada akhirnya ia ikut menyelam.

Tak butuh waktu lama bagi Kazuki untuk menyelam ke dasar dan meraih benda berkilau tersebut kemudian kembali lagi ke permukaan. Ia bahkan bisa meraih dua sekaligus. Ia melihat benda itu, kunci berwarna perak dengan permata dengan ukiran di bagian ujungnya. Kunci yang diraihnya memiliki simbol Pisces dan Taurus. Ia segera menepi. Tak lama kemudian, Andrew muncul di permukaan dan menghampiri Kazuki.

"Aku hanya bisa meraih satu, berlambang Cancer," ujarnya.

"Sepertinya ini adalah kunci zodiak, jika orang itu berkata jumlahnya terbatas ... itu artinya hanya dua belas orang dari kita yang akan mendapatkannya."

Andrew mengangguk. "Kau mengambil dua?"

"Aku akan memberikannya pada orang yang membutuhkan, nanti."

Andrew mengangguk lagi, kemudian tatapannya berhenti pada satu titik di mana seharusnya ada mayat yang mengambang di sana.

"Oh tidak, ke mana perginya perempuan bernama Melissa itu?"

***

Di dalam kolam, Leon hampir saja meraih kunci yang ada di dasar kolam, tapi ia berjingkat saat tiba-tiba wajah Melissa yang menyeramkan muncul di hadapannya. Gigi-giginya menjadi runcing, begitu pula dengan kuku-kuku tangannya yang bersiap menerkamnya. Ia segera berenang menjauhi kunci dan ke permukaan, mengambil napas dengan cepat. Matanya melebar, kedua tangannya bahkan gemetar.

"Astaga ... apa itu tadi?"

"Leon! Kau mendapatkan kuncinya?" teriak Andrew yang sudah ada di tepi kolam.

"Andrew? Belum! Ada Melissa di bawah sana!"

"Apa?"

"Melissa!"

Seketika sekujur tubuh Leon merinding. Ini adalah hal yang paling ditakutkan seumur hidup, meski saat dulu ia masih menjadi pembunuh bayaran. Hantu dan sejenisnya.

Tak lama kemudian, Leon berteriak saat ia merasakan sebuah tangan menggenggam kakinya, ia terus menggerakkannya agar genggaman tangan itu lepas.

"Hei! Leon! Ini aku!"

Rey muncul ke permukaan.

"Astaga, Rey! Kau mengagetkanku! Kukira kau adalah ...."

"Melissa? Ya, aku tahu. Dia juga menyerangku di bawah sana, tapi tidak apa-apa ..." Rey menunjukkan benda berkilau berlambang aries sembari tersenyum memperlihatkan gigi-giginya." Aku mendapatkannya."

Mata Leon melebar. "Kau mendapatkannya?"

"Kau tidak?"

Leon menggeleng ragu.

"Sebaiknya kau berusaha, tidak banyak yang tersisa di bawah sana. Semoga berhasil, Leon!"

Rey berenang ke tepian, lagi-lagi menyisakan Leon di tengah kolam. Ia ingin saja mencari kunci itu, tapi ... ia tidak mau bertemu dengan wajah menyeramkan itu lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Di sisi lain, Williams berenang ke tepian sembari memegangi Cindy dengan erat. Cindy didudukkan di tepi kolam, sedangkan Williams memegang kedua lutut Cindy, menatap dalam ke kedua matanya.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa."

"Dia hidup! Dia menyerang kita! Dia hidup!" tatapan mata Cindy tak fokus, seluruh tubuhnya gemetar hebat.

Williams tahu hal ini, perempuan itu sedang terguncang, sama seperti beberapa tahun yang lalu, masa-masa kelam yang berhasil mereka berdua lewati. Kemudian, ia turut duduk di tepi kolam, memeluk Cindy erat.

"Tidak apa-apa, sudah kita lalui bersama. Lihat?" Williams melepas peluknya dan menunjukkan kunci bergambar Libra. "Kita mendapatkannya. Tarik napas yang dalam, kemudian embuskan perlahan."

Cindy menuruti apa yang dikatakan oleh Williams sembari memejamkan matanya, perlahan mulai tenang dan gemetar di seluruh tubuhnya mulai menghilang.

Di dalam kolam, Diana berusaha melepas kakinya dari cengkraman tangan Melissa. Ia panik, hampir kehabisan napas! Kakinya berdarah terkena kukunya yang tajam! Ia memegang kunci, itulah sebabnya Melissa mengejarnya. Saat harapannya mulai hilang, seseorang menyelamatkannya. Emily saudaranya! Emily menjepit leher Melissa dengan lengannya. Emily bahkan membuang jauh-jauh rasa takutnya agar Diana bisa lepas dari cengkraman makhluk itu!

Diana lepas, melissa berbalik menyerang Emily. Bertarung di dalam kolam tidaklah mudah. Makhluk itu tidak repot-repot takut kehabisan udara, tak seperti dirinya. Namun, tiba-tiba Melissa pergi, menghilang di gelapnya dasar kolam. Dengan begitu, Emily segera berenang ke permukaan.

Leon memutuskan untuk menyelam lagi, ia sebenarnya takut jika bertemu dengan Melissa di dalam. Namun, belum sampai ke dasar kolam ... ia menemukan Sandy Honast perlahan-lahan tenggelam dengan mata terpejam, tak jauh darinya terdapat kunci dengan lambang Sagitarius. Tanpa pikir panjang, ia mengambil kunci itu, kemudian menghampiri Sandy. Betapa terkejutnya ia saat perempuan itu tak lagi bernapas, ada luka dalam di sekitar lehernya, juga luka cengkraman di kaki dan kedua tangannya. Tidak ingin Sandy tiba-tiba menjadi hidup dan menyerangnya, atau Melissa datang menghampirinya, ia cepat-cepat berenang ke permukaan.

Di bawah sana, pertarungan sengit antara Eliza dan Melissa berlangsung. Ia tidak mau kalah, tentu. Eliza tidak punya banyak waktu dan harus segera ke permukaan sedangkan Melissa terus mencengkramnya, berusaha menggigitnya. Eliza menendang wajahnya. Ya, ia memang sempat mengkhawatirkan perempuan paruh baya itu, tapi ia tidak akan berbaik hati pada siapa pun yang menghalangi. Pertarungan dimenangkan oleh Eliza dan ia berhasil ke tepian.

Beberapa orang sudah duduk di tepi kolam renang, tapi yang terakhir muncul ... mereka tahu bahwa mereka tidak punya kesempatan lantaran benda berkilau itu sudah tidak ada lagi di dasar kolam.

"Shannon! Shannon!"

"Ibu!"

Santana berenang dengan cepat ke tempat di mana anak perempuannya menunggu. Kemudian, ia memeluk anak perempuannya erat dengan tubuhnya yang masih basah.

"Ibu tidak mendapatkannya! Maafkan ibu!"

Shannon tidak mengerti, mengapa ibunya bisa sekecewa itu saat tidak mendapatkan kunci. Namun, tiba-tiba ... sebuah kunci dilempar padanya. Santana menatap pada seseorang yang melempar kunci tersebut.

"Kau bisa memilikinya satu," ujar Kazuki datar.

Santana tersenyum lebar kali ini, menggenggam kunci itu dengan erat sembar memeluk Shannon.

"Terima kasih! Terima kasih banyak!"

"Apa di antara kalian ada yang melihat Sandy?" tanya Diana lantaran satu orang yang dulu pernah berada di satu tingkat dengannya tiba-tiba tidak muncul di permukaan.

"Dia tewas," jawab Leon.

Diana melebarkan matanya, begitu pula dengan Emily. "Astaga!"

"Mengerikan!" seru Helena. "Lihat ke arah pintu! Makhluk-makhluk mengerikan itu terus berjaga di sana selagi permainan berlangsung!"

Mereka semua melihat ke arah di mana Helena menunjuk. Betul, banyak sekali sosok non-XHO di sana, mereka semua hanya berdiri diam tanpa melakukan apa-apa. Bagi mereka yang tidak tahu kebenaran tentang mereka, perkataan Helena hanya seperti angin lalu saja. Akan tetapi, bagi mereka yang tahu ....

Rey menelan ludahnya. "Kau benar, Leon. Aku punya firasat buruk."

#WGA

#WGAWEEN

#WGAVERSE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top