BAB 12 : POISON

    'Selamat bagi kalian yang lolos dalam permainan pertama. Silakan datang ke Ballroom pukul 8 pagi'

*** 

    Hari kedelapan berada di gedung XHO, setelah permainan pertama kemarin, sebagian besar dari mereka mulai menerka-nerka, apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu, kematian Volta di arena membuat mereka lebih berhati-hati dan lebih memilih untuk mengikuti permainan siapa pun yang ada di balik pengirim undangan.

    Mendekati pukul 8 pagi, satu persatu dari mereka mulai menuju ke Ballroom yang ada di lantai 3. Pertemuan mereka yang pertama ada di lantai 1, kini mereka menuju ke lantai 3. Bisa jadi mencari suasana baru. 

    Total 21 orang yang harus berkumpul di Ballroom, 22 bila Melissa masuk hitungan. Sayangnya, perempuan paruh baya itu masih menghilang, tanpa kabar.

    "Ada makanan!" Anak perempuan berusia delapan tahun itu bersorak saat memasuki Ballroom, menarik-narik tangan sang ibu lantaran sudah tak sabar ingin menikmati hidangan menggiurkan yang tersaji di depan mata.

    Tentu, siapa yang tidak tergiur? Terlebih warna coklat mengkilap pada ayam panggang yang ada di tengah meja. 

    "Shannon, tidak. Lebih baik kita tidak memegang makanan itu terlebih dahulu."

    "Tapi aku lapar!" rengek Shannon, Santana tetap teguh pada pendiriannya, karena menurutnya tidak menyentuh makanan selagi pemilik makanan belum mempersilakan adalah keputusan yang bijak.

    "Selamat datang! Kalian sudah cukup berusaha kemarin! Aku sangat menghargai usaha kalian. Selamat juga pada Kazuki Fujiwara yang berhasil mendapatkan nilai sempurna. Kuakui, mantan Angels Hunter memang tidak bisa diremehkan!"

    Suara di seberang tertawa, entah apa yang ditertawakannya, karena semua orang yang mendengarkannya berbicara hanya diam.

    "Oh,  aku juga ingin menyampaikan sesuatu.  Aku sangat menghargai outsider yang datang ke XHO, sekali lagi selamat datang bagi kalian para tamu tak diundang. Namun, aku tidak akan memaafkan orang yang menyusup untuk berpura-pura."

    Tentu, seisi ruangan bertanya-tanya. Bagaimana bisa ada penyusup dan seberapa bodoh penyusup tersebut sampai-sampai mau masuk ke gedung neraka ini?

    Tak lama kemudian, lampu meredup dan proyektor menyala, merebut perhatian dari seluruh orang yang ada di sana. Di layar proyektor tersebut terdapat gambar seorang perempuan yang tergeletak tak bernyawa di lantai dapur dengan darah mengucur sangat banyak. 

    Beberapa orang yang ada di sana berbisik. Santana melebarkan matanya.

    "Astaga! Itu adalah Jeanny! Tunggu, kalau itu adalah Jeanny, lalu kau adalah …."

    Pandangan Santana tertuju pada seorang perempuan yang wajahnya hampir mirip dengan perempuan yang mati tersebut, perbedaannya mungkin hanya pada di guratan wajah, yang di sini jauh lebih muda.

    Perempuan itu berteriak, wajahnya memerah bagaikan tomat.

    "Kau apakan kakakku? Kau apakan kakakku?" teriaknya histeris sembari menghadap kamera di sudut ruangan dan pengeras suara.

    "Apa yang terjadi dengannya? Apa yang dia lakukan padamu sehingga kau membunuhnya dengan kejam?"

    Suara di seberang tertawa. "Bukan apa yang dia lakukan, tapi apa yang kau lakukan! Sekarang, akui siapa dirimu sebenarnya?"

    Panik, tentu saja. Matanya melebar dengan kedua tangan yang gemetar. Sementara itu, semua orang yang ada di sana hanya melihatnya sambil berkata dalam hati, pengeras suara itu ada benarnya. Jika memang dia dulunya adalah murid XHO, usianya tidak mungkin sekitar dua puluhan.

    Suara di seberang tertawa semakin keras. "Tidak bisa mengaku? Katakan Jessie Walker!"

    "Baik! Baik! Aku mengakuinya! Aku bukan Jeanny, aku Jessie! Aku adalah adik Jeanny satu-satunya dan kami selama ini tinggal berdua.  Dia tidak bisa datang ke tempat ini karena dia ingin membuang jauh-jauh kenangan buruknya. Karena aku penasaran, akulah yang datang. Apa itu salah?"

    Suara di seberang tertawa. "Benar, tidak salah. Kau datang ke tempat ini dengan cara mengkhianatiku, itulah salahnya!"

    Tiba-tiba, pistol muncul dari sudut-sudut ruangan, menembaki Jessie dengan kejam. Santana membelalakkan matanya, ia bahkan secara spontan menutup mata dan telinga Shannon, anaknya.

    Setelah insiden itu, semua menjadi sunyi. 

    "Itulah yang akan terjadi jika kalian menjadikanku musuh."

    Beberapa orang non-XHO mulai masuk dan membersihkan jasad Jessie,menyingkirkannya entah ke mana.   

    "Kabar kedua adalah, aku ingin mengapresiasi kalian dengan hidangan yang ada di meja. Selamat menikmati dan sampai jumpa di neraka!"

    Sosok di seberang tertawa entah karena apa dan Rey merasa ada yang aneh dengan nada bicaranya.

    Beberapa orang mulai maju dengan ragu, tapi ta sedikit juga yang tidak mau menyentuh makanan karena melihat apa yang telah terjadi pada Jessie.

    "Tunggu!" Diana berteriak saat berada di dekat meja makanan.

    Beberapa dari mereka yang hendak menyuapkan makanan ke mulut pada akhirnya berhenti.

    "Jangan! Jangan dimakan! Semua makanan ini mengandung racun! Racun yang sangat mematikan!" perintah Diana.  

    Rey membelalakkan matanya, ia maju mendekati meja disusul oleh Peter. Dengan ragu ia mengambil sepotong ayam, kemudian mencium aromanya. Dahinya mengernyit.

    "Kau benar! Ini telah diracuni."

    Mereka semua yang sudah terlanjur mengambil cepat-cepat melempar makanannya ke lantai dengan wajah ketakutan. Sayangnya, satu orang telah terlanjur melahapya.

    "Andrew? Dasar bodoh! Apa kau memakannya?"

#wga
#wgaween
#wgaverse

---------------

Permainan kedua

   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top