Prolog

Debaran jantungku terdengar seperti tanpa jeda. Aku duduk berjongkok, memeluk kedua lututku dengan tangis sesak. Aku berada di tempat yang sama seperti terakhir kali aku masih bernapas, tetapi kini, keadaan terbalik 180 derajat.

Rombongan langkah kaki itu tampak berlalu-lalang dan aku hanya bisa diam. Aku percaya, sekencang apapun aku menjerit, mereka tidak akan lagi mendengarkan. Mereka tidak akan lagi melihat wujudku atau bahkan peka terhadap kehadiranku. Aku meringkuk sendirian dengan bunyi mesin kereta yang terus terbayang di pikiran.

Di tengah ketakutan itu, aku melihat seseorang dengan penampilan lusuh. Berada di seberangku, aku melangkah menghampirinya tanpa ragu. Merasa bahwa dia sama sepertiku.

Ia seorang wanita yang terlihat lebih dewasa. Badannya kurus kering, rambutnya berantakan dan perutnya berisi. Untuk beberapa detik, aku bimbang. Aku bingung apakah aku pantas menyebut ini sebagai 'manusiawi' di saat diriku sendiri sekarang bukanlah manusia? Lantas, aku tetap mencoba meraih posisinya sebab aku rasa kami harus bertegur sapa.

Aku bertanya pada wanita itu, "Apa yang membuatmu jadi seperti ini?"

Baru dari dekat, wajahnya jelas terlihat pucat. Ia berdiri di atas dua kakinya yang lemah hingga mengundangku iba.

Dia enggan meresponku. Kepalanya menggeleng pelan. Lalu, sedikit demi sedikit dagunya terangkat. Dapat kulihat aura kecantikan di balik raut mukanya yang menyedihkan.

Untuk menenangkannya, aku berkata, "Seandainya aku masih ada, aku pasti akan menolongmu sebelumnya."

Wanita itu menatapku intens. Tangannya yang tinggal tulang terangkat sebelah, kemudian memegang ujung jemariku erat. Ia tersenyum. Meskipun tipis dan tidak kentara, aku sangat yakin ia tersenyum. Tentu saja, hal tersebut membuatku lega.

Namun, siapa yang menyangka kalau aku akan menyesalinya kemudian? Aku terus berpikir, seandainya aku tidak menghampiri wanita malang itu, mungkin saat ini malaikat segera mengajakku pergi ke surga, meninggalkan beban hidup yang teramat suram. Sayangnya, harapan tinggallah kenangan. Berkat wanita itu, aku kembali lagi ke dunia yang kejam dan harus berjuang sendirian.

"Yoon Yooseul, kau telah tiada. Sekarang ini, hiduplah sebagai Sohyun dan capai keinginan terakhirnya." Janjiku pada diriku sendiri, Kim Sohyun yang baru.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top