Epilog


Kehilangan adalah sesuatu yang wajar dialami semua orang. Selama ini aku sudah merasa cukup puas menjadi bagian dari hidup Taehyung. Sekarang aku mengerti arti dari sebuah konsekuensi. Dan kupikir saatnya telah tiba.

Aku mendengar bahwa aku menderita Alzheimer. Sejujurnya, aku telah memprediksi hal ini cukup lama. Saat itu, aku penasaran pada kabar Jimin setelah ia bebas dari penjara. Ia tak pernah menghubungiku lagi, jadi aku mencari tahu tentangnya.

Setelah bebas, rupanya Jimin sempat tinggal di sebuah kontrakan kecil yang ada di pinggiran kota Daegu. Ia menjalani hidupnya dengan sederhana. Bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restoran dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun, dari apa yang aku dengar, Jimin tak lama berhenti dari pekerjaan. Alasannya karena Jimin sering sakit-sakitan. Ia pun dirawat oleh tetangganya yang baik hati.

Jimin menjadi sangat pelupa. Ia suka pergi ke luar rumah, dan tahu-tahu ditemukan tidur di jalanan. Iya, Jimin terkena Alzheimer. Sama sepertiku. Dan sampai akhir hayatnya, kami tak pernah bertemu. Karena penyakit itulah yang membuat Jimin tak ingat padaku. Mengetahui cerita itu, aku langsung meminta tetangga yang dulu merawatnya untuk mengantarku ke makam Jimin.

Ya, pada akhirnya, kau memperoleh konsekuensi dari pilihan yang kau buat bertahun-tahun lalu. Semoga kau bahagia di sana.

Dan saat ini, setelah aku mengetahui bahwa aku mengalami hal yang sama dengan Jimin, aku menulis sebuah surat. Aku tidak mau melupakan orang-orang penting dalam hidupku, dan pergi meninggalkan mereka seperti orang asing yang tidak saling kenal.

Aku mencoba mengingat-ingat, momen apa yang telah terjadi dan momen apa yang akan terjadi. Hal-hal kecil seperti ulang tahun Mul, kado apa yang harus kuberikan padanya nanti dan lain-lain. Aku menulis surat ini tidak dalam satu waktu. Karena beberapa hari setelahnya, aku menemukan cincin pernikahanku di bawah wastafel yang ada di kamar mandi. Aku senang benda itu tidak hilang. Aku ingin memberi kejutan pada Taehyung ketika ia membuka surat ini nanti. Jadi, aku menyimpannya ke dalam amplop.

Hari-hari terlewati. Aku tidak pernah ingat apa yang aku lakukan selama gejala penyakitku datang. Tahu-tahu baju dan kukuku sering kotor, terdapat bekas tanah di sana. Taehyung bilang, ketika tidak sadar, aku sering memintanya untuk mengantar ke pemakaman. Aku terkejut, karena makam yang aku sering datangi adalah makamku sendiri. Saat itulah, aku merasa bahwa kematianku sudah dekat.

Seperti saat ini. Ketika aku membuka mata, tiba-tiba saja aku sudah berada di makam Paman Harang. Tubuh dan napasku terasa berat. Kepalaku sangat sakit hingga aku pikir, aku sedang berhalusinasi karena melihat bayangan wajah-wajah yang tidak mungkin ada di sini.

"Yooseul? Bangunlah. Kita harus pergi sekarang," kata Paman Hamin dengan pakaiannya yang serba putih. Ia mengulurkan tangannya padaku.

Tak hanya itu, muncul wajah lain yang sangat aku kenali. Jantungku berdebar. Melihat mereka setelah bertahun-tahun lamanya, rasanya aku ingin menangis dan menghambur ke pelukan mereka.

"Putriku, kau sudah besar. Kau sudah dewasa, kau berusaha dengan sangat baik. Sudah saatnya kami datang untuk menjemputmu," ujar Ayah. Iya, ayahku yang meninggal saat aku masih kecil.

"Ayo, Sayang. Putri Ibu. Ibu sangat merindukanmu."

Aku menangis. Mengusap-usap kedua mataku untuk meyakinkan, apakah pengelihatanku nyata?

Dan setelahnya, Sohyun—yang tubuhnya aku miliki—datang. Ia juga berniat untuk menjemputku.

"Yooseul, semua sudah berakhir. Kau sudah memenuhi tugasmu sebagai istri dan ibu yang baik. Aku berjanji kan, suatu hari kita bertemu lagi. Dan ini adalah waktu yang tepat. Bukankah kau harus menceritakan kisah hidupmu kepadaku?"

"Kalian semua .... Kalian datang untuk membawaku, kan?"

"Benar, Yooseul. Aku, orang tuamu, pamanmu, kami semua menantikanmu untuk ikut bersama kami. Karena itu, bangunlah. Gandeng tangan kami. Kita pergi bersama."

Aku tak dapat berkata-kata. Aku juga tidak mungkin bisa menolak. Sebelum aku pergi bersama mereka, sejujurnya aku ingin berpamitan, memeluk, dan mencium suamiku untuk yang terakhir kali. Ia menungguku di sana. Jika sempat, aku pasti berlari ke arahnya dan aku ingin meninggal di dalam pelukannya. Sayangnya, sebelum semua itu terwujud, mataku yang sudah terasa berat hingga akhirnya terpejam.

Aku merasakan tanganku diraih oleh Ibu. Kami berlima, berdiri sejajar. Aku tersenyum getir mendapati tubuh Sohyun yang tanpa nyawa itu tergeletak memeluk batu nisan milik Paman.

"Kau sudah siap pergi, Nak?" tanya Ayah.

Aku mengangguk. Dan ketika kakiku perlahan-lahan mengambang di udara, aku melihat Taehyung datang menghampiri tubuhku. Sepertinya ia belum sadar bahwa istrinya benar-benar telah tiada. Ia dengan panik menggoyang-goyangkan tubuhku karena aku tak kunjung bangun.

Aku menyesal mengatakan ini. Tetapi, maafkan aku, Taehyung. Aku harus pergi meninggalkanmu terlebih dahulu.

Dan ... aku sangat mencintaimu.

***

The End

Bawang mana bawang😭😭😭

Aku sebenernya nggak niat bikin ending sesedih ini. Tapi, bakal make sense kalau Yooseul kehilangan ingatan-ingatannya (which is selama ini dia hidup sebagai orang lain, jadi aku pingin dia melupakan jati dirinya seiring berjalannya waktu sebagai konsekuensi yang dia pilih).

Dan maaf buat kalian yang berharap Sohyun kembali. Karena dari awal aku udah menentukan jalan cerita ini. Ending nya emang Yooseul x Taehyung. Tapi nggak papa, lagi pula cast cerita ini tetap Sohyun, jadi di tag pun jatuhnya tetep Taeso.

Well, terima kasih. Kalian selalu menantikan cerita ini. Yang sebenarnya di tengah-tengah aku merasa mulai menyerah ngelanjutin ceritanya. Karena apa? Karena sepertinya genre ini belum cukup dinikmati pembaca. Makanya aku kabur ke cerita sebelah (Decade) yang ternyata memperoleh respons yang lebih bagus.

Tapi, alasanku ke sini lagi, termotivasi menyelesaikan cerita ini adalah komentar-komentar baru dari pembaca baru yang mampir di lapakku. Makasih ya, guys. Aku terharu kalian minta cerita ini dilanjut. Dan lagi pula, emang cerita ini mau tamat. Jadi sangat disayangkan kalo nggak aku lanjut.

Sekali lagi, terima kasih antusiasnya💜 Sampai jumpa di karya aku selanjutnya!!

Selamat malam :)

Oh, kalo kalian punya ending versi kalian sendiri, coba deh di drop di komen di bawah ini. Aku pingin baca satu-satu karena aku penasaran hehe

Adios🥰

Nb. Decade juga mau tamat loh :3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top