Bab 19

Tok ... Tok ... Tok.

Berulang kali terdengar suara ketukan pintu. Memaksaku—yang masih mengantuk—membuka mata dan menyudahi tidur lelapku. Tak kusangka pagi telah menyapa. Jendela mungil dalam kamarku pun meloloskan berkas cahaya dari luar sana. Meskipun kamarku begitu pengap, namun tak dapat menyembunyikan betapa sejuknya hawa pagi ini.

Ah, iya. Aku ada di vila yang letaknya di dataran tinggi.

Sambil mengucek mata dan meregangkan tubuh, gagang pintu yang tak terkunci itu berhasil kuraih. Seorang wanita berpakaian pelayan menundukkan wajahnya, memberi hormat.

"Iya? Ada apa ya mencari saya?"

"Maaf, Nyonya," ucapnya sopan.

Nyonya? Kemarin tak ada satu pun yang memanggilku 'Nyonya'. Mereka bahkan tidak tahu kalau aku berhubungan dengan Taehyung. Yah, kecuali dua orang tua itu. Mengingatnya saja membuatku geram.

"Tuan berpesan, bahwa Nyonya harus segera turun. Kalau tidak, Nyonya akan ditinggalkan di vila."

Tuan? Benar! Di mana pria itu? Kenapa aku bangun sendirian?

"Siapa Tuan yang kau maksud?"

"Tuan Muda, Nyonya. Tuan Taehyung."

"Apa?! Dia sudah di bawah? Baiklah, bilang padanya. Aku akan segera mandi dan bersiap."

Aku mempercepat langkahku, ribut mencari pakaianku dan berniat menuntaskan agenda di kamar mandi. Namun, kalimat dari pelayan tersebut membuatku ragu. Sedetik kemudian, darahku terasa mendidih.

"Maaf, Nyonya. Tapi ... Tuan bilang, Tuan hanya memberi waktu lima menit agar Nyonya segera menyusul."

"Sial! Pria itu!"

Akhirnya, aku tak mandi. Cukup berganti baju yang memakan waktu sekitar tiga menit. Dua menit sisanya kugunakan untuk berlari sembari menuruni tangga. Napasku nyaris putus! Aku bahkan tak sempat mengenakan sepatuku.

Sebenarnya, ada apa dengan otaknya? Dasar tidak tahu malu! Sudah masuk dan numpang tidur di kamarku, sekarang pagi-pagi menyuruhku berlarian seperti orang gila.

Benar saja. Pria itu telah siap di balik kemudinya dengan pakaian rapi. Sementara aku? Rambutku berantakan. Pakaian ugal-ugalan. Wajah tanpa make up, menambah buruk penampilanku. Aku seperti gelandangan yang bangun tidur di depan pertokoan. Apalagi, dengan kondisi kakiku yang tanpa alas. Aku masuk mobil dengan agak membanting pintu.

"Hei, hei! Kalau rusak, kau harus menggantinya! Kau tidak tahu seberapa mahal mobilku?"

"Rusak? Yang rusak itu otakmu! Kau taruh mana akal sehatmu, hah? Memaksaku bangun pagi-pagi untuk segera ke sini, tanpa mandi, tanpa dandan! Sudah seenaknya tidur di kamar orang, bukannya tau terima kasih malah memperlakukanku seperti kambing!"

"Sudah selesai?"

"Belum! Sekarang, kejutan apa lagi yang kau siapkan?"

Kim Taehyung adalah pria yang penuh dengan kejutan. Kalian bisa lihat bagaimana ia menculikku ke salon dan mengajakku ke pesta sosialita yang membosankan. Kemudian, masuk secara paksa ke kamarku dan menumpang tidur di sana. Belum lagi, peristiwa sebelumnya di mana ia tanpa permisi menemaniku di rumah sakit dan memaksaku makan di restoran bersamanya setelah pulang.

"Kita ke lokasi syuting."

"Hah?! Kau serius?"

Aku menjerit dalam hati. Dalam keadaanku yang bau ini? Dia sih enak, udah rapi dan wangi. Aku?

"Jangan bilang kau lupa. Kau sendiri yang menyusun jadwalnya, Nona Sohyun."

Apa pula dia yang tiba-tiba membawa formalitas ini?

"I–iya, sih. Tapi kan kau sutradaranya. Kita bisa menyusul ke lokasi nanti. Jadi, tolong ... biarkan aku membersihkan diri. Ya?"

"Aku orangnya disiplin. Waktu adalah uang. Kalau kau tak memahami prinsipku, sebaiknya mengundurkan diri."

Sial, sial, sial! Sekali lagi aku mengumpat dalam hati. Aku sungguh lupa! Syuting selanjutnya mengambil spot di E-World. Salah satu adegan inti dari skenario berlangsung di sana. Adegan dimana tokoh utama pria menyadari perasaannya dan menyatakan cinta pada tokoh utama wanita.

"Kita berangkat."

Pada akhirnya aku hanya bisa pasrah. Hari ini aku melatih kesabaranku lagi. Masih baik Taehyung mengingatkanku akan prinsipnya. Ya, waktu adalah uang. Entah sejak kapan aku jadi merujuk keseharian Taehyung sampai-sampai harus mengikuti caranya menjalani hidup. Aku membenci sikapnya. Tapi di sisi lain, aku merasa kalau kami memiliki kesamaan. Semakin aku mengenalnya, semakin aku merasa mirip dengannya. Terutama, tentang bagaimana kami menghargai waktu.

Aku tidak akan kelepasan hari ini kalau saja aku bisa mandi. Aku juga orangnya selalu patuh dan teratur terhadap jadwal yang kumiliki. Sedikit pun aku tak pernah lalai. Baru kali ini. Aku kacau. Aku berantakan. Untunglah, tidurku nyenyak semalam. Aku tak bermimpi hal yang aneh-aneh. Sehingga, mood baikku masih bisa tetap terjaga.

Apa ini karena ... Sohyun sudah mengingat semuanya? Jadi, ia tak bermimpi buruk lagi?

***

Kesibukan langsung menyambutku begitu tiba di lokasi syuting. Semua perangkat telah disiapakan. Semua pemain berkumpul dan sedang diberi arahan. Aku berdiri di samping Taehyung, memeriksa jadwal kembali siapa tahu ada yang terlewatkan.

Pemain stand-in sudah datang. Semua lengkap dan terlaksana dengan baik. Tinggal proses syutingnya saja.

"Baiklah semua, dengar. Syuting akan segera dimulai. Usahakan, akting kalian hari ini maksimal karena kita mendekati puncak konflik."

"Permisi, Sutradara Ye," sela salah seorang kru yang biasanya menangani properti.

"Ada apa?"

"Ryu Eunseo mendadak pingsan dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Sepertinya hari ini dia tak bisa memainkan perannya."

"Ryu Eunseo? Pemeran Lee Jiah?"

Lee Jiah adalah satu-satunya tokoh antagonis yang menjadi saingan Heewon—peran Kak Jisoo—di drama Positively Yours. Jiah mendapat scene penting, di kesempatan ini ia akan menyadarkan Dojoon—pemeran utama pria—bahwa wanita yang ia sukai adalah Heewon. Ryu Eonseo harusnya melakukan adegan ciuman yang cukup intens dengan tokoh utama pria. Tetapi karena sedang sakit, kemungkinan syuting kali ini akan di-skip dulu.

"Kita tetap lanjut."

"Tapi Sutradara Ye, bagaimana dengan adegan Lee Jiah? Bukankah adegannya berada di lokasi yang sama?"

"Kita pakai pemeran pengganti. Kita bisa memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Aku memutuskan untuk syuting di sini sekali. Dan aku menolak menggunakan green screen. Apakah di antara kru, ada yang berpostur menyerupai Eunseo?"

Kim Taehyung rupanya benar-benar kolot. Aku tahu dia sangat ketat masalah waktu. Tetapi, tidak begini juga. Mana bisa menggunakan pemain pengganti untuk artis yang sudah beberapa bulan menjalani syuting dan membangun chemistry dengan pemeran utama? Feel-nya pasti berbeda.

Aku merasa terpanggil. Ya, tugasku sebagai asisten sutradara salah satunya adalah memastikan kehadiran dan keikutsertaan para pemain. Kalau seperti ini masalahnya, aku pula yang akan direpotkan. Aku harus segera mencarikan pemain pengganti itu tanpa diminta.

"Ada seseorang, Sutradara Ye! Sejak awal aku merasa mereka sangat mirip dari samping."

Ahh, baguslah. Siapa wanita itu? Sebaiknya segera kita rekrut hari ini supaya tidak menambah pekerjaanku.

"Kim Sohyun!"

Kim Sohyun? Oke. Aku catat nama itu.

Hah? Tunggu! Kim Sohyun? Aku?

"Dia?" kata Taehyung sambil menunjukku.

"Lihatlah, Sutradara Ye. Bukankah mereka mirip? Saya rasa tidak masalah kalau kita menggunakan Sohyun untuk menggantikan peran Eunseo kali ini. Kita bisa men-shoot adegannya dari samping. Untuk suara, kita minta Eunso men-dubbing ketika kondisinya sudah membaik."

"Saya setuju dengan usulan itu. Saya rasa, ini pilihan yang terbaik." Kak Jisoo menimpali.

Ah, saking fokusnya bekerja, aku sampai lupa jika ada Kak Jisoo di antara kami.

"Bagaimana menurutmu, Sehun Oppa?"

Mati aku! Aku tidak pernah berciuman sebelumnya. Meskipun pernah—dengan Taehyung, itu pun cuma saling menempelkan bibir. Aku yakin, ciuman dalam drama sangatlah berbeda dan terkesan lebih intim. Bagaimana dong?

"Sutradara Ye, percayakan padaku. Aku jamin, chemistry-ku bisa segera terbentuk dalam waktu singkat. Apalagi dengan Nona Sohyun yang secantik ini."

Apa maksudnya bicara seperti itu? Dia menggodaku? Tidak. Jelas-jelas, sikapnya sangat kurang ajar dan sombong. Bagaimana bisa Jennie dulu merekomendasikan pria ini!

"Maaf sebelumnya, saya tidak ada pengalaman akting. Saya pikir, hasil tangkapan kameranya akan sangat buruk jika saya yang menggantikan posisi Nona Eunseo."

"Sohyun, apa yang kau katakan? Kita belum mencobanya. Bagaimana kalau dicoba dulu? Kami bisa memberimu waktu untuk lebih akrab lagi dengan Sehun Oppa."

Kenapa Kak Jisoo gigih sekali dengan pendapatnya? Padahal sudah kutolak dengan sangat halus. Lagi pula, perasaanku tak enak dengan pria yang memegang peran Dojoon itu. Siapa tadi namanya? Sehun?

Dari tadi kuperhatikan, ia terus melirik ke arahku. Memberi tatapan yang mesum dan menyeramkan.

"Nona Sohyun? Ayo, kita coba dulu."

Dengan sembarangan, Sehun menarik lenganku. Tidak tahu kapan ia menghampiriku. Namun sekarang, posisi kami sangat dekat. Kru yang lain hanya bisa menonton dan menanti jawaban.

"Tidak perlu malu-malu. Kau akan merasakan, betapa hebatnya ciumanku. Kau hanya perlu diam dan berdiri menggantikan Eunseo. Bahkan, aku bisa memberimu lebih dari itu," bisik Sehun yang membuatku merinding.

Aku refleks mendorong bahunya dan itu membuat orang-orang menatapku curiga.

Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang?

"Ke mari."

Di tengah kekalutanku, Taehyung mengulurkan tangannya. Dia membawaku ke balik punggungnya. Melindungiku secara tidak langsung dari tatapan jahat Sehun.

"Kita tunda syutingnya. Setelah kupikir-pikir lagi, tidak ada seorang pun yang cocok memerankan Lee Jiah kecuali Ryu Eunseo. Kita fokus ke scene Jisoo dan akan melakukan syuting kembali di tempat ini setelah Eunseo sembuh."

"Kalau itu yang Sutradara inginkan, apa boleh buat."

Hebat! Power seorang Sutradara Ye. Hanya dengan satu pendapatnya, semua kru bisa langsung setuju tanpa ada sanggahan. Aku pun merasa terselamatkan dan dapat bernapas dengan lega.

Terima kasih, Tuhan. Kau menyelamatkanku dari pria aneh itu.

Membubarkan diri masing-masing, para kru menuju ke titik lokasi. Termasuk Kak Jisoo dan si kurang ajar Sehun. Kini tersisa aku dan Taehyung, serta beberapa kameramen yang tampak sibuk memindahkan kamera.

"Kau baik-baik saja?"

Satu pertanyaan tak terduga datang dari seorang Taehyung dan itu berhasil membuatku jantungan. Apa dia mengkhawatirkanku?

"Lain kali, tendang selangkangannya. Jangan cuma mendorong bahunya karena itu tidak akan membuat laki-laki kurang ajar sepertinya jera."

"K–kau ... kau dengar apa yang dia bisikkan padaku?"

"Lebih dari dengar. Lagi pula, kita hanya berjarak satu langkah saja. Semua yang dia katakan, masuk ke telinga kananku."

"Bagaimana pun juga, aku berterima kasih. Kau sudah menolongku. Kau baik juga, ya."

"Cih, aku cuma tak mau disebut sebagai pria tidak tau terima kasih. Aku hanya ingin membalas budi."

"H–hah? Balas budi untuk apa?"

"Untuk semalam. Terima kasih atas tempat tidurnya."

Aku tidak salah dengar kan? Aku tidak salah lihat? Barusan! Barusan pria itu tersenyum padaku. Sebelum ia benar-benar pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan.

Parahnya, tangannya yang selalu enggan menyentuhku, tiba-tiba mendarat dipuncak kepalaku dan mengusapnya dengan lembut di sana.

Ada apa dengan Kim Taehyung?!

***

Tbc

Cameo hari ini...

Oh Sehun :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top