Bab 11
Bergantung pada sebuah rompi, tentu hal itu tidak cukup efektif menangkal air hujan yang dapat membasahi tubuh kami. Ya, semuanya sia-sia. Tetapi setidaknya, bajuku tidak separah milik Taehyung. Mungkin karena dia melimpahkan hampir keseluruhan rompinya untuk melindungi tubuhku. Rambutnya pun basah berantakan. Taehyung berjalan mendahuluiku, kami sudah tiba di lokasi syuting.
Jennie yang tadi katanya ke toilet, sudah kembali dengan membawakan handuk dan baju ganti. Oh, apa ini?
"Sutradara Ye, aku sudah mengambilkan baju ganti dari ruanganmu. Sebaiknya kau ganti kemejamu yang basah supaya tidak sakit. Aku akan membantu," ucapnya.
Membantu? Hei! Maksudnya dia curi-curi kesempatan mau melihat tubuh suamiku?
Ini tidak bisa dibiarkan. Namun, jika aku gegabah dan marah-marah tidak jelas, apalagi sampai memaksa ikut masuk ke ruang ganti menggantikan Jennie, identitasku sebagai istri Taehyung akan terbongkar. Hah, memang harusnya sejak awal posisiku lebih jelas di sini. Sial, hanya gara-gara harus menyembunyikan informasi, aku jadi lemah begini.
"Tidak perlu repot-repot. Kau pikir, aku punya tangan untuk apa? Aku juga tidak penyakitan. Aku bisa ganti baju sendiri."
Rasakan. Haha, akhirnya sifat dingin dan kasarnya itu bisa kubanggakan.
Aku menahan tawa sambil menatap air muka Jennie yang ditekuk. Ia pasti malu dan kecewa telah mendapat penolakan. Sekarang, aku harus apa di sini?
Aku memperhatikan sekeliling. Orang-orang tampak sibuk. Mengangkat dan memindahkan properti ini–itu, ada yang sibuk memberi arahan, ada yang sibuk memesan makan siang untuk para kru, dan mataku pun berfokus pada satu sudut ruangan. Kak Jisoo pasti ada di sana dan sedang didandani oleh make up artist.
Aku pun telah memantapkan langkahku. Di depan sana ada dua pintu. Satu, pintu menuju ruang ganti tempat Taehyung masuk tadi. Dua, pintu menuju ruang rias, di mana ada kakakku di sana. Aku berjalan sambil sesekali melerai rambutku yang basah. Membiarkan titik-titik air merambat jatuh. Rupanya, aku cukup basah juga. Pantas sedari tadi terasa dingin.
Aku baru membuka gagang pintu ke ruang rias, dan saat itu juga aku menyesalinya. Aku membelakangi pintu begitu tanpa sengaja kedua mataku yang terbuka menangkap sesosok tubuh tanpa pakaian tampak terkejut menyaksikan keberadaanku.
Ya ampun! Salah sasaran!
Aku menepuk jidatku dan buru-buru kabur seperti anak polos. Benar kan? Lagian itu bukan kesalahanku. Aku tidak tahu kalau pintu ini yang justru dimasuki Taehyung. Aku tadi asyik menertawakan Jennie.
"Mau ke mana? Enak saja langsung kabur begitu."
Ah, sial! Ketahuan.
Taehyung menarik pergelangan tanganku masuk ke dalam. Situasi yang remang-remang, hening tanpa kegaduhan dari luar sana. Aku bisa mendengar degup jantungku yang sangat kencang saking gugupnya. Apa aku bakal dibunuhnya di sini?
"Pakai ini."
Aku terhenyak ketika sehelai kain jatuh tepat di atas kepalaku. Ketika kuperiksa, ternyata sebuah baju. Aku mencari keberadaan Taehyung. Pria itu ternyata menyadari kalau pakaianku basah dan aku kedinginan, makanya memberiku baju ganti.
"Perhatian juga," gumamku. Aku tak sempat berterima kasih padanya karena tahu-tahu dia sudah meninggalkan ruangan.
"Sekarang, apa aku boleh berharap lebih untuk bisa mendapatkanmu?"
***
Siang yang mendung dengan sisa-sisa hujan tak cukup membuat suasana menjadi lebih buruk. Beberapa saat lalu, sebuah huru-hara terjadi di lokasi syuting kakakku. Taehyung yang mood-nya tampak baik, mendadak marah-marah tidak karuan. Semua orang ia jadikan sasaran.
Karena sudah tidak kondusif, syuting pun diberhentikan. Ditunda sampai masalah yang Taehyung hadapi mereda. Aku tidak tahu pasti, namun, dari apa yang kudengar dan kulihat di sebuah artikel berita, drama yang sedang Taehyung garap ini dinilai menjiplak drama lain yang tengah tayang di televisi.
Tentu saja dia marah. Sampai detik ini, tidak ada satu pun pekerjaannya yang terkena skandal. Entah apa yang terjadi dengan dunia entertainment kali ini. Taehyung merasa sama sekali tidak memplagiasi. Naskah dramanya pun telah melalui persetujuannya, telah diperiksa dengan baik tanpa kesalahan sedikit pun. Tapi bagaimana bisa dijiplak oleh televisi lain?
Bagaimana naskah dramanya bisa bocor? Taehyung yakin, ada penghianat di antara para kru-nya.
Sekarang pria itu tampak frustrasi. Ia mendapat telepon sana-sini. Raut wajahnya resah. Baru kali ini aku menyaksikan Taehyung yang kehilangan percaya diri. Rasanya itu tidak cocok sama sekali.
"Sohyun, sepertinya suamimu akan sangat sibuk ke depannya."
Suara Kak Jisoo berhasil memecah isi pikiranku yang ikut bergejolak. Sudah saatnya pulang, tapi aku tidak mungkin meninggalkan Taehyung yang seperti itu sendirian. Bukannya sekarang ia butuh teman?
"Kak Jisoo pulang duluan saja. Aku akan pulang bersama Taehyung nanti."
"Kau serius? Tapi kelihatannya akan sangat berbahaya kalau kau mendekatinya dalam keadaan begitu. Aku khawatir padamu."
"Tenang saja, Kak. Pulanglah. Aku bisa menanganinya sendiri."
Menyerah dengan kekeras–kepalaanku, Kak Jisoo pun pulang bersama manajernya. Kini tersisa aku dan Taehyung, serta beberapa kru inti lainnya. Setelah menutup telepon terakhirnya, Taehyung duduk di kursi sutradaranya sambil memegangi kepalanya yang pusing. Aku pun mulai mendekat.
"Kau ... baik-baik saja?"
Sejujurnya aku cukup takut. Melihat bagaimana sikap dinginnya selama ini, pasti akan jauh lebih menyeramkan saat dia sedang marah.
Dan benar saja, pertanyaanku tidak digubris. Taehyung masih menundukkan kepalanya sampai-sampai aku tak bisa melihat seperti apa ekspresinya sekarang.
Tanganku terulur hendak menyentuh pundaknya. Aneh. Aku tidak pernah mengenal pria ini sebelumnya, tapi kenapa aku sangat peduli padanya? Aku malah membenci sifatnya, aku bisa saja meninggalkannya sendirian dan mengabaikan masalahnya. Tapi aku tidak bisa.
Apa ini karena perasaan Sohyun yang sebenarnya? Aku sebagai Yooseul—yang mengisi cangkang Sohyun—hanya bisa bergerak sesuai kemauan wanita itu. Ada apa denganku? Aku ingin sekali menenangkannya. Membuatnya melupakan hari ini dan ingin menciptakan senyum di wajahnya.
"Jangan khawatir, semua pasti ada jalan keluarnya."
Saat itu juga Taehyung mendongakkan kepalanya. Kedua matanya menatapku tajam seakan penuh kebencian.
"Apa katamu? Semua akan ada jalan keluarnya? Kau tidak tahu sesulit apa aku membangun karierku! Kau bisa bicara semudah itu, dan di sini ... posisiku yang sudah aku bangun dengan susah payah berada di ujung tanduk."
Aku terbungkam oleh kata-katanya. Ya, dia marah. Melimpahkan seluruh emosinya padaku.
"Pergilah! Melihat wajahmu justru membuatku semakin muak."
Jleb. Kata-katanya menghunus tepat di jantungku. Rasanya sakit sekali. Apa salahku? Aku berniat menghiburnya sedikit, tapi ini yang aku dapatkan. Kecewa dengan responnya, aku pun angkat kaki dari tempat itu. Masa bodoh lah dengan nasib kariernya. Aku tidak peduli lagi. Mengkhawatirkan seseorang yang justru tidak menghargai perasaan orang lain. Sebenarnya, apa sih yang aku harapkan dari pria itu?
***
Sejak berita plagiasi itu tersebar luas di masyarakat, penayangan drama kakakku dihentikan untuk sementara. Taehyung semakin sibuk, bahkan ia tidak pulang ke apartemen sama sekali. Kak Jisoo yang ikut menjadi korban, di instagramnya ia mendapat banyak komentar kebencian. Ya, sebagai artis pendatang baru, banyak yang mengucapkan kata kasihan padanya. Di pikiran orang-orang, Kak Jisoo akan semakin melambungkan namanya setelah bergabung dengan proyek drama garapan Taehyung. Namun, tidak tahunya malah seperti ini.
Isu bahwa ide cerita dan alur dari drama "Positively Yours" ini meniru drama lain yang sedang tayang, kini semakin kuat. Sejak sutradara "One More Time" memberikan klarifikasi, ia berhasil menyetir opini publik untuk berada di pihaknya. Taehyung pun semakin terpojokkan. Padahal, kalau diperhatikan, sudah jelas drama Taehyung tayang lebih dulu. Proses pengerjaan skripnya pun telah selesai dua minggu sebelum proses syuting berlangsung. Pasti ada yang membocorkan ide Taehyung ke orang lain. Orang itu jelas-jelas mau menarget kesuksesan Taehyung sebagai sutradara muda dan jenius. Ingin menjatuhkannya sampai tak tersisa.
Berita-berita mulai bermunculan. Baik dari koran sampai ke televisi. Wajah Taehyung pun tak luput menjadi incaran media massa. Kekacauan ini berlangsung kurang lebih hampir satu minggu. Hingga suatu hari, Taehyung pulang ke apartemen. Kantung matanya menghitam, dan bersamaan dengan itu, muncul pemberitaan bahwa rumor plagiasi itu palsu. Seseorang sengaja melukai nama baik Taehyung dan Taehyung pun "berpura-pura" memaafkan di depan kamera. Sebenarnya, ia sudah tahu siapa pelakunya dan ingin menyelesaikan masalah ini tanpa campur tangan media.
"Kau pulang?" sambutku setengah hati saat pria itu berjalan tanpa nyawa memasuki kamarnya.
Aku diabaikan lagi.
Taehyung mengurung diri di kamarnya seharian ini. Mungkin ia sedang tidur kali, soalnya tak terdengar suara apa-apa dari dalam sana. Padahal aku sudah mengetuk pintunya berkali-kali untuk membawakannya makanan.
Aku baru akan meninggalkan kamarnya hingga kemudian harus terhenti dan terpaksa menguping pembicaraan dari dalam sana.
"Apa? Masih belum menemukan?"
"Aku tidak mau tahu, pokoknya besok kau harus mendapatkan asisten pengganti itu. Penyelesaian drama kita sudah sangat jauh dari target. Jika kita tidak segera melanjutkannya, productiom house tidak akan mau lagi membiayai kita. Selesaikan secepatnya! Atau kau kupecat sekalian."
Suara telepon pun berhenti. Ruangan kembali sunyi.
Kim Taehyung membutuhkan asisten baru? Ada apa dengan Jennie?
"Ada apa kau di sini?"
"Ha–"
Saking kagetnya, aku hampir terjengkang ke belakang. Taehyung mendadak muncul dari balik pintu, apa dia tahu kalau aku sempat menguping pembicaraanya? Aduh. Bisa-bisa dia marah lagi.
"Ini makananku?"
"I–iya, aku mengetuk pintu kamarmu dari tadi, tapi kau tidak kunjung keluar."
"Ah, terima kasih. Kau boleh pergi."
Begitu saja? Tunggu. Hei, setidaknya persilakan aku masuk dong.
"Tunggu," cegahku.
"Apa lagi?"
"Maaf, aku tidak sengaja mendengar obrolanmu di telepon. Kudengar, kau membutuhkan asisten baru?"
"Iya, itu benar."
Eh, dia menjawabku dengan mudah?
"Aku punya seseorang untuk aku rekomendasikan."
"Kau?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya. "Siapa?" tanyanya lagi.
"Orang itu adalah ... aku."
Ya! Ini kesempatan. Sebelum waktuku habis, aku harus segera mendapatkan hatinya. Tidak masalah dengan cara apapun, tapi ... menjadi asistennya tidak buruk juga. Aku jadi punya pekerjaan dan tak harus mondar-mandir ke sana-ke mari seperti pengangguran. Aku yakin, aku bisa menjadi asistennya di lokasi syuting. Terlebih, aku sempat masuk kuliah di jurusan per-film-an dulu—meskipun terpaksa mengambil cuti dan tiba-tiba mati. Aku bisa menerapkan ilmuku dengan baik di sana.
"Tidak. Tidak kuterima."
"A–apa?"
Aku ditolak?
***
Tbc
Taehyung be like, "Apa liat-liat!"
😌😌
Dahlah, jadi cowok galak amat :v
Aku up lagi ya. Emang lagi masa ujian, tapi kalo fokus sama satu cerita dulu sih nggak masalah. Jadi selama dua minggu ke depan, "X-Persona" yang bakalan update.
Tunggu next-nya❤️💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top