When Time Said No
Pict : Fia Alexander
------------------------------------------------------
"Lumayan juga, Grun."pujiku memandang belati yang dibuat Grun. Aku pun segera memasukkannya ke arsenal¹-ku , sebuah kristal merah yang tertanam di telapak tanganku. Belati itu pecah menjadi partikel-partikel kecil lalu masuk ke dalam kristal itu.
Arsenal : tempat penyimpanan senjata
"Tentu saja, Yami. Aku ini penempa terhebat di seluruh dunia!"balasnya penuh kebanggaan. Ini nih, yang aku tak suka darinya.
Buk!
Sepotong besi menghantam kepala Grun. Tenang saja, kepala Grun punya ketahanan yang kuat kok.
Brukk!!
Mungkin, hehehe... Grun pun jatuh tersungkur.
"Ah~ maaf ya, kak Yami~ Ayah memang selalu begitu, terlalu ber-fantasi~"ucap seorang gadis berjaket kulit tiba-tiba. Ah, dia anak Grun. Fia Alexander, seorang pengembara, tipe archer. Tumben sekali dia pulang.
"Yo, Fia, lama tak berjumpa."ucapku, kalau boleh jujur. Dia itu dulu partner-ku sebelum akhirnya aku bergabung dengan Black Hope. Dia pemanah terbaik yang pernah kukenal. Akurasinya sangat luar biasa, di luar akal sehat manusia zaman ini.
"Kau sama sekali tak berubah ya, kak Yami~"balasnya."yang berubah hanya style pakaianmu, biasanya kau suka pakai jubah."
Aku tersenyum. Tebakan yang salah. Kutunjuk jubahku yang kuletakkan di atas meja kerja Grun.
"Aku tak pernah berubah, Fia."ucapku membetulkan.
"Betul tuh!"
Eh? Grun masih sadar? Pertahanan kepala botakmu kuat juga ya, pak.
"Beginikah caramu menyambut ayahmu, Fia?"keluh Grun. Aku tahu apa yang ada di otaknya. Tidak jauh dari membayangkan Fia manja padanya. Aku pun diam-diam menghilang dengan jubahku. Pergi keluar.
Ah, sepertinya ada yang kelupaan. Sudahlah...
***
Aku, Riza. Seorang Guardian Atlas. Kini aku berada di distrik 7 karena suatu alasan. Ah, kurasa aku menemukan kenalanku disini.
"Wooy!!"sapaku. "Masing inget aku ga?"
Orang itu memandang aneh diriku. Oh ayolah, apa aku salah?
"Maaf, siapa ya?—ah, kau si ceroboh dari atlas ya? Yang pernah jadi anggota timku sementara itu kan?"tebaknya.
"Betul sekali, kawan~~ Kau sedang apa disini?"tanyaku
Orang itu menghela nafas. Dia memandangku dengan malas. Ah, sori, aku baru ingat kalau dia ga suka orang lain kepo dengan urusan pribadinya.
"Hanya mengambil pesanan senjata."jawabnya.
Eh?! Dijawab?! Kukira akan diacuhkan!
"Riza-kun~!"panggil seorang gadis tiba-tiba. Gadis itu berambut pirang panjang digerai. Dua pasang senjata api model XC-122 Venomia diletakkan di pinggangnya.
"Oh, Reika? Sedang apa kau disini?"tanyaku
"Aku sedang berjalan-jalan~~ sedang cuti~"balas gadis itu, Reika Adelia.
"Hei, mau kemana?"
"Aku? Aku hendak pergi, selesaikan urusan kalian."
Reika tersentak menyadari keberadaannya. Ia langsung memegang tangan orang itu.
"Kau..... Kurosaki? Akayami Kurosaki kan?!"
Orang itu mendesah kesal. Yeah, namanya memang Yami, tapi memangnya ada yang salah dengannya ya? Aneh...
Sebelum sempat aku menanyakan. Yami tiba-tiba mengeluarkan kedua pistolnya. Mereka akan bertarung?
Badumm!!!
Suara hentakan kudengar dari belakang. Mataku melebar.
Infection.....
Bagaimana bisa?! Tidak, kumohon, jangan lagi!
***
Aku Jiji
Aku tak bisa ikut Yami karena pekerjaanku belum selesai. Huh... Setidaknya diberi libur..... Sudahlah...
[Alert! Alert! Alert!]
Fokusku berpindah ke layar pemberitahuan. Layar itu menunjukkan sebuah lokasi, distrik 7. Ada titik merah disana, monster. Di sekitarnya ada satu titik hitam dan dua titik biru langit. Kuyakin titik hitam itu Yami dan dua titik itu adalah Guardian Atlas.
Eh?
Titik kuning! Ada titik kuning! Sacred G Agent! Tidak salah lagi!
"Tidak mungkin!"ucap Akbar entah kenapa. Matanya begitu ketakutan. "M-Monster itu......! Infection tahap sempurna!"
Aku—tak hanya aku, semua orang terlonjak kaget. Panik. Buru-buru melaporkannya ke pusat pertahanan.
'Yami....? Jangan meremehkannya! Dia itu kuat, informan Black Hope! Jangan pernah meremehkannya... Atau.... Kau akan mati.'
Suara itu. Suara itu membuatku bergidik ngeri, itu suara sang dewi pengantar pesan dan pelangi. Iris.
Seseorang menepuk bahuku. Akbar. Dia masih saja tersenyum saat panik? Dia terlalu hebat. Sama juga dengan Yami. Sedangkan aku.... Sedangkan aku.... Aku hanya seorang informan. Tak lebih tak kurang. Seharusnya mereka meninggalkanku dan memilih bergabung dengan pusat.
Ya, mereka sempat diundang untuk masuk pertahanan pusat. Namun dengan tegas, mereka menolaknya. Karena apa? Aku tak tahu...
Aria-chan..... Kuharap kau ada disini. Kakak bodohmu itu sangat merindukanmu. Begitu juga diriku. Kau pasti terkejut jika melihat Black Hope berubah total. Berubah menjadi seperti harapanmu.
"Wah~ inikah Black Hope? Keren!"
Eh? Suara itu? Tak mungkin kan!
Suara itu berasal dari seorang gadis berambut hitam digerai, ia memakai jas putih panjang dengan kristal hijau oval di kedua ujung lengannya dan rok. Aria. Kurasa, tapi tak mungkin kan. Dia sudah pergi!
Ah, disampingnya ada seorang lelaki berambut pirang spikey, berpakaian jubah putih dengan armor ringan plasma merah di dada dan kakinya. Dipinggang lelaki itu tergantung sebilah katana. Exordium Biological Katana? Keren!
"Ah, anda informan Jiji kan?"tanya lelaki itu padaku.
"A-Ah, ya.. Itu aku. Maaf, kami sedang sibuk karena—
"Infection tahap sempurna. Ya kan?"tebak gadis mirip Aria itu. Ya ampun! Gaya bicaranya, rambutnya, dan sifatnya sama!
Aku mengangguk. Gadis itu tersenyum.
"Ah, maaf... Aku belum memperkenalkan diri, namaku Ryuuzaki Yamada dan anak cerewet yang satu ini—
"Hei! Ryuu, geez.... Ah, namaku Aria.... Aria Kurosaki. Salam kenal, Jiji-san"potong gadis itu.
Jantungku nyaris melompat! Apa dia bilang?! Aria Kurosaki?!
'Yami' calling....
[Terima]
[Tolak]
Yami? Pas sekali! Tanpa menunggu apapun, aku pun menekan tombol 'terima'. Wajah Yami muncul di layar. Layar itu bisa dilihat Ryuuzaki dan Aria.
"Yami! Kau... Kau... Oke, kau selamat. Ada apa?"
Yami bingung. Sedikit darah mengalir dari pelipisnya. Mata kirinya.... Mata itu?!
"Bisa kirimkan bala bantuan?! Cepat! Ga pake lama!"
Layat pun mati, koneksi terputus. Aku ingat, Infection tahap 5 ke atas punya kemampuan penghancur frekuensi.
Panik, aku pun segera meminta Akbar untuk memberikan bantuan. Ryuu dan Aria terlihat kaget. Aria lebih kaget dari siapapun. Seolah-olah ada 2 hal yang membuatnya kaget. Tentunya, aku tak tahu itu.
"Jika kalian juga ingin membantunya, cepatlah!"ucapku tiba-tiba. Kata-kata itu terlontar dari mulutku begitu saja.
Mereka berdua langsung menangguk dan pergi ke ruang parkir kendaraan. Aku hanya memberikan akses untuk mereka.
Kuharap semuanya akan baik-baik saja.
***
Aku Riza.
Kulempar sebuah dadu perak tepat ke atasku. Dadu itu seketika pecah. Membentuk sebuah koper perak. Tanpa menunggu, aku langsung melompat mengambil koper itu.
"Silver Wolf Weapon Set? Sejak kapan kau punya itu, Riza?"tanya Yami heran. Seharusnya aku yang heran, mana senjata barunya? Bukankah dia baru saja mengambil pesanan senjatanya?
"Yah.. Ini pemberian seseorang. Sekitar 2 bulan yang lalu,"jawabku
Kusadari infection itu selesai beregenerasi. Puh, ini menyebalkan. Alpha, ya... Infection alpha.
Mau bagaimana lagi, kami bertiga harus menunggu bantuan datang. Oke..... X gen-ku siap!
Aura hitam mengelilingi tubuhku, iris mataku berubah menjadi merah. Punggungku menumbuhkan sayap iblis indah(?)
"Hei, Riz. X-gen mu itu....."
---Note---
Selesai~ ah... Lelahnya...
//plakk
Ah, iya... Iya... Thanks untuk
Nakajima_Ksrg
AhmadRizani
Karena sudah ikut dalam cerita. Eh, ilustrasi kalian mana?
Byee~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top