Grinding
"Baiklah, kalian semua. Mungkin aku bukan Party Leader kalian, tapi kita semua tahu kalau sebaiknya kita menaikkan level bersama." Tidak ada satupun manusia yang menolak proposal itu. Memang benar Ringo, Shiori, Hayabusa, dan Killa mendapatkan misi yang luar biasa menyebalkan. Berlevel 100 adalah sebuah keharusan sebelum mereka fokus untuk menjalankan misi yang diberikan. Bayle sendiri di The Yellow Sect tidak mendapat misi seberat itu, tapi masih cukup berat bagi pemain berlevel rendah. Noctis sendiri masih bingung ingin masuk Sect mana, tapi dia tidak akan menolak menaikkan level bersama.
"Aku setuju. Dan juga, aku mau menghajar monyet-monyet brengsek itu. Sudah waktunya aku membalas perbuatan mereka." Shiori menekukkan seluruh jari tangannya dengan senyuman meremehkan. Killa mengangguk tersenyum, meraih sebuah anak panah dari tempat bambu yang menggantung di punggungnya. Ia menggenggam anak panah itu dengan kuat.
"Aku sendiri penasaran dengan kekuatan kalian. Apalagi setelah ninja ini bercerita kalau si Ringo ini ahli strategi kalian," ucap Killa menatap pria yang memberi saran tadi. Hayabusa tersenyum penuh keyakinan sembari memainkan salah satu pisaunya.
"Yah, kau tidak akan kecewa. Dia itu pemain professional zaman Dragun Online. Strateginya cukup on-point ketika melawan monster yang juga ada di game lama itu." Penjelasan sang Rogue disambut tatapan masam si Acolyte baru. Dia hanya membalas dengan tawa kecil lalu mengalihkan pandangannya kearah Tank mereka.
"Awalnya aku ngambil Warrior karena menganggap Warrior itu petarung jarak dekat. Eh, malah wajib Tank. Tapi, karena kalian yang kulindungi aku tidak punya masalah sedikitpun. Lagian Ringo punya Heal, kok." Noctis tersenyum lebar di akhir kalimatnya itu. Bayle menyambut seluruh masukan anggotanya dengan sebuah tepukan tangan yang menyatukan fokus mereka kepadanya.
"Fix. Mari kita [Grinding] sampai level kita cukup tinggi untuk bertualang." Sang Wanderer menyimpulkan dengan tegas. Semua pihak yang mendengar pria itu mengangguk pada saat yang bersamaan. Orang yang merupakan 'otak' dari grup itu tersenyum semangat.
'Langkah pertamaku menuju White Dictator kembali, dimulai dari sekarang!'
...
Grinding. Dalam istilah gaming, maksudnya adalah menaikkan level secara terus menerus dalam kurun waktu yang ditentukan pemain itu sendiri. Biasanya, hal ini dilakukan pada satu tempat yang dikenal memiliki [Spawn Rate] atau tingkat kemunculan monster tinggi.
ZetaVirus Corp dengan senang hati menampar wajah pemain RPG veteran yang memegang teguh prinsip ini.
"Siapa disini yang lupa kalau kita harus menunggu monster-monster itu berkembang biak untuk membunuh mereka dalam jumlah banyak?" Killa sebagai pemain dengan level tertinggi bertanya kepada Party-nya. Kelima pemain lain menjawab "Aku" dan sinonimnya secara bersamaan. Ringo menghela nafasnya dengan berat.
"Baiklah. Aku tahu kalau ZetaVirus mengklaim kalau mereka membuat dunia lain. Tapi, bukankah ini berlebihan? Maksudku, kita memang membunuh hampir seratus Wolf, tapi jika kita harus menunggu mereka berkembang lagi, kapan level kita naik?"
"Aku jadi mengerti mengapa cukup sedikit orang yang menaikkan level mereka di Riviera Plains ini." Ucapan Bayle membuat sang Acolyte memperhatikan sekitarnya. Dia bisa melihat satu-dua orang sedang melawan Wolf yang sengaja mereka sisakan karena orang-orang itu yang pertama menghadapinya, tapi hanya itu saja. Bukan hanya dirinya yang pasrah, Noctis juga menghela nafasnya.
"Aku jadi heran bagaimana RainHeart mencapai level 150 dalam waktu tiga bulan," tukas Warrior itu. Memang benar apa katanya. ZetaVirus tidak membuat sistem yang melarang pemainnya bermain berlebihan, tapi setidaknya mereka memberikan notifikasi khusus dan bahkan membuat semacam SMS khusus apabila ada orang lain yang mencoba membangunkan pemain mereka. Apa RainHeart memang tidak punya kehidupan di dunia nyata atau bagaimana?
"Kita jadi melenceng. Ringo hanya naik dua level, sementara aku dan Killa masih belum naik satu level pun. Kurasa kita memang harus menghajar monyet-monyet sialan itu," saran Shiori. Setelah sedikit perbincangan antara Ringo yang tidak setuju dengan anggota lainnya, akhirnya mereka semua sepakat untuk menaikkan level mereka ke Riviera Forest. Sang Acolyte harus menahan kekecewaannya karena perolehan suara lima banding satu.
Ketika mereka sudah melihat pepohonan hutan itu, seluruh anggota Party itu sadar mengapa anggota pertama The Black Sect itu menolak dengan keras.
"Ringo, bisa jelaskan padaku kenapa monyet-monyet itu menatapmu dengan mata merah darah?" Tanya Hayabusa polos. Tidak, lebih tepatnya sejujur mungkin. Benar saja, monyet-monyet itu langsung memperhatikannya ketika batang hidungnya kelihatan bagi mereka. Jumlah mereka yang hampir seratus membuat Acolyte itu sadar kalau ia ditatap seperti karnivora merah tersesat yang dikepung sepuluh Banteng Matador veteran. Tentu saja dia juga tahu alasannya.
"Semua, SEMUA hewan primata di Dragun Online adalah pendendam. Aku tidak tahu hewan apa yang mendasari orang-orang gila itu memprogram mahkluk ciptaan mereka seperti ini. Tapi, inilah hasilnya. Jika aku sudah ada didalam jarak loncatan mereka, aku akan dikejar batalion monyet." Penjelasan Ringo membuat Bayle menampar jidatnya keras. Ia pun menatap ahli strategi mereka dengan pandangan kecewa. Jujur, sang Acolyte tidak terbiasa dengan tatapan itu karena dia lebih sering dipuji secara langsung.
"Kau bisa mengatakannya kepada kami tadi. Kita pasti sudah--"
"Aku sengaja. Aku membutuhkan dendam mereka." Pernyataan pria itu membuat anggota Party lainnya terkejut bukan main. Dia adalah seorang Support berlevel 5 yang hebat dalam menyusun strategi. Tapi, jika dia memang berani mengambil resiko seperti ini, bukankah itu berarti kalau pria ini sudah tahu hampir segalanya?
"Ah, aku baru sadar. Apa alasan mereka dendam kepadamu, Ringo?" Tanya Killa. Memang, wanita itu tidak ikut dalam misi penyelamatan Shiori, sehingga dia tidak tahu apa-apa. Ringo kemudian menciptakan sebuah Healing Orb dari telapak tangannya.
"Sebut saja kita beruntung karena jika kita naik level maka HP dan SP kita akan kembali penuh. Kembali ke laptop, aku menciptakan Healing Orb dalam jumlah yang cukup banyak kemarin untuk menarik perhatian mereka dari zirah Shiori. Karena Healing Orb ini kebetulan memiliki warna seperti pisang transparan, aku yakin kalau monyet-monyet itu ingin memakannya. Kalian pasti tahu bagaimana hasilnya kalau ada hewan kelaparan malah diprovokasi." Kebanyakan dari mereka mengangguk ngeri. Mereka semua sudah sering menonton siaran-siaran petualangan ke alam liar, dan yang paling beringas di situasi seperti itu adalah mahkluk yang kelaparan. Predator ataupun bukan, mereka akan menjadi semakin lemas atau liar ketika lapar.
Primata di game ini ada pada spektrum kedua.
"Baiklah, aku mengerti. Apa rencanamu?"
...
"Woi, kalian semua, mahkluk tolol. Dendam, ya? Kejar aku, pemalas." Ringo menaikkan jari telunjuknya dan membuat gestur menantang. Mata monyet-monyet pembawa palu di sana semua menjadi bersinar dan mereka pun berteriak sekencang mungkin hingga daun-daun pepohonan di sekitar mereka rontok. Seluruh monyet yang ada di sana meloncat dan langsung mengejar sang Acolyte yang lari seperti kerasukan Valak.
Pria itu berlari tunggang langgang kesana kemari dan monyet-monyet itu mengejarnya tanpa henti. Beberapa kali Acolyte itu tertangkap salah satu monyet pengejarnya tapi dia langsung loncat berputar ala balerina yang membuat primata itu pusing. Tinggal dihantam palu kebesarannya dan genggaman mamalia itu langsung terlepas. Hal itu sudah terjadi berulang kali dalam waktu yang cukup lama.
Tapi, Ringo sebenarnya tidak berlari secara asal-asalan. Ketika dia mendengar suara telepati di telinganya, ia sudah tahu kalau rencananya berhasil.
Sang Acolyte berbelok tajam yang membuat mahkluk-mahkluk pengejarnya bertabrakan secara besar-besaran. Yang tidak terkena tragedi itu kembali mengejar si pencipta bola pisang dengan mata haus darah dan mulut yang berliur hebat. Sepertinya mereka menyadari kalau manusia korban mereka sudah lelah.
Memang ia lelah, tapi itu juga bagian dari rencana.
Di arah pelarian barunya, ada lima orang yang berdiri di belakang sebuah lingkaran besar yang terbuat dari daun.
"TANGKAP AKU!!!" Teriak Ringo menggelegar. Setelah berteriak, ia pun menghempaskan tubuhnya ke udara dengan sebuah tunjangan kuat. Tapi, disinilah masalahnya. Tubuhnya sendiri sudah tidak kuat untuk berlari, apalagi melompati lubang sebesar mobil. Untung saja, Killa bertindak cepat dengan menembakkan sebuah panah dengan tali.
"Aduh! Sakit, tahu!" Meski mulutnya mengatakan hal itu, dirinya sendirilah yang meminta hal tersebut dilakukan. Anggota Party-nya langsung menarikya bersamaan sebelum ia terjun bebas. Setelah ia berhasil dievakuasi, monyet-monyet yang mengejarnya sudah mulai melompati lubang itu.
Itu juga bagian dari rencana.
"HANTAM MEREKA!!!" Teriak Noctis sekencang mungkin. Dia mengganti kedua pedangnya dengan sebuah pedang besar biasa. Pedang itu ia ayunkan sekuat tenaganya ke bawah, menjatuhkan pengguna-pengguna palu itu memasuki tanah. Bukan hanya dirinya, seluruh Party itu bahkan Ringo berjuang untuk memasukkan semua monyet yang ada. Ada beberapa dari mereka yang sukses dan ada juga yang melempar palunya, tapi kasus pertama diselesaikan dengan eksekusi ditempat dan kedua dengan Heal Ringo.
Sementara itu monyet-monyet sial yang memasuki lubang itu merasakan tubuh mereka mengenai cairan yang cukup bau dan kental. Beberapa dari mereka mencoba memanjat, tapi cairan itu menggagalkan segala usaha yang mungkin dilakukan. Manusia yang berada di atas tanah tersenyum sadis kearah monyet-monyet itu.
"Kau tahu, aku tidak menyangka kalau Bensin ada di dunia ini. Tentu saja kami harus menghabiskan semua uang kami untuk membelinya. Tapi untuk mendapatkan level dengan mudah? Tidak apa-apa, dong." Penjelasan Ringo tentu saja tidak diacuhkan primata yang terjebak itu. Tapi, Party itu semakin tersenyum lebar ketika sang Acolyte tidak diacuhkan.
"Rencananya kami akan menggunakan kertas, tapi terserahlah. Kalian tetap saja akan mati. Killa, bakar mereka." Sang Ranger menarik anak panahnya lalu menggesekkannya di tanah, menciptakan percikan api yang membakar benda tajam itu.
"[Searing Arrow]." Wanita itu kemudian menembak salah satu monyet yang ada. Api dari panah itu dengan cepat menyebar ke seluruh hewan yang ada karena senjata palu kayu mereka dan juga bensin yang ada. Banyak sekali muncul notifikasi mendapatkan EXP bagi keenam Party itu, tapi mereka harus tahan mendengar teriakan kepedihan monyet-monyet itu.
[Anda telah membunuh monster yang anda lawan dengan kejam. Anda mendapatkan Title: Savage Hunter.]
[Savage Hunter
AGI +10
Fame -50
Hubungan dengan ras Animan -100]
...
"Aku baru dua hari bermain game ini. Tapi Title terus berdatangan kepadaku." Ringo menggaruk kepalanya kebingungan. Ketika ia bermain Dragun Online, ia masih ingat dengan baik kalau Title pertamanya adalah Selfless, didapatkan dengan cara menggunakan Sacrifice ke orang lain. Melihat SP menggunakan Sacrifice, tentu saja ia menggunakannya ketika berlevel tinggi.
Tapi ia sudah dapat Title karena dijadikan bola manusia di game ini.
"Sudahlah, Ringo. Setidaknya levelmu melesat tinggi, kan? Lagian Title baru ini tidak terlalu buruk juga." Noctis mencoba menghibur ahli strategi Party-nya, tapi pria itu hanya mendapat anggukan tanpa semangat sebagai jawaban. Si Warrior menghela nafasnya lalu menunjuk-nunjuk ke arah ujung kiri atas penglihatan Acolyte lawan bicaranya. Butuh beberapa detik bagi Ringo untuk mengerti maksud gestur aneh itu.
[Ringo Lv. 19 Acolyte]
[Bayle Lv. 22 Wanderer]
[Noctis Lv. 23 Warrior]
[Hayabusa Lv. 21 Rogue]
[Shiori Lv. 26 Revenger]
[Killa Lv. 24 Ranger]
"Memang level-ku naik selangit, tapi aku merasa kalau aku benar-benar menjadi kejam." Ringo menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal. Semakin dia memikirkan hal yang ia lakukan tadi ia semakin merasa bersalah. Di Dragun Online, tingkat 'kenyataan'-nya hanyalah sebatas 'membunuh monster untuk menaikkan level dengan tubuh sendiri'. Tapi, Acolyte itu merasakan hal yang sangat berbeda di dalam game ini. Dia tidak berpikir kalau dirinya itu membunuh sekumpulan monyet yang diprogram sedemikian rupa untuk menjadi senyata mungkin.
Dia berpikir kalau dirinya telah merenggut nyawa dari mahkluk yang memiliki kehidupan dan keluarga mereka sendiri secara besar-besaran dan tanpa ampun.
'Bukankah seharusnya manusia terbiasa dengan hal-hal seperti ini?' batinnya cemas.
"Dengar, Ringo. Bukan hanya kau yang merasa seperti itu. Tadi, ketika aku mendengar mereka berteriak-teriak seperti itu, aku merasa kalau aku benar-benar menjadi seorang pembunuh binatang tulen. Maksudku, yang tidak layak dibunuh ya, bukan yang kurang ajar kayak Wolf-Wolf itu," ujar Noctis dengan wajah yang sangat murung. Sebenarnya, ia mencoba untuk menaikkan semangat lawan bicaranya, tapi ketika Warrior itu menatap kedua telapak tangannya seperti seseorang yang pertama kali membunuh orang lain, dia menganggap dirinya sendiri merasa sangat hina.
Ringo yang melihat hal itu tentu saja terkejut. Dia ingat betul kalau Warrior itu seenak jidatnya menusuk Wolf sial yang jadi korbannya dengan kedua pedangnya dan membantingnya beberapa kali. Apa dirinya tidak merasakan kalau ia sudah membunuh serigala itu dengan kejam?
"Ya, kalau dipikir-pikir lagi mungkin kegiatan kita berempat ketika menaikkan level bersama pertama kali itu juga kurang beradab." Tidak perlu Noctis jelaskan pun mantan dosen di dunia nyata itu mengerti kegiatan apa yang dimaksud. Sang Acolyte hanya mengeluarkan tawa kosong.
"Haha... Serigala-serigala itu layaknya hewan biasa yang sering jadi korban perburuan di dunia kita. Tapi ketika aku membunuh monyet-monyet itu, bagaimana rasanya ya..."
"Seperti membunuh anak-anak tidak berdosa?" Yang memutuskan untuk menyela sang Acolyte dengan pertanyaan sekaligus pernyataan yang cukup mengerikan bukanlah Noctis, melainkan Hayabusa. Pria itu menggenggam sebuah gelas berisi air putih sembari duduk santai di samping Ringo. Mereka semua sebenarnya sedang rehat di depan tempat makan Shiori yang juga tempat pria pengangguran itu membeli nasi putih dengan ikan untuk anggota The Black Sect.
Tempat itu memilik ukuran yang cukup besar dan berdinding kayu. Tidak ada banyak hal yang dapat di jelaskan mengenai bagian luar tempat itu selain pintunya seperti pintu zaman koboi di film-film. Ada juga sebuah tulisan yang cukup stylish di atas toko itu, bertuliskan 'Trattoria Thanos'.
Bukan sebuah nama yang menggugah selera.
"Hayabusa, tidak seharusnya kau memotong percakapan orang seperti itu." Ringo menatapnya aneh dan Rogue itu hanya mengangkat kedua bahunya. Pengguna dua pisau itu menatap kearah kawannya yang telah ia kenal cukup lama dengan tajam. Noctis membalas tatapan itu.
"Dengarkan aku, sobat. Aku juga berpikir seperti itu. Bukan hanya kalian, tapi mungkin kita semua yang memainkan game ini untuk pertama kalinya. Mungkin kita bisa membunuh Wolf tanpa perasaan seperti itu karena serigala dikenal sebagai hewan yang cukup ganas di dunia nyata. Tapi monyet beda lagi ceritanya. Mereka hanya jahil di--"
"Intinya?" Noctis memotong Hayabusa. Suaranya terdengar sangat tidak antusias dan wajahnya kelihatan sangat lelah. Sekujur inci tubuhnya sudah merasa harus meninggalkan tempat ini, tapi ia tidak melakukannya demi Ringo yang sudah mendengar keluh kesahnya.
"Jangan samakan dunia ini dengan dunia nyata. Aku ingin Log out, jadi kurasa ini adalah selamat tinggal." Tubuh pria itu berubah menjadi kepingan cahaya ketika ia menekan sesuatu yang tak terlihat. Gelas yang ada di genggamannya terjatuh, menumpahkan seluruh isinya. Orang yang ditinggal menatap satu sama lain lalu mengangguk.
"Aku akan menunggu Shiori."
"Makasih, Noctis. Aku akan Log out juga. Selamat tinggal."
"Bye."
...
Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top