First Boss
"SONIA!!!" Ringo tak bisa percaya hal yang ia lihat. Di dekat pelabuhan danau yang ternyata bernama Lindbeck juga, Sonia mengapung dengan punggungnya menghadap keatas di permukaan. Tangan kanannya menggenggam sebuah tiang kayu yang menjadi penyangga sebuah jembatan sederhana yang didekatnya.
Ringo mengalihkan matanya kearah mahkluk yang bertanggungjawab. Sang Boss Monster, Lake Drake, menyadari tatapan sang Acolyte dan mengembalikannya dengan mata merahnya. Kedua mahkluk itu tahu hanya ada satu hal yang ada di dalam pikiran lawannya.
"Bayaran penghinaan ini adalah kematian."
"Ringo, kami sudah siap!" Sebuah kapal nelayan kecil sudah pada posisi untuk berlabuh. Killa dan satu orang lagi yang cukup mereka kenal sudah berada di sana, menyelamatkan tubuh Sonia yang berada dalam keadaan cukup mengenaskan. Ringo secepat yang ia bisa langsung naik ke kapal itu. Ruang yang ada cukup sempit, kedua dayung kayu yang ada dibawahnya hampir kebesaran.
"Baiklah. Killa, Shiori. Ayo kita bantai mahkluk itu. Nanti jelaskan kenapa kau bisa disini, Shiori. Setelah kita memanggang cacing besar Alaska itu."
"Tunggu, kita harus membawa gadis ini dulu ke darat." Ringo mengangguk, membiarkan Killa melakukan permintaannya. Sang Ranger mengaktifkan Bunny Legs, lalu dengan cepat bergerak menuju rumah terdekat. Butuh waktu agak lama baginya untuk kembali.
"Sangat susah meminta orang menjaga seorang Animan. Tapi masalah itu sudah selesai. Shiori hidupkan kapalnya!" perintah Killa.
"Sip!"
Shiori menghidupkan mesin kapal mereka. Meski mesin tersebut tidak membuat kapal mereka secepat kapal-kapal di dunia nyata, setidaknya mesin itu sudah cukup untuk membuat mereka sedikit lebih cepat daripada didayung bersamaan. Meski begitu mereka masih perlu dayung untuk mengubah arah. Sepertinya teknologi canggih seperti itu hanya ada di Kekaisaran Utara.
Seakan menerima tantangan para pemain, Lake Drake meraung. Langit yang tadinya hitam karena awan petir raksasa buatannya mulai memudar. Bukan dikarenakan awan tersebut menghilang secara natural, melainkan diserap ke dalam hidung pedang sang monster. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengayunkan listrik pada bagian wajahnya kearah kapal yang bergerak kearahnya.
"Kita ke kiri!" Ringo mengambil sebuah dayung lalu mengerahkan seluruh tenaganya ke dayung itu. Dengan sebuah hempasan ke air di kanan kapalnya, mereka berhasil menghindari petir ajaib Lake Drake. Tapi Ringo hanyalah seorang Acolyte berlevel rendah. Gelombang air yang tercipta dari petir itu membuat mereka sedikit menjauh dari target. Shiori pun mengambil dayung yang tersisa dan mulai beraksi untuk meningkatkan kecepatan kapal yang mereka naiki.
"Killa, apa jarak segini sanggup?!" Ringo bertanya dengan nada yang menunjukkan amarahnya secara terang-terangan. Sang Ranger menggelengkan kepalanya, tapi tetap membidik panahnya kearah sang Boss Monster. Mahkluk raksasa yang menjadi lawan mereka seolah terlihat terhibur karena para pemain berhasil menghindar. Senyuman sombong yang dikeluarkannya menjadi bukti nyata nan mengesalkan bagi Ringo.
"Brengsek." Ringo mengikuti Shiori dan juga mulai mendayung, meningkatkan kecepatan kapal itu meski tidak terlalu signifikan. Matanya masih tetap terjaga kepada sang monster yang sekali lagi mengumpulkan listrik pada hidungnya yang unik.
"Shiori, dorong kiri ketika aku beri tanda," perintah Ringo. Dia tidak mau memainkan peran pria sok pintar yang memberi perintah-perintah samar dan tidak jelas. Ada seorang mahkluk kurang ajar yang sudah mengganggu bawahannya, dan hanya ada satu hal yang bisa dikatakannya dalam hati.
"Akan kubuat kau menyesal dalam kuburanmu!"
"SEKARANG!" Ringo dan Shiori mendorong arah kiri mereka sekuat tenaga, tepat ketika Lake Drake mengayunkan kepalanya ke bawah. Kapal mereka terdorong sedikit jauh, cukup aman dari petir yang turun secara tiba-tiba tapi masih sedikit terguncang. Tanpa menghabiskan banyak waktu, kedua pemain kembali mendayung untuk memberikan pemain yang dari tadi terlihat sedang santai beraksi.
Ya, Killa 'terlihat' santai. Nyatanya, dari tadi ia memfokuskan pandangannya kearah Lake Drake dengan kedua tangannya menahan senjatanya yang siap ditembakkan. Sekarang dia hanya perlu jarak yang ideal, jarak untuk menembak dengan aman tanpa mendapat serangan jarak jauh balasan dari lawannya. Tapi dengan mahkluk sebesar itu... ia hanya bisa berharap kalau musuhnya tidak mengganti opsi bertarungnya menjadi jarak dekat.
Kembali Lake Drake mengumpulkan petir pada hidungnya. Shiori menyadari gerakan itu dan bertanya kepada Ringo,"Sekarang kearah mana? Kita tidak bisa seperti ini terus, kan?"
"Padahal baru dua kali kita melakukannya." Pandangan yang diberikan Shiori kepadanya cukup untuk menghilangkan perasaan Ringo yang ingin sedikit santai. Meskipun dirinya sudah sangat murka sampai-sampai ia ingin membakar segalanya.
"Lurus. Kita lurus." Sang Revenger memberinya pandangan penuh pertanyaan. Tapi Ringo hanya mengangguk, mempercepat dan memperkuat dayungannya. Shiori mengikuti Ringo tanpa butuh waktu lama. Dalam hati, Killa menghela nafasnya mendengar perkataan Ringo.
"Kapal ini lebih panjang dibanding lebar. Mendorongnya ke samping saja hanya membuat kami nyaris menghindar. Tch, pria bajingan." Killa menggerus anak panahnya pada gagang dayung yang digenggam Ringo. Tentu saja ia mendapatkan bacotan dari sang Acolyte, tapi telinganya sudah memblokir semua suara bising. Matanya kembali fokus, menatap Lake Drake yang sedang mengangkat kepalanya tinggi untuk menyerap listrik dari awan diatasnya lebih cepat, mengekspos bagian bawah kepalanya. Anak panahnya, yang kini sudah membara, kembali ia posisikan dalam sikap memanah terbaik yang bisa ia ciptakan.
"Sedikit lagi, kalian berdua," ucap Killa singkat. Kedua pemain dibelakangnya mengangguk dan mendayung secepat mungkin. Selagi kedua pihak mempersiapkan serangan mereka, keheningan yang mencekam menjadi atmosfer yang mengelilingi mereka dengan suara mesin dan dayungan menjadi sela-sela diantara kesunyian.
"Tunggu, bukankah seharusnya monster itu menyerang sekarang? Tanya Shiori.
"Tadi mungkin dia sedang pemanasan. Sekarang dia mengumpulkan seluruh awan petir itu." Ringo menunjuk kearah awan yang memutar mengelilingi hidung Lake Drake. Awan-awan itu semakin lama semakin tipis, digantikan percikan-percikan petir biru liar yang mau bagaimanapun kau melihatnya, terlihat seperti C*****i dalam bentuk pedang. Ringo mencoba memvisualisasikan apa saja yang mungkin dilakukan sang monster, dan tak ada satupun yang terkesan ramah.
"Jarak ini sudah cukup. Waktunya kita menyerang! Searing Arrow!" Killa menembakkan panah berapi miliknya yang melesat lurus kearah dagu Lake Drake seakan menghiraukan gravitasi. Tentu saja sang monster danau tidak menyadari adanya serangan kearahnya sampai proyektil berapi sang Ranger mengenai bagian bawah kepalanya. Panah Killa berhasil mengurangi HP dari si Boss Monster, tapi reaksi yang diberikannya sungguh minim seolah-olah seperti digigit semut.
"Shiori, kita akan mengelilingi mahkluk itu! Ke arah kiri!"
"Sip!" Ringo melanjutkan dayungannya, tetapi Shiori bergerak kearah mesin yang menggerakkan kapal mereka. Bentuknya yang masih berada di permukaan hanyalah sebuah tabung besi dengan semacam keran berpusat merah pada bagian atasnya. Sang Revenger memutar keran itu kekiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Lake Drake. Panah Killa masih tertancap pada dagunya dan tatapan tajam yang diberikan kepada mereka, terutama Killa, seakan mengatakan,"Tunggu balasanku."
"Shiori, ganti posisi. Kau mendayung, aku memutar mesinnya. STR-mu berapa?" Tanya Ringo. Tangannya dengan cepat membuka opsi Status. Shiori juga melakukan hal yang sama. Keduanya pun menatap satu sama lain lalu mengangguk, mencapai suatu kesepakatan dalam diam.
"32," kata Ringo.
"40." Shiori tersenyum sombong. Ringo mengangguk, lalu berganti posisi dengan sang Revenger. Killa serangan, Shiori penggerak, dan Ringo pengarah. Itulah formasi mereka di atas sebuah kapal kecil sederhana melawan Boss Monster kurang ajar.
"Grrr..." Kali ini, Lake Drake tidak mengeluarkan raungan yang amat keras, melainkan suara pelan nan simpel. Tapi karena betapa si simpelnya itulah Ringo mengerti apa yang terjadi. Panah api Killa memberikan gangguan yang luar biasa kepada konsentrasi sang Boss Monster. Dirinya yang sejak tadi mengumpulkan awan petir dalam semacam meditasi diganggu dengan bara api yang menggelitik kulitnya. Petir yang terkumpul pada hidungnya mungkin sudah berkurang.
Lake Drake menurunkan kepalanya, matanya yang tersisa menilik tajam kearah Ringo dan kawan-kawan. Ketiga pemain mengeluarkan napas lega ketika melihat petir yang terkumpul pada hidung pedang sang monster telah menghilang. Killa, tanpa basa-basi, menggesekkan tiga buah anak panahnya ke dayung yang sudah tak digunakan Ringo. Ketiga anak panah tersebut membara dan sang Ranger langsung menembakkan semuanya sekaligus kepada si monster danau.
Lake Drake tak tinggal diam. Kali ini tubuhnya yang panjang menggeliat hebat ketika melayang. Bukan tanpa sebab, ia berhasil menghindari ketiga anak panah Killa dengan mudah. Pertunjukan kelincahan itu tidak diterima para pemain dengan baik.
"Sepertinya serangan terang-terangan tidak akan mengenai mahkluk ini. Kita butuh rencana. Ringo?"
"Untuk saat ini aku ingin kau menembaknya terus. Mungkin aku bisa melihat celah." Killa mengangguk, mengambil posisi memanah sekali lagi. Dia bisa melihat sang Lake Drake mengumpulkan petir pada hidungnya. Entah darimana si monster danau mengumpulkan petir, tapi sekarang bukan saatnya peduli akan hal-hal seperti itu.
"Shiori, dorong ke kanan sekuat tenaga, SEKARANG!" Perintah Ringo dengan kasar. Shiori mengangguk lalu memasukkan seluruh tubuh dayung bersama dengan tangannya ke dalam air di kiri kapal. Dengan seluruh tenaganya Shiori menghempaskan tangannya. Bertepatan dengan hempasan Shiori, sang Lake Drake mengarahkan petir di hidungnya ke arah ketiga pemain. Kapal yang dinaiki Ringo dan kawan-kawan terdorong jauh, cukup jauh sehingga petir ajaib yang muncul dari langit tak sedikitpun mengguncang mereka.
"Gas!" Suara Ringo menarik perhatian Lake Drake. Namun tepat ketika pandangannya ia alihkan dari jatuhnya petir kearah para pemain, sebuah panah berapi menancap matanya. Meski tidak ada darah mengucur hebat seperti ketika Sonia menggunakan Sonic Dive ke matanya yang satu lagi, sang Boss Monster tetap berteriak kesakitan dengan suara luar biasa kuat.
"GRRRRRRRAAAAAAHHHHHHHHHH!!!" Ketiga pemain harus menutup telinga mereka mendengar teriakan itu. Sebuah notifikasi muncul dihadapan Ringo dan kawan-kawan seakan mengingatkan mereka kalau situasi berada di tangan mereka.
[BOSS: Lake Drake terkena Status: Blind]
"Shiori, kita mendekat!"
"Baik!" Shiori mulai mendayung secepat mungkin. Ringo juga mengambil dayung yang kini sudah diukir sedemikian rupa menjadi sangat aneh sehingga tak dapat dijelaskan. Setidaknya ia masih bisa menggunakannya untuk mendayung, dan hal itulah yang ia lakukan sekarang. Killa pada sisi lain mulai menghujani panah ke arah Boss Monster yang sedang dibutakan. Sesekali matanya melirik kearah bar HP musuhnya dan ia bisa menerka angka yang ditunjukkan.
[HP: 1732 / 3084]
Ringo dan yang lainnya sudah berada dibawah Lake Drake tanpa adanya gangguan yang berarti. Killa kembali menghujani sang Lake Drake yang meringis kesakitan dengan kombo Volley dan Searing Arrow. Sementara kedua pemain lain tak bisa melakukan apapun. Kapalnya mereka hentikan, tapi tetap saja hanya itu yang bisa mereka lakukan.
"Sial, aku tidak punya Skill loncat!" ratap Shiori. Ringo menyeringai, membuka Inventory miliknya dan melemparkan sesuatu kearah sang Revenger. Shiori menatap sang Acolyte heran, tapi setelah membaca deskripsi benda ditangannya bibirnya menyungging keatas dengan semangat.
"Makasih! Gunakan Skillbook Bunny Legs!" Meskipun sebenarnya ketika menggunakan sebuah Item tidak perlu teriakan seperti itu, Shiori tetap melakukannya. Mungkin situasi ini membuatnya menjadi lebih bersemangat, atau dia melakukannya untuk membuat dirinya lebih yakin. Yang manapun pilihannya, tingkahnya berhasil membuat Ringo juga ikut bersemangat.
"Bagus! Aku dapat Skill-nya! Bunny Legs!" Shiori meloncat tinggi, mencapai kepala sang Lake Drake. Ketika berada tepat dihadapannya, sang Revenger tak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat besarnya mahkluk itu dari dekat.
"Wah, tubuhku sebesar kepalanya. Tapi saat ini, kau hanya cacing buta!" Tubuhnya pun mulai ditarik gravitasi, tapi hal itulah yang ia butuhkan. Shiori merentangkan kedua tangannya lalu memosisikan tubuhnya dengan lihai sehingga tangannya sejajar dengan sebagian besar tubuh Lake Drake yang membatu dalam kesakitan. Sang Revenger mengepalkan kedua tangannya, keling miliknya bersinar dengan indah dibawah mentari. Ia pun meneriakkan nama Skill andalannya. "Jagdalles!"
Shiori memutar tubuhnya horisontal, menciptakan lingkaran merah darah yang menggerus badan sang Boss Monster seperti gergaji mesin. Meski singkat, Shiori bisa melihat angka-angka beterbangan di matanya. Ia melihat kearah Ringo yang berada dibawahnya, dan menurutnya jaraknya masih cukup jauh untuk satu Skill lagi.
"[Regengait]!" Shiori membuka sebuah portal merah darah sebesar baskom berjarak sekitar sepuluh meter dihadapannya. Jika dilihat dengan baik, portal itu seolah menembus tubuh Lake Drake karena beberapa bagiannya berada dalam tubuh mahkluk itu. Dari dalam portal, cairan-cairan berwarna merah darah mulai berjatuhan dan mengenai sang Boss Monster yang tak bergerak sama sekali. Cairan tersebut melelehkan kulit si monster danau setiap ia terkena hujan air darah itu.
Shiori berhasil mendarat menggunakan Ringo sebagai pijakan, dan sang Acolyte pun secara harfiah ditimpa seorang wanita. Tapi sekarang ia tak mempermasalahkannya. Yang ia permasalahkan adalah...
"Ini Lake Drake membatu kenapa?"
Pertanyaannya langsung dijawab ketika kulit-kulit Lake Drake mulai retak. Terdengar suara retakan hebat seolah kulitnya adalah sebuah cangkang kepiting. Retakannya menjalar dengan cukup cepat ke seluruh tubuhnya.
"Shiori! Menyingkir dan dayung sekuat tenagamu! Kita harus kabur!" Shiori langsung menurut lalu mengambil dayung miliknya. Ringo menghidupkan mesin kapal mereka dengan tombol ditengah keran aneh mesinnya. Dia pun membelokkan keran itu seekstrim mungkin untuk membelok. Killa masih tetap menghujani si Boss Monster dengan serangan-serangan panah.
Retakan pada kulit Lake Drake tiba-tiba lepas dari tubuhnya dan melesat dengan cepat ke segala arah. Shiori bersusah payah menghalau semua kulit-kulit yang terbang kearah mereka.
"Ih! Rasanya kayak meninju batu!"
Ringo biasanya akan menghela nafasnya mendengar Shiori sekali lagi komplain. Tapi kali ini nafasnya tercekat di tenggorokannya melihat mahkluk yang mereka lawan. Tubuhnya yang awalnya berwarna gelap mirip ular kini berubah menjadi emas. Kedua matanya yang terluka sudah sembuh dan berubah warna menjadi emas juga. Ekornya menjadi semakin mengembang dan berwarna-warni layaknya ekor merak. Dan hidungnya telah berubah menjadi pedang sungguhan dengan motif rumput laut. Jika saja Ringo tidak menjadi lawan sang Boss Monster, dirinya pasti akan menertawakan betapa ironinya motif itu.
Status sang penunggu danau dengan mudah meringkas situasi yang mereka hadapi saat ini.
[BOSS: Lake Drake lv. 24
HP: 1028 / 3084
Status: Enraged]
...
AN: Yep. Menulis adegan bertarung itu susah, apalagi kalo musuhnya sebesar Godzilla. Entahlah, rasanya kalo ini di-anime-kan scene-nya paling beberapa menit doang. Oh ya sudahlah, semoga pertarungan lawan Benzenea nanti memuaskan.
Masalah mengenai Shiori menggunakan Skillbook yang sama dengan Killa sebenarnya ingin kujelaskan juga pada bagian ini, tapi karena mereka lagi bertarung kurasa akan sedikit aneh menempelkan satu paragraf Worldbuilding. Kemungkinan besar di chapter selanjutnya akan dijelaskan, dan aku akan menunjukkan salah satu dari sekian banyak hal yang membuat dunia Wyburn Online ini rumit.
Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top