Dunia yang Sempit

Hal yang pertama kali dipikirkan Ringo soal Barong Garuda adalah Guild yang dibayar Elric Thohir agar menjadi 'wajah' Indonesia dalam Wyburn Online. Yang berarti dia pasti mengeluarkan banyak uang agar Guild dengan logo garuda berdada barong yang satu ini menjadi Guild adidaya Indonesia.

Jadi, melihat markas Guild tersebut tak semegah perkiraannya, ia hanya bisa kecewa.

Sebuah mansion berlantai tiga dengan desain merah-putih. Pada kedua sisi bangunan itu terdapat bangunan dengan bentuk seperti kastil dalam catur. Sebuah senter raksasa seperti yang ada dalam mercusuar berputar-putar tanpa mengeluarkan cahaya sedikitpun. Di atas bagian tengah bangunan itu, terdapat satu-satunya hal yang bisa dikatakan megah oleh Ringo: sebuah menara jam ala Big Ben. Lonceng yang segera berdentang ketika ia memijak bagian dalam bangunan Guild Barong Garuda membuatnya yakin kalau lonceng tadi ada agar membuat pihak tamu merasa tertekan.

Ringo bisa tertekan, tapi jam dengan lonceng malah membuatnya semakin bersemangat mempermalukan yang punya Guild.

Bagian dalamnya terlihat tidak jauh berbeda. Setiap dinding masih dipenuhi merah-putih. Bahkan lantainya dibuat dengan motif catur dengan warna merah-putih. Lobinya, disisi lain, terlihat cukup sederhana. Seperti lobi hotel bintang dua tapi dengan sebuah bendera merah-putih pada tiap sudutnya. Ringo menghela napasnya. Elric Thohir, atau siapapun itu yang mendesain ruangan ini, memiliki patriotisme yang pasti membuat Soekarno bangga.

"Selamat datang di Sarang Garuda. Ada yang bisa saya bantu?"

Owen menyiku tangan Ringo. Si Acolyte memandang ketua Guild-nya dengan tatapan kebingungan.

"Bro," katanya. Meskipun Owen tahu kalau dia adalah White Dictator, dia tidak bertingkah seperti fans fanatik seperti fans-fans... oke, terserah kalian ingin menganggap fans apa yang fanatik. Malah, Owen malah bersikap lebih bersahabat dengannya, meski si pengendali waktu sempat memanggilnya 'Mastah'.

Fitur Blacklist benar-benar sangat membantu.

"Ya?" balas Ringo santai.

"Mereka punya lobi, bro."

"Terus?"

"Kita gak punya."

"Bangunan aja gak punya."

"Kita miskin banget ya bro."

Disitulah Ringo sangat berkeinginan untuk menonjok sesuatu. Tapi disitu jugalah kesabarannya diuji. Sudah lama dia tidak bermain game, sudah lama juga dia tidak bertemu dengan orang berotak kurang ajar. Meski ini pertama kalinya ia mau jadi bawahan pemain seperti itu.

Resepsionis Barong Garuda, NPC tentu saja (emang ada orang main game untuk magang perhotelan?), hanya bisa menatap sepasang pria yang berbeda bagai siang dan malam itu dengan senyum terpaksa. Untung saja pria yang waras, Ringo tentu saja, langsung mengutarakan keinginan mereka.

"Kami dari Guild Forgotten ada pertemuan dengan pemimpin Barong Garuda." Selayaknya diberi pencerahan oleh Tuhan, wajah si resepsionis langsung tersenyum senang sembari... mengetik sesuatu. Dengan keyboard sihir yang muncul menggunakan suatu alat khusus. Wajah Ringo langsung masam tingkat dewa.

"Owen?"

"Hmm?"

"Setuju, bro. Kita miskin banget."

...

Sonia Ululia adalah budak dari sang Acolyte Ringo.

Sonia Ululia adalah seorang Rogue yang dengan senang hati akan melaksanakan segala misi yang cocok dengan Job-nya.

Sonia Ululia, seorang AniOwl yang masih penuh dengan jiwa masa muda, benar-benar ingin berpetualang dan memburu monster.

Sonia Ululia... membenci tugasnya saat ini.

"Nak? Begini ya, aku tahu tuanmu menyuruhmu untuk menjadi..." Sonia bisa mendengar pria yang mengajaknya bicara terkekeh. "...satpam. Tapi, bukankah gadis sepertimu sebaiknya bermain? Atau mungkin menjalankan misi?"

Jika saja pria ini bukanlah satpam sesungguhnya dari Sarang Garuda, Sonia pasti sudah menyerangnya. Untuk sekarang, ia hanya bisa mengutuk tuannya yang lebih sering menyebalkan. "Aku, pak, sedang menjalankan misi dari tuanku. Apakah anda ingin membuatku lalai dalam tugasku?"

Pria itu tidak menjawab dan hanya pergi, menghisap cerutu yang sedari tadi ada di mulutnya agar dia tidak tertawa. Sonia sendiri hanya bisa menghela napas. Semoga saja ada hal menarik yang akan terjadi.

Baru saja ia meminta, Sonia sudah melihat terjadinya sebuah perkelahian yang tidak biasa. Ia bisa melihat dengan jelas kalau sisi yang satu, segerombolan orang dengan jubah kuning keemasan dan sorban kuning bergaris merah, sedang mengurung seorang pria berpakaian lusuh. Sonia memutuskan agar sedikit mendekat untuk mendengar pembicaraan mereka.

"Semoga saja tuanku tidak marah aku meninggalkan pos-ku."

"A-apa salahku?! Kumohon ampuni aku!" Pria berbaju lusuh itu berlutut dihadapan gerombolan tadi. Tubuhnya yang dipenuhi lumpur dan lecet kini semakin kacau. Pemimpin gerombolan itu, seorang pria tinggi dengan sebuah syal putih bersih yang melayang mengitarinya dan tongkat berbentuk salib emas ditangannya, mengerutkan wajahnya yang sedikit tua kearah pria malang dihadapannya.

"ENYAH KAU, MAHKLUK SESAT! KALIAN PEMUJA JIWA-JIWA PENDOSA TIDAK LAYAK BERADA DI DUNIA INI!" Teriak si pemimpin kasar, kakinya memijak kepala pria yang dipanggilnya 'mahkluk sesat' itu. Sonia bisa melihat darah mulai menyebar disekitar kepala pria kasihan itu. Sang gadis AniOwl hanya bisa menggertakkan giginya. Dia sudah sering mendengar sikap Yellow Sect yang terlalu fanatik kepada dewa mereka, tapi ini sudah keterlaluan.

Jika saja dia bisa menipu gerombolan itu untuk menyerang Sarang Garuda, maka ia bisa melakukan sesuatu. Tapi tuannya pasti tidak akan senang dengan pilihannya.

"DENGARKAN AKU, WAHAI PENDUDUK LINDBECK YANG KUCINTA! SEPERTI YANG KALIAN KETAHUI, PELIHARAAN PARA PENDOSA ITU, BENZENEA, SUDAH BANGKIT DENGAN ALASAN 'KITA MELANGGAR PAKTA PERDAMAIAN DUNIA'! AKU BERUCAP KEPADA KALIAN: MAHKLUK ZINA ITU HANYA INGIN MENCIPTAKAN KEMBALI PERANG BESAR DEMI TUAN-TUANNYA YANG GILA! DAN PARA KAUM SESAT INI, MEMBANTU BINATANG JAHANAM ITU AGAR KEDOKNYA BISA BERJALAN!"

Sonia tidak yakin apa orasi si pemimpin Sect itu akan didengar atau tidak. Ia yakin suaranya bisa terdengar sampai ke tempat para dewa saking kerasnya. Pendengarannya yang lebih tajam dari manusia biasa membuat suara pria itu seperti dikuatkan speaker sebesar kapal pesiar.

Rasanya kurang enak.

Untuk saat ini, sang gadis AniOwl hanya bisa merapat ke posisinya kembali sembari menutup telinganya. Semoga saja pria itu berhenti berteriak, atau pita suaranya terbakar sampai ke DNA.

...

"Suara siapa itu?" Tanya Ringo kepada pria yang ada dihadapan mereka. Ayah, dengan zirah lengkap dan knuckle berbisanya, menghela napas dari seberang meja.

"Maafkan aku, Owen, Ringo. Sepertinya sembelit si Dorno kambuh. Pendeta gila itu pasti sedang berteriak-teriak seperti monyet. Ah, tidak, monyet masih memiliki sopan santun yang lebih besar dibanding pria yang menyebut dirinya 'pendeta' itu." Ringo dan Owen, beserta Ayah yang menjadi lawan bicara mereka, berada di dalam bangunan jam itu. Suara gir yang berputar pelan dan bunyi 'tik-tok' yang khas bagi jam terdengar sangat kuat ditelinga mereka secara terus-menerus. Meski dengan suara sebesar itu, teriakan Dorno terdengar jelas. Ringo sendiri tidak mengerti lagi apa ide ZetaVirus membuat NPC gila seperti itu.

Jika mereka memang NPC.

"Ah, tidak apa-apa. Kau sendiri juga tidak tahu kalau pria itu akan... mengamen hari ini, kan?" Tanya Owen. Ayah terkekeh pelan, knuckle-nya ia masukkan kedalam Inventory. Ringo memicingkan matanya melihat sikap Ayah yang cukup percaya diri itu.

"Heh, kau masih saja seperti itu, Owen. Jadi, apa benar kalau kawan barumu ini si White Dictator?" Ringo hampir tak mempercayai telinganya sendiri. Ada orang lain yang percaya kepada Owen di dalam Guild-nya. Ketua Guild-nya malah. Sedangkan Mesa, wakilnya, menganggap si pengendali waktu hanya pemain ecek-ecek. Dia harus lebih waspada terhadap fans-nya yang satu ini.

"Yaps! Benar sekali, pak tua. Inilah sang White Dictator. Sudah kubilang sejak awal kalau aku akan menang." Owen menyeringai puas. Menang? Apakah dia dan sang pemimpin Barong Garuda bertaruh siapa yang lebih cepat mendapatkan dirinya? Ringo tidak tahu bagaimana caranya menanggapi dua orang pria yang rebutan dirinya. Terdengar gay. Ayah hanya mengangkat kedua bahunya tanda menyerah.

"Bahkan kau juga mengatakan kalau dia White Dictator. Sepertinya aku benar-benar harus mempercayai Mesa." Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi sebuah senyuman tampak jelas di bibirnya. Ringo masih tak mengerti apa hubungan Ayah dan Owen, tapi dari interaksi mereka ia sudah tahu kalau Owen ini lebih hebat dari kelihatannya.

"Oke, Ringo. Mesa mengatakan kalau kami ingin berperang--"

"Kalau kau berencana ingin menyerang Banehallow, aku menolak membantumu. Aku tidak melihat adanya keuntungan apapun membantumu. Hubungan yang baik antar Guild bukanlah prioritasku saat ini."

"Kalau kau beranggapan kami ingin berperang demi gelar 'Guild Indo Terhebat', kami memang akan melakukannya. Tapi tidak sekarang. Ada musuh lain yang harus dihadapi saat ini." Ringo menaikkan alisnya. Dia sudah menciptakan masalah kepada beragam pihak. Daftar musuhnya adalah Benzenea dan kelima Sect lain. Menambah musuh saat ini bukanlah pilihan terbaik.

"Siapa musuhmu ini?" Ketika Ayah ingin menjawab, seorang wanita, tepatnya wanita resepsionis tadi, mendobrak pintu ke menara jam itu dengan kuat, membuat pandangan ketiga pria didalamnya terfokus padanya. Napasnya yang terengah-engah karena berlari ia coba kendalikan, tapi wajahnya yang penuh keringat dingin membuat Ringo dan Owen bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Ayah juga sedang tidak ingin diganggu.

"Sepuluh detik."

"Yellow... Sect... menyerang, pak."

...

Benzenea. Namanya agung dan ditakuti sejagat raya. Sayapnya yang bisa menahan panas matahari sekalipun disembah layaknya suatu entitas tersendiri. Batu-batu obsidian sakti di punggungnya dipuja bagaikan dewa dari segala bebatuan.

Tapi bukan berarti kalau Benzenea adalah mahkluk yang gila hormat.

"Hmm... jadi tidak ada calon yang cocok Troll Hero?" Troll Emperor menggelengkan kepalanya. Secangkir wine digenggamnya dengan lembut namun kuat, zirahnya kini tergantung di istananya. Sekarang, ia hanya mengenakan pakaian sederhana yang membuatnya tidak terlalu berbeda dari Troll lain. Ada alasan kenapa mahkotanya tak pernah ia lepaskan.

"Yang lain bagaimana?" Tanya Benzenea. Badannya saat ini ia rebahkan di atas sebuah tempat tidur seukurannya yang terbuat dari dedaunan yang ditempelkan sedemikian rupa. Bekas pertarungan dengan Nyarlathotep membuatnya bagaikan kakek tua yang terkena encok. Ia pasti sudah meracau tidak jelas jika ditangannya, atau cakarnya, tidak ada cangkir raksasa yang berisi teh manis.

Troll Emperor sendiri masih tidak mengerti selera aneh si Wyburn Minyak.

"Aku mendengar para Goblin sudah punya seorang Hero. Pihak Harpie dan Mermaid, seperti tebakanmu, tidak peduli sedikitpun tentang Pakta ini." Benzenea hanya menghela napas, berhati-hati agar di dalam hembusannya tak ada api. Meski begitu, napas itu masih sanggup memberikan efek layaknya badai kepada Troll Emperor. Dia mendecak lidahnya kesal.

"Kau tahu, Tuan Benzenea, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintahmu, meskipun tanahku kau bakar habis-habisan dalam pertarunganmu. Bisakah kau memberikanku sedikit rasa hormat?" Jika ada suatu keanehan yang melebihi akal sehat yang pernah terjadi dalam hidup si Troll Emperor, maka keanehan terhebat di dalam hidupnya pastilah kejadian yang terjadi dihadapannya. Keanehan itu ia temukan secara tidak sengaja ketika Benzenea sudah selesai bertarung melawan Nyarlathotep, kesadarannya hampir menghilang. Disitulah sang penguasa Troll menemukan keanehan sikap sang Wyburn Minyak yang ditakuti banyak orang.

Ia hampir menangis kalau dibentak secara langsung dalam kondisi seperti ini.

"W-wah... ya, aku sudah minta maaf beberapa kali, Troll Emperor! Kalaupun kau menyuruhku melakukan penghijauan, tanganku tidak cocok menanam!" Sang Troll terkekeh pelan melihat sang Wyburn yang dilatih dan dibesarkan Seven Star Spirits melihatnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak tahu apakah dia takut karena badannya dalam kondisi yang kurang baik atau memang biasanya sikapnya seperti itu. Tapi, Troll Emperor adalah seorang pemimpin dari sebuah kekaisaran yang besar. Bertindak tanpa informasi yang jelas bukanlah tindakan seorang kaisar.

"Tidak apa-apa, Tuan Benzenea. Istirahat saja. Biarkan aku yang mengurus perkembangan persiapan perang kita. Fokus saja ke proses penyehatan tubuhmu. Aku tidak ingin berperang untukmu jika kau saja tidak bisa ikut." Dengan sekali tegukan si Troll Emperor menghabiskan wine ditangannya. Ia lalu meletakkan gelas itu di samping tempat tidur Benzenea dan meninggalkan sang Wyburn sendirian.

"Terserahlah."

...

"Apa... kau baik-baik saja, Saha?"

"Eleanor, ini sudah ke-76 kalinya kau bertanya. Aku baik-baik saja, sungguh," balas Sahaquiel. Sang malaikat, dengan jiwa dan raga seperti baru, tersenyum sembari mengelus rambut Eleanor yang berada dalam pelukannya. Sejak kejadian dengan Benzenea, si pemimpin Cosmic Flower menjadi terlalu protektif tentangnya. Padahal, dia adalah [Summon], mahkluk yang dipanggil demi menjadi pelayan yang memanggil.

Ya, sekarang situasinya terbalik. Sahaquiel berjuang sekuat tenaga agar ironi keadaannya tidak membuatnya menghela napas.

Dia gagal.

"Tapi tetap saja, Valen, kalau situasi kalian saat ini sedikit rumit." Eleanor, Sahaquiel, Valen, dan Trash sedang berada di sebuah ruangan yang simpel. Ada tiga sofa biru yang disusun membentuk huruf U dengan sebuah meja bunda ditengahnya. Valen dan Trash menduduki satu sofa masing-masing, sementara Eleanor dan Sahaquiel saling berbagi. Mereka semua sedang mengurus suatu berkas, kecuali ketua mereka.

Bayangkan, seorang malaikat dengan gelar Pangeran Surga Keempat dipanggil hanya untuk mengstempel berkas. Rendah sekali derajat malaikat bagi mereka ini, pikir Sahaquiel.

"Yah, mau bagaimana lagi, Sahaquiel. Karena kesalahanku, Guild Cosmic Flower kehilangan 70% anggotanya. Dan berkas-berkas ini adalah surat permintaan pemutusan Alliance dengan berbagai Guild lain." Sahaquiel tidak terlalu peduli dengan urusan manusia-manusia ini, tapi tetap saja ia tahu kalau Guild Cosmic Flower ada diambang kehancuran. Hanya karena satu kesalahan.

"Oh ya, Sahaquiel,"

"Hmm?"

"Kenapa kau gak menggunakan para Throne untuk mengstempel berkas-berkas ini?"

"Mereka juga adalah malaikat. Cukup satu malaikat saja yang derajatnya kalian nistakan." Trash terkekeh mendengarnya, tapi tatapan tajam Sahaquiel berhasil membuat si Monk membisu. Meski ia bibirnya masih menyungging menyebalkan. Mereka semua kembali bekerja dalam keheningan, hingga sebuah suara baru memecahnya beberapa menit kemudian.

"Tunggu, kenapa Sahaquiel malah ikut mengstempel berkas-berkasmu, nona Valen? Ah, banyak bunga yang ingin mencapai langit."

"Tapi kitalah bunga yang akan menggapainya. Sudahlah, kita tidak perlu membahas itu," ucap Valen tersenyum. Melihat senyuman itu, Sahaquiel benar-benar merasa dilecehkan. Dia adalah seorang Archangel! Salah satu malaikat agung! Kenapa entitas surgawi sepertinya malah mengurus berkas-berkas mahkluk fana ini?! Apa yang akan dikatakan Michael, Gabriel, Raphael, dan Uriel kepadanya?!

"Baiklah, nona Valen, ada sebuah kabar darurat yang harus kami sampaikan segera." Valen hanya mengangguk pelan. Suara misterius itu mengucapkan sebuah kalimat yang membuat semua orang di dalam ruangan itu, termasuk Sahaquiel meski dengan alasan yang berbeda, mematung.

"Yellow Sect menyerang salah satu Guild yang beraliansi dengan kita, Barong Garuda, sebagai tanda mulainya Chapter One dari Main Story: Purgation of the Black."

...

AN: Ketika aku melihat chapter cerita ini udah 24, aku pun mikir,"Main Story-nya gak jalan-jalan, bjir." Nah, ini dia kubuat jalan :voss

Aku sengaja memasukkan Benzenea dan Cosmic Flower karena mereka gak ada kabarnya. Ada lagi Guild yang belum kedengaran kabarnya padahal udah kumunculkan satu chapter. Tenang, dalam waktu dekat mereka muncul lagi. Aku juga bosan melihat Ringo tiap hari.

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top