Budak Didapatkan
"Baiklah, tuan. Waktunya bagi kita untuk membuat kontrak. Seberapa lama kau ingin bersamanya?" Penjual budak yang terlihat unik itu bertanya kepada Ringo. Dia menatap pebisnis itu kebingungan. Acolyte itu belum lama memainkan game ini dan dia baru tahu soal perbudakan ketika ingin memulai perjalanan. Sedikitpun dirinya tidak tahu menahu soal hal ini karena di Dragun Online pun tidak ada yang namanya perbudakan. Satu lagi hal aneh yang ZetaVirus tambahkan.
"Selamanya." Ketika pemain baru itu mengucapkannya, mata Sonia melebar ketakutan. Iris hitamnya yang dari tadi kosong kali ini memunculkan sebuah emosi. Melihat hal itu, Ringo sedikit kasihan terhadap gadis itu. Wajah seperti itu tidak cocok bagi anak seusianya.
Ekspresi ketakutan yang mendalam.
"Bodohnya aku bertanya, tuan. Sebelum aku melakukan kontrak, anda memasuki Sect apa?" Mendengar kata 'Sect' yang agak terlupakan baginya membuat Ringo sedikit terkejut. Pasalnya, kebanyakan hal yang selama ini dilakukannya tidak ada satupun yang benar-benar berhubungan dengan Sect itu. Mencari The Black Artifact memang tujuan utamanya, tapi waktu yang diberikan kepadanya adalah tujuh tahun dan waktu di game berjalan sesuai di dunia nyata. Begitu juga dengan pagi, siang, dan malamnya, meskipun sang Acolyte tidak terlalu memperdulikan hal seperti itu.
"Aku masuk The Black Sect."
"The Black Sect? Zehehehehe.... Ternyata tuan adalah pelanggan yang unik. The Black Sect, ya. Apakah tuan tahu mengenai The Black Sect sebelum memasukinya? Pasti tidak. Zehehehehe...." Ringo mengernyitkan dahinya. Sepertinya memang ada sesuatu dengan The Black Sect. Baru kali ini dia mendengar seseorang secara terang-terangan mengucapkan nama itu selain anggota di sana dan entah mengapa Fame-nya akan berkurang seturut dengan misi yang dijalankannya.
'Mungkin ada hubungannya dengan Heinrich,' batin Acolyte itu. Tapi pria itu menggelengkan kepalanya lalu menatap lelaki aneh yang ada dihadapannya kembali. Dia bisa memikirkan hal itu nanti. "Lalu, hubungannya Sect-ku dengan membeli budak apa?"
"Oh! Benar juga. Kebanyakan Sect menolak perbudakan. Ada yang keras, ada yang biasa saja. Dan ada Sect yang menerima. Kudengar The Black Sect menerima perbudakan karena salah satu anggota Seven Star Spirits memiliki seorang budak. Tapi, ini hanya spekulasi saja, tuan. Anda bisa meminta pendeta Sect anda untuk menjelaskannya. Aku seorang penjual budak, bukan misionaris." Ringo mengangguk pelan. Untuk saat ini, dia hanya bisa mempercayai perkataan dari penjual budak ini. Acolyte itu sudah tahu kalau yang namanya penjual budak tidak bisa dipercaya, tapi apa dia punya pilihan lain?
"Nah, tuan. Bisa aku minta darahmu?"
...
...
...
'Caranya gimana, woi?!' Itu, sebenarnya, adalah pertanyaan yang sangat logis. Ringo memang baru beberapa hari memainkan game ini dan dia memang jarang terluka. Namun dirinya benar-benar ingat kalau dia, ataupun semua temannya terutama Noctis yang jadi Tank, tidak pernah mengeluarkan darah ketika terkena serangan.
"Ah, aku mengerti. Tuan adalah petualang generasi ketiga yang disebut sebagai Pemain. Ada banyak keganjilan diantara mereka dan salah satunya adalah tidak ada darah yang keluar dari tubuh mereka. Zehe, tuan bisa gunakan ini." Pria itu memberikan Ringo sebuah pisau. Dengan sigap ia langsung melihat status pisau itu.
[Sacred Ritual Knife
ATK: 10
Deskripsi: Sebuah pedang yang ditempa secara khusus dengan menggunakan ilmu hitam. Digunakan dalam ritual-ritual sadis untuk mengeluarkan secara paksa darah dari korban.
Unique Effect: Korban yang terkena akan mengeluarkan [Blood]. Serangan dari Item ini akan menembus DEF pemain.]
"Oke. Darah adalah Loot? Kalian sinting, ZetaVirus?" Setelah melihat informasi benda itu, Ringo menyayat pelan jari telunjuknya. Benar saja, ia bisa melihat sesuatu yang benar-benar aneh dihadapannya. Pertama, dia merasa kalau darah dari tubuhnya seperti ditarik paksa keluar. Melihat sesuatu seperti itu, tentu saja ia merasa tidak nyaman. Tapi yang kedua lebih mencengangkan lagi. Sebuah simbol dan dua angka berwarna merah yang seharusnya tidak dia lihat di dalam kota muncul dihadapannya.
[- 10]
DARAHNYA BERKURANG!!!
"Pisau ini bisa membuat pemain melakukan PK di tengah kota?!" Ringo tahu apa maksudnya itu. Dia benar-benar tahu. Sebuah pisau yang bisa menerobos efek imunitas pemain didalam kota yang seharusnya mutlak. Meskipun dia berada di bawah tanah kota itu, secara teori area tersebut masih termasuk ke dalam kota Lindbeck. Acolyte itu tidak tahu apakah ini Bug atau tidak, tapi kemungkinan besar tidak. Yang berarti ada satu hal yang berkemungkinan besar akan terjadi apabila keberadaan pisau ini diketahui.
Kota bukanlah tempat yang aman lagi.
"Aku akan memastikan kalau informasi ini tidak akan bocor dari mulutku."
"Zehe. Nah, tuan. Ambil suntik ini dan tarik darahmu. Lalu suntiklah gadis itu dimanapun kau mau. Saranku, suntik dia ditempat yang tak akan bisa dilihat oleh orang lain." Penjual budak itu memberinya sebuah suntik. Di dalamnya terdapat cairan berwarna sangat gelap. Entah bagaimana Ringo merasa kalau cairan hitam itu adalah cairan yang terbuat dari kebencian dan kejahatan yang murni. Hanya dengan menggenggam suntik itu dia merasa gemetaran karena air aneh itu. Sebaiknya dia menaikkan mood-nya agar tidak gemetaran.
"Maksudmu pada bagian intimnya?" Gadis Animan itu langsung merinding dan berkeringat dingin mendengarnya, sementara pemilik budak itu tertawa geli. Ringo menyeringai, mengetahui kalau hal itu adalah tabu tapi cukup unik. Dan lagi, dia tidak tahu apakah bisa atau tidak jadi pantas untuk ditanyakan.
"Zehe! Bisa, tuan. Bisa. Tapi aku tidak yakin tuan ingin melakukan itu. Gadis ini akan membenci tuan selamanya. Jika tuan menginginkan budak yang patuh, suntikkan dia pada bagian yang cukup normal tapi tidak terlihat. Kebanyakan orang membuatnya di dada, tuan."
"Bilang dari tadi, pebisnis ulung." Penjual budak itu tertawa kecil lalu berjalan ke arah Sonia. Saat ini, kedua tangan gadis itu diborgol dan ujung lainnya diikat di sebuah tiang besi. Badannya juga diikat ketat dengan besi yang membuat kedua sayap setengah burung hantu itu tertahan dengan baik. Penjual budak itu menarik turun paksa pakaian jelek gadis itu, bahkan sampai terdengar suara robekan. Ringo merasa kasihan dengan gadis itu, mengingatkannya kepada Tanya yang mungkin terlihat sama lusuhnya.
"Nah, tuan. Silahkan." Dengan ragu sang Acolyte mendekati gadis Aniowl itu. Sekali lagi emosi terpancar dari tatapan gadis itu dan kali ini, kemarahan terlihat jelas. Kedua sayapnya yang lusuh juga bergerak-gerak cepat meski terikat, seakan gerakan itu merefleksikan kemarahannya. Pria itu menarik darahnya yang entah bagaimana hanya keluar sedikit saja tanpa pernah mengucur lalu memegang bahu gadis itu sebagai tumpuan. Ketika ia melakukannya, Ringo mendapatkan sebuah tendangan yang menyakitkan ke perutnya.
"Ugh!"
"HEI, KAU, BINATANG BODOH!" Penjual budak itu berteriak, lalu suara tamparan memenuhi ruangan itu. Pipi gadis itu langsung memerah. Suara isak seorang gadis cilik menyambangi telinga Ringo. Memang pria itu tidak melihatnya, tapi dia tahu kalau hal itu seharusnya tidak dilakukan.
"Pak, kupikir kau tidak perlu sampai melakukan itu. Kau mengambil jatahku untuk melakukannya." Dengan nada yang berat Ringo memperingatkan pebisnis itu. Sebuah tawa kecil diperoleh Acolyte itu, dan itu adalah tanda kalau dia berhasil meyakinkan penjual budak gelap yang ada dihadapannya.
"Zehehe.... Aku kelepasan. Soalnya gadis ini benar-benar ingin bebas. Dia selalu bermimpi untuk terbang dilangit bagaikan burung elang dan berdiam di atas pohon bagaikan burung hantu tanpa adanya kekangan. Tapi naas, dia hanyalah seorang budak lemah. Zehe. Baiklah, tuan. Sekali lagi silahkan." Ringo menyempatkan dirinya mengucapkan terima kasih kepada penjual budak itu sebelum memulai ritualnya. Perlahan pria itu memegang pundak gadis itu dengan selembut mungkin. Kali ini gadis itu tidak meronta dan hanya menangis tersedu.
"Maafkan aku jika ini sakit," bisik Ringo. Mata Sonia melebar, dan suara tangisnya tertahan pada tenggorokannya. Ia tidak menyangka kalau calon tuannya akan mengatakan hal yang seperti itu. Dia sudah cukup lama berada di tempat itu dan melihat budak-budak lain biasanya akan diperlakukan seperti... ya bagaimana budak biasa diperlakukan. Tapi, pria bernama Ringo yang ada dihadapannya tidaklah demikian. Entah kenapa pria berpakaian sederhana itu baik padanya.
Padahal dia sudah menendang perutnya sekuat mungkin.
Sang Acolyte menancapkan suntik itu ke dada Aniowl itu dengan pelan. Gadis itu menggigit bibirnya agar dia tidak mengeluarkan suara apapun. Ringo kemudian menekan plunger suntik itu perlahan dan memasukkan semua cairan yang ada di dalamnya, termasuk darahnya sendiri, ke dalam tubuh Aniowl itu. Pemain itu kemudian menarik suntik itu dan menjauh dari gadis dihadapannya.
Awalnya tidak ada perbedaan yang terjadi, membuat Ringo kebingungan. Tentu saja dia berpikir kalau ada kesalahan. Dan beberapa saat kemudian dia berharap kalau memang ada kesalahan karena hal yang akan terjadi dihadapannya adalah hal yang akan selalu tertanam di dalam otaknya.
"AHHHHHHHHHHH!!!"
Teriakan yang mengerikan keluar dari bibir Sonia bersamaan dengan munculnya sebuah lingkaran sihir besar berwarna hitam dengan tulisan aneh merah darah muncul di balik gadis itu. Listrik-listrik ungu bermunculan dari dalamnya dan menyengat budak itu. Aniowl itu hanya bisa berteriak kesakitan dan mengeluarkan air mata sebanyak mungkin ketika petir-petir itu menapaki seluruh tubuhnya. Ringo menatap kejadian itu dengan ngeri, tubuhnya merinding dan mulutnya menganga tak bisa berkata-kata.
Sebuah suara membuatnya semakin merinding.
"Bagian terbaiknya dimulai sekarang, tuan."
Tepat di bagian tengah dada Sonia, muncul sebuah bara api kecil yang membakar kulit dari Aniowl itu. Api itu menggerus kulitnya, menciptakan garis-garis yang sama persis dengan lingkaran sihir yang ada dibelakang sang gadis tapi jauh lebih kecil. Ketika sebuah petir menyambar gadis itu, barulah api jahanam tersebut bergerak.
Sonia masih saja berteriak kesakitan, seluruh tubuhnya kejang-kejang. Kedua kakinya yang bebas menggerus lantai dengan hebat sampai lantai itu rusak dan kakinya juga terluka. Tangannya yang terborgol ia paksa sekuat mungkin untuk lepas tanpa ada hasil. Yang ia dapatkan hanya tangannya yang semakin memar dan memerah. Semua hal itu terjadi, dengan wajahnya yang sudah dipenuhi oleh air mata yang memohon pengampunan.
Atau mungkin kematian agar dia tidak lagi merasakan sakit.
"A... Apa ini... Ini tidaklah benar!"
"Zehe. Tidak ada yang bisa mengganggu proses ini, tuan. Dia tetap akan menderita seperti itu. Lebih baik dia diborgol, karena jika tidak dia pasti akan membunuh dirinya sendiri."
"BACOT! MINOR HEAL! ANTIDOTE! HEALING ORB!" Cahaya berwarna hijau dan ungu mengitari Sonia dan sebuah bola yang bersinar bergerak ke arahnya. Ringo mendecak lidahnya, menatap sebuah notifikasi yang muncul terus-menerus di depan matanya.
[Skill sedang Cooldown]
[Skill sedang Cooldown]
[Skill sedang Cooldown]
"Gahh! Healing Orb!" Sebuah bola cahaya kembali muncul dan bergerak tubuh sang Aniowl. Tapi tidak ada perbedaan yang terjadi. Gadis itu masih saja berteriak dan menangis hebat. Acolyte itu menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dengan amarah yang tak tertahan. Penjual budak itu hanya menonton, sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya yang ditutupi topeng.
"Antidote! Minor Heal! Sial, apakah seorang anak kecil harus merasakan hal seperti ini?!" Pria itu menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal. Isak yang tak kunjung berhenti itu memenuhi telinganya, dan ekspresi dari gadis itu menjadi pusat perhatian matanya. Tubuhnya yang penuh luka, tangannya yang mulai berdarah, bibirnya yang mengucurkan ludah campur darah, dan maniknya yang sudah tak melihat apapun lagi.
Ringo yang hanya bisa menatap hal itu, menyadari betapa lemahnya dirinya. Hatinya dipenuhi keputusasaan, dan otaknya mencoba menolak input dari saraf sensorik tubuhnya. Naas, telinga dan matanya seolah menolak untuk menjauhkan tragedi yang terjadi dihadapannya, seakan menandakan kalau jauh di lubuk hatinya ia menikmati semua ini.
Pria itu berlari kearah Sonia, mencoba meraih gadis yang disiksa itu. Tapi, lingkaran sihir dibalik sang gadis menyambarkan petirnya kepada sang Acolyte, mencampakkannya ke ujung ruangan itu dan menabrak kotak-kotak kayu. HP-nya memang tidak berkurang, tapi tubuhnya tak bisa digerakkan.
[Anda terkena Status: Paralysis]
"Yang benar saja, ZetaVirus!? Apa ini!? Jelaskan padaku sekarang! Kenapa kalian harus menciptakan sesuatu seperti ini?!" Saat itulah pria itu menyadari sesuatu. Pihak ZetaVirus selalu mengatakan kalau Game yang akan mereka ciptakan bukanlah sebuah Game, melainkan dunia lain. 'Dunia lain' berarti bumi yang lain. Dan bumi diisi oleh penderitaan.
"Yang benar saja. Semakin aku memikirkannya seperti itu, semakin aku tahu kalau hal ini.. sangatlah salah!"
Tiba-tiba saja, sebuah lingkaran sihir yang jauh lebih besar dan rumit dibandingkan yang berada di belakang Sonia muncul dibawah Ringo. Penjual budak itu terkejut melihat lingkaran sihir itu. Sebuah lingkaran sihir yang berhasil memenuhi seluruh tempat penjualan budak itu dengan warna putih bersih tanpa noda. Hanya sebuah simbol yang sangat simpel menjadi isinya.
Harpa.
Setelah lingkaran itu muncul, sebuah notifikasi unik muncul dihadapannya. Tidak ada kotak yang membingkai tulisan merah darah itu. Tiada bahasa unik yang dibubuhkan kepada kalimat yang simpel itu. Namun, ada banyak sekali kode-kode yang terlihat di sekitar tulisan itu seakan menyatakan kalau teks itu adalah sebuah bug atau virus.
[L̸͓̞͔͎̼̍͐i̴̢̗̤̟̖̇͂̎ḿ̸̢̨̭̹͚̠̔̂͛i̶̜̽͋̊͘ͅt̷̪̬̻̖͈̊̑͛̇͜ ̸̛̥̗̣̯̠̳͋̆́̈́Ḃ̶̢̗̗͍͗̒͘ͅr̷̛͖̘̱͉͆͆̀͛̕ė̸̤̣̦̮̈̀̓͛a̷̛̛͖͎͖̺̓̉k̷̛̻͕͙̤̜̑̓ ̵͈̺̼̓́̔͌R̵̢̿͝ē̶̓̂̈́͐̊͜q̸̢̗̬̓̊͊̊͜͠ų̴͎͉̰̆͌̈̅i̸̟̭̝̟͆̉͌̉r̶͙̖͉̭̯͛͌̍̏e̴̬̹̻̱̹͋͛m̸̜͙̘̓̈͐̿́͐ė̵̡̤̈́n̷͇̫̟̲̎͒͘ť̶̘̲͖̣͖͇̌̀̾̐ś̷͓̜͚̰̣͒̽ ̴̳̥̭͗͑̂̈́̕͠M̷̢̺̞͗͒e̵͍̹͊̀̾̄̿͝t̴̯̰̬̦͝
̸̡̗͎̾̇̐͊̚̚L̶̝͕̅̑į̶̳̒̓͆͛̍͝m̵̩͊ỉ̸͖̲͐̓t̸̯̬̳͈̞͊̓̂̒ ̷̤̈́͠B̸̺̣̆͋ȓ̴̝̞̗͈e̶̛̟̓́͛ä̴̧̨̳̗̘́͝k̴̛̙̥̇͆̆:̴̙͎̱͖͉̓ ̷̟̃͆̈́̿͘S̴͙͖̞̄̂̏̿a̸̦̤̟̻̋ļ̸͍̤̯͉̠͆͐̒̀̒v̶̹͚͉̬̐̒̋͘͝â̶̺͍̰͖t̴̹̭̳͖̟̽̈́̓͛ǐ̵̡̛͔̣ȏ̴̬͔͉̟́̑̆̈́̑n̶͎̫͋ ̸̼̫̫̰̹̤̏̓̅͘͘͝Ä̷̦̳̩̱́̾͆̂ĉ̶̱̯̩̜q̵̩̱̬̼͔̀u̸̡̢̡̳̦͘i̵̛͚̓̀r̸͈̥͎̀̃̍̐̅͜ë̴͇̩͎̭́d̴̠̱̪̐̈́̈́̈́̍͆]̵̨͇̞͖́̓̀
"[Limit Break: Salvation]."
Ringo tidak tahu mengapa mulutnya mengucapkan itu. Dia tidak tahu kenapa tubuhnya mengeluarkan sangat banyak tenaga menuju lingkaran sihir putih itu. Pria itu benar-benar tidak tahu kenapa jiwanya seakan terhisap kedalam lingkaran sihir putih itu.
Singkatnya, dirinya tidak tahu apapun.
"GRAAHHHHH!!!" Ringo berteriak, suaranya bergelombang dan terdistorsi seakan ada jiwa lain yang merasukinya. Pria itu merasakan jiwanya seolah ditarik paksa dari tubuhnya kedalam lingkaran itu. Lingkaran putih itu kemudian mengeluarkan cahaya yang sangat terang dan menyilaukan, memaksa sang penjual budak dan bahkan Sonia yang sedang tersiksa menutup mata mereka. Cahaya itu membungkus seluruh tempat itu dalam kilauan yang suci.
"A... apa yang..." Untuk pertama kalinya, penjual budak itu tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sudah melayani beberapa Pemain. Ada sebagian dari mereka yang mengeluarkan Skill mereka kepada calon-calon budak mereka. Meskipun ada yang menggunakan lingkaran sihir, yang paling besar hanya berdiameter 10 meter. Lingkaran sebesar itu hanya sanggup menciptakan sihir yang memporak-porandakan setengah bangunan miliknya.
Tapi sihir milik pria itu sanggup membungkusnya seakan memberikan pemberkatan surga.
"Zehehehehe! Siapa sangka aku akan melihat seseorang yang sangat berbakat disini. Di--"
"Tuan? Dimana kau?"
Ucapan Sonia membuat penjual budak itu menatapnya, tangannya siap untuk menamparnya sekali lagi. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika matanya mendapatkan figur Aniowl itu. Mulutnya menganga lebar, ketidakpercayaan tertulis jelas pada matanya, dan tubuhnya mulai dibasahi keringat dingin.
Sonia Ululia, gadis berumur 15 tahun itu memang masih diborgol dan tertahan. Lingkaran sihir gelap yang ada dibelakangnya masih menyengatnya dengan listrik dan juga api penulis lingkaran sihir di dadanya masih menyala-nyala. Tapi, gadis itu tak sedikitpun mengerang kesakitan. Bahkan, tubuhnya yang awalnya penuh luka sudah sembuh, termasuk luka-luka baru yang ia dapatkan karena menggeliat ingin terlepas.
"Mukjizat.... Ini mukjizat! Bagaimana tuan bisa melakukan ini?"
Ketika ia memandang kearah tempat keberadaan Ringo tadi, pria itu sudah tiada.
...
[Dikarenakan anda menggunakan Skill ???, anda di-ban dari Wyburn Online selama 24 jam]
"Apa itu... barusan?" Bobby duduk di atas kasur miliknya. Tubuhnya penuh dengan keringat, dan pakaiannya sudah basah layaknya mandi hujan. Digenggamannya V-Goggle miliknya mengeluarkan warna merah berkedip-kedip dari bagian matanya. Tak perlu dipertanyakan bagaimana bingungnya pria itu sekarang.
"Ada banyak sekali hal-hal aneh yang kurasakan ketika di tempat penjualan budak itu. Semoga saja pihak ZetaVirus mempunya penjelasan tang bagus tentang kontrak dengan budak itu. Terlalu realistis, sampai aku ingin muntah. Ah, sudahlah. Sekarang jam... 5 sore, ya?" Setelah menghela nafas panjang, Bobby berdiri dan meregangkan badannya. Biasanya, pada jam segini, dia mengerjakan tugasnya sebagai dosen atau bermain game. Kadang keduanya, jika yang pertama menghadiahkan pening yang luar biasa kepadanya.
"Entah kenapa aku masih ingin mengajar..." Meskipun dia sebenarnya benci menjadi dosen, tapi ia senang mengajari orang lain. Dirinya merasa terpandang apabila melakukan hal itu. Ditambah lagi banyaknya orang yang akan menghormatinya. Begitulah kehidupan yang diinginkannya.
Tapi dia juga tahu kalau pasti ada yang membencinya, meskipun orang tersebut menyebut dirinya sahabatmu.
"Sebaiknya, aku tidak memikirkan hal itu," ucapnya kepada dirinya sendiri. Sebenarnya, dia tidak tahu ingin melakukan apa selama 24 jam ia di-ban. Ada sedikit sekali pilihan yang bisa diambil bagi dirinya yang jarang bersosialisasi diluar area pekerjaan. Bukan, bukan dirinya tidak suka berbicara, dia membenci hiruk-pikuk keramaian yang menurutnya... tidak berfaedah.
"Mencari informasi soal perbudakan pasti tidak akan banyak karena hal itu termasuk tabu di dunia ini. [Limit Break] kurasa pilihan terbaikku." Pria itupun langsung membuka Google dan mencari hal itu. Pada rekomendasi pertama ia bisa melihat sebuah video dengan judul dan pengirim yang sangat menarik. Thumbnail video tersebut adalah gambar wajah seorang gadis kecil yang dibagi dua, yang kanan tersenyum bahagia dan yang kiri menatap kosong. Dibelakang yang tersenyum bahagia, wujud seorang malaikat perempuan mengitarinya. Sementara itu yang menatap kosong menunjukkan seorang pria bertopeng Guy Fawkes membuat gestur layaknya mengendalikan boneka di atas kepala gadis itu. Dan dibelakang kedua figur itu, ada lagi kepala seekor mahkluk yang sangat dikenal oleh seluruh pemain Wyburn Online: Benzenea.
Judulnya? "The First Ever Limit Break." Yang mengirim? ZetaVirus Official.
"Aku tidak percaya kalau seorang anak kecil seperti ini bisa menjadi pemimpin. Apalagi pemimpin dari salah satu Guild terbesar. Mungkin aku harus mencari tahu tentangmu, Limit Breaker pertama, Eleanor."
...
AN: Oke. Mungkin dalam waktu dekat aku akan mengubah jadwalku secara tidak resmi jadi 2 kali Update seminggu. Kenapa? Coronavirus, boi. UN aja batal gitu. Author jadi tamat sekolah secara informal banget jadinya :)
Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top