Back to Square One

Ringo sudah tahu kalau dunia Wyburn banyak masalah. Pertama, Benzenea dan kroco-kroconya. Kedua, penyerangan The Yellow Sect yang barbar. Dan ketiga, Thanatos yang menghilang entah kemana. Ketiga masalah ini adalah masalah utama berjangka panjang yang harus dihadapinya ketika levelnya sudah tinggi. Sekarang, levelnya bahkan belum menyentuh angka 50; belum layak mendapatkan Advanced Job.

Bukan masalah. Kali ini dia pasti akan mencapainya.

"Apa benar aku akan tetap dapat level walau tidak ada di tempat?" Valen mengangguk. Ringo masih tidak percaya pada pendengarannya. Rencananya adalah pulang bersama Sonia menuju Revere melalui Riviera Forest. Tentu saja ia ingat soal bos bunga tentakel brengsek itu. Awalnya, ia berencana untuk menghindar dengan cara dibawa terbang oleh Sonia. Dia bisa mengukur kekuatan budaknya semana, dan dia juga dapat menghindari pertarungan yang tak penting. Dua burung satu batu, bisa dibilang.

Datanglah Valen tiba-tiba mengatakan kalau mereka yang akan mengurusnya. Ringo sejak tadi berusaha menolak bantuan mereka. Buat apa bermain apabila selalu dibantu? Apalagi bantuannya sampai melawan Boss Monster. Dibantu hanya karena salah seorang dari mereka adalah mantan pacarnya.

Bodoh sekali.

Sebelum Ringo bisa mencari pertanyaan lain, Trash bertanya kepadanya,"Kenapa kau seperti tidak mau dibantu, Ringo?" Valen dan Eleanor menatap Trash tidak percaya, tapi Ringo terkekeh pelan seolah mengiyakan sang petarung. Tetap saja pasangan kakak-adik itu tidak mengerti. Sahaquiel mengucapkan maaf dengan pelan kepada Ringo karena betapa keras kepalanya tuan dan kakak tuannya.

"Heh, aku ada rencana. Tenang saja," kata Ringo penuh percaya diri. Eleanor mengangguk-angguk cepat, tanda si Acolyte sudah mendapatkan restu Summoner terkuat di Wyburn Online untuk melakukan rencana anehnya.

Tunggu, kenapa dia butuh restu mereka ini?

"Dan seingatku, aku tidak perlu minta izin kalian untuk melakukan apapun. Aku akan melakukan ini dengan caraku sendiri. Terima kasih." Ringo berbalik lalu berlari dengan cepat keluar dari bangunan Barong Garuda.

...

"Tuan, anu..."

"Kau tidak bisa melakukannya?"

"Sebenarnya, aku tidak terlalu yakin. Mengangkat tiga orang bersamaan... rasanya susah sekali."

Ya, tiga orang. Yang pertama, Ringo tentu saja. Yang kedua, orang yang di-Ban selama satu hari karena mengeluarkan Limit Break: Shiori. Dan yang terakhir, orang yang mati dalam pertarungan melawan Lake Drake, Killa.

Rasanya lama sekali sejak Ringo bertemu mereka, padahal hanya satu hari.

Ketika Ringo sedang mencari Sonia, ia melihat notifikasi kalau kedua teman Party-nya sedang online. Owen sudah keluar dari Party jika kalian bertanya. Awalnya mereka berbincang singkat, dan Ringo mendapat kabar baru mengenai sistem Wyburn Online. Mereka yang mati akan di-Ban satu hari seperti menggunakan Limit Break, ditambah pengurangan satu level. Untuk pemain level rendah, kehilangan satu level sudah terasa berat. Untuk pemain level tinggi.... Ada alasan kenapa Cosmic Flower kehilangan banyak anggotanya.

Sungguh sebuah sistem yang menjengkelkan.

"Jadi, bagaimana ini, Ringo? Kau punya ide?" Pertanyaan Killa adalah pertanyaan yang cukup mudah dilontarkan. Mengharapkan jawabannya dengan cepat bukanlah hal yang mudah jika yang ditanya adalah orang biasa.

Ringo termasuk orang biasa di Wyburn Online.

"Kalau begitu, kau angkat saja kami satu-satu, Sonia." Sonia tidak terlihat yakin. Ringo sendiri sebenarnya juga tidak yakin, tapi dia punya alasan tersendiri. Dan lagi, jika Sonia butuh waktu lama untuk mengantarkan Shiori dan Killa, lebih baik. Semakin lama Sonia menjalankan tugasnya semakin lancar rencananya berjalan. Yang berarti, ketidakmampuan Sonia menjalankan tugasnya dengan cepat sekarang adalah hal yang menguntungkan bagi Ringo.

Ringo merasa jahat karena memikirkan rencana seperti ini.

"Sonia, berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengantar mereka?"

"Kurasa sedikit lama, kira-kira lima menit per orang. Itupun kalau tidak ada gangguan."

"Mantap. Laksanakan tugasmu." Sonia mengangguk. Ringo langsung memulai rencananya.

Dia log out.

...

"Ahhhhh.... Enaknya," kata Bobby setelah melakukan peregangan ringan. Meskipun ZetaVirus berusaha membuat tubuh tetap fit ketika sedang bermain game, tetap saja badan menjadi kaku karena tak bergerak. Melakukan peregangan adalah salah satu hal yang bisa dilakukan setelah bermain dalam waktu lama.

Tentu saja, mengatakan orang yang melakukannya sedikit bahkan sudah melebih-lebihkan.

"Oke, makan dulu, terus telepon mamak. Sip." Bobby memilih memakan makanan yang cukup simpel. Makanan yang tidak memerlukan banyak cingcong dalam pembuatannya. Makanan yang sangat sederhana bahkan anak kecil pun bisa membuatnya. Ditambah lagi dalam prosesnya kita bisa melakukan hal lain, seperti menonton TV seperti rencana Bobby.

"Pop Mie banzai." Buka penutupnya, taburkan semua bumbu yang telah diberikan, tuang air panas sampai merendam mienya, tutup menggunakan garpu dan tunggu beberapa menit.

"Nice. Waktunya nonton." Apa yang ditonton Bobby bukanlah sebuah rahasia lagi. WyHot News. Tidak banyak berita baru yang disampaikan selain penyerangan The Yellow Sect diberbagai tempat. Bobby sendiri sudah yakin kalau Sect itu pasti melakukannya dalam skala besar, mengingat anggota yang menyerang di kota Lindbeck saja termasuk banyak.

"Ah ya sudahlah. Makan dulu," ucapnya sambil mengganti channel TV-nya menjadi sesuatu yang lebih santai.

"Are you ready, kids?"

...

Dia bukanlah orang yang banyak bicara. Ketika bekerja, dia adalah orang yang langsung to the point dan tak akan peduli dengan perasaan orang lain, asalkan pendapatnya dia suarakan. Apabila diajak berekreasi, dia hanya akan menonton dari jauh. Tidak, dia tidak bisa dikatakan tidak punya hati. Jika seseorang bersikap seperti itu bahkan kepada orang tuanya, kau pasti tahu kalau orangnya keras kepala.

Memang, Elroy terkenal sebagai pria yang no bacot.

Bekerja di perusahaan Hilburton cabang Indonesia membuat jam bebasnya sangat tipis. Orang-orang mungkin akan mengatakan kalau kerjanya hanya dibelakang meja, tapi sebenarnya dia sudah sering terjun ke lapangan. Jam-jam bebasnya hanya pada malam hari, itupun jarang. Pengeboran minyak butuh waktu dan ketekunan yang banyak.

Kedatangan orang tua dan saudaranya adalah alasan yang cukup bagus untuk cuti selama tiga hari.

"Jadi, kayak mananya uang itu? Lancarnya?" Tanya ibunya dengan nada bercanda.

"Ya, emang mau kayak mana rupanya, mak? Lancar ya lancar aja kayak biasanya," jawab Elroy ketus. Tidak ada satupun orang yang terkejut dengan nadanya menjawab orang tuanya. Tentu saja, satu keluarga, selain Bobby, sudah berkumpul di apartemen tempat Elroy tinggal. Waktu cutinya tinggal satu hari lagi, dan dia ingin menghabiskan waktunya dengan keluarganya yang tinggal jauh darinya.

"Woi, Roy,"

"Apa, Fer?"

"Main Wyburn kau?" Pertanyaan Ferdy membuat sebuah perempatan imajiner di dahi Elroy. Memang dia jarang membahas Wyburn, tapi bahkan dia pun tahu kalau Wyburn itu adalah game yang paling hype saat ini. Bahkan, menurut kabar burung yang beredar, orang-orang terkenal seperti presiden Indonesia dan pemimpin terkenal dunia lainnya beserta keluarga mereka ikut bermain. Elroy tak mempercayainya tentu saja.

"Iyalah, bego. Gak mungkin gak main aku." Ingat, Ferdy adalah abang dari Elroy. Menghina satu sama lain adalah kebiasaan di dalam keluarga yang terdiri atas sepasang orang tua dan empat pria bersaudara ini.

Ferdy terkekeh pelan. "Beh. Gak nyangka aku kau bisa main padahal waktumu padat gitu."

"Sepele kau samaku. Gak ingat kau aku belajar sampai jam 4 pagi dulu dari pulang les? Dedikasi itu penting." Ferdy hanya mengangguk pelan. "Lagian, bukannya kalian berdua yang waktunya lebih gak jelas dari aku?"

Kali ini Shin, adik pertama Elroy, mengeluarkan suaranya. "Jadi budak pun, kampret. Syukur aku bisa main. Levelku segitu-gitu aja gak naik-naik."

Ferdy mengangguk setuju, tapi dia terlihat lebih rileks dibanding adiknya yang memasang tampang jijik. "Namanya juga kerjaan ilegal. Tahankan aja," katanya santai. Shin memberikannya jari yang paling ikonik dalam kondisi saling mengejek.

"Udahlah, kalian semua. Mamak sama papa gak ngerti apa kalian bicarakan." Memang, kedua pasangan tertua di ruangan itu terlihat kebingungan dengan apa yang mereka bicarakan. Wyburn memang bukanlah seperti permainan berkebun atau menyamakan permen yang biasanya dimainkan para orang tua.

Sebelum Elroy sempat menjawab, suara ponsel dari ibunya berbunyi. Elroy mengangkat alisnya ketika ibunya menyodorkan gadget itu kearahnya. Melihat nama yang memanggil, ia langsung mengerti.

Waktunya mengejek.

"Halo?"

"Mana mamak?"

"Kenapa? Gak tahu kau dimana sempakmu?"

"Tunggulah bertanduk kucing baru bisa gak tahuku dimana sempakku." Suara Bobby terdengar kesal dari seberang. Dia, Shin, dan juga Ferdy tertawa kecil sementara kedua orang tua mereka hanya bisa tersenyum kikuk.

"Ada masalah apa kau nelpon?"

"Gak ada. Mau nelpon aja. Salah rupanya?" Tidak. Seorang anak yang menelpon orang tuanya karena khawatir memang cukup jarang, tapi Bobby adalah orang yang sangat, sangat khawatiran bagi orang yang mengenalnya. Ini adalah salah satu situasi dimana kekhawatirannya sedang memuncak karena sesuatu.

Palingan Wyburn.

"Ya, gak salah, sih. Fine-fine sajanya mamak, tenanglah kau."

"Oh yaudahlah. Itu ajanya mau kutanya. Udah, ya?"

"Sip."

Telepon pun diputus.

...

"Aku masih merasa jengkel, tuan," ucap Sonia dengan nada rendah sembari menyayat seekor Killer Rabbit yang meloncat kearahnya. Ia melemparkan kelinci itu dan melanjutkan terbangnya tanpa memperdulikannya lagi.

"Salahkan perkiraanmu, Sonia. Jangan salahkan aku." Ringo mengangkat Shipsbane Sword untuk menangkis serangan dari salah satu Dusk Worm yang menyadari keberadaannya. Sang Acolyte membalas dengan melemparkan pedangnya ke cacing itu. Sonia yang mengakhiri riwayat si cacing sembari mengambil pedang tuannya.

"Kalian budak sama tuan tapi tingkah kalian tidak mencerminkannya."

"Camkan ini baik-baik, ya. Aku Ringo, orang yang paling tidak peduli soal akal sehat di dalam game." Killa hanya menghela napasnya. Shiori yang mendengar itu tersenyum dan berkata,"Wah, rupanya bukan aku juga yang gak peduli sama akal sehat."

"Lu mah bego."

"Dih!"

Ketiga pemain dan seorang budak bergerak cepat melewati Riviera Forest dan mencapai Riviera Plains dalam waktu singkat. Wolf yang berkeliaran di sana hanya membiarkan mereka berempat lewat, bahkan ada beberapa serigala yang memberikan Sonia anggukan pelan. Sonia membalas mengayunkan tangannya.

Mungkin Animan mengerti bahasa hewan, pikir Ringo.

"Wah, cepat juga kita sampai," ucap Ringo.

"Kau yang merasa cepat. Kami bosan nunggu kau tadi." Entah mengapa Ringo merasa kalau Killa menjadi semakin jengkel dengannya. Ah, sudahlah. Mungkin lagi PMS.

"Jadi, ini Revere, tu-- wha?!" Ketika mereka masih jauh dari Revere, mereka tidak melihat adanya tanda-tanda pertarungan. Tetapi ketika mereka sudah sampai di gerbangnya, mereka bisa melihat kalau anggota-anggota The Yellow Sect sudah menguasai kotanya, tampak dari penjaga gerbangnya yang ternyata adalah anggota Sect itu.

"Untung saja mereka pakai baju mencolok begitu. Kalau tidak kita tidak akan tahu kalau mereka anggota The Yellow Sect." Ucapan Killa adalah pernyataan yang selalu berada di pikiran Ringo ketika memainkan game dimana tim orang jahat yang punya seragam khusus menguasai sebuah kota. Mungkin ingin pamer kalau mereka hebat.

"Jadi, gimana ini, Ringo?" Kali ini, Ringo bisa menjawab pertanyaan yang diberikan Shiori dengan cepat dan singkat. Bahkan hanya dengan satu kata.

"Sonia?"

Yang dipanggil menggelengkan kepalanya lelah.

...

Kota Revere adalah kota yang dikelilingi dinding-dinding batu sebagai pembatas kotanya, dengan beberapa gerbang serta jembatan angkat sebagai pintu memasuki kota tersebut. Tentu saja semua orang yakin kalau perlindungan seperti itu cukup untuk melindungi semua yang ada di dalamnya dari serangan biasanya.

Nah, kali ini, Ringo dan kawan-kawannya memilih rencana yang tidak biasa.

"Kalian... bertiga... berat...!"

"Bukankah surnia ulula seharusnya bisa mengangkat berat manusia dengan mudah?" Tanya Shiori. Ringo tidak mengerti apa maksud dari Revenger itu, dan reaksi Sonia menunjukkan kalau dia juga tidak mengerti.

"Ini dia bicara apa, Killa?"

"Shiori itu fans burung." Jawaban Killa membuat Ringo sedikit tertarik untuk menanyakan apa itu surnia ulula, tetapi situasi saat ini bukanlah situasi yang tepat untuk menanyakan hal-hal seperti itu.

"Kalau boleh... bertanya... surn... ia ulula... itu apa...?"

Sonia memiliki pemikiran yang berbeda dengan Ringo. Tentu saja, Sonia masih anak-anak. Tidak heran jika mendengar sesuatu yang kedengaran seperti bahasa sihir-- ralat, bahasa dewa, baginya adalah hal yang luar biasa menarik.

Ketika mengangkat tiga orang dengan menggunakan kedua kaki dan tangannya? Bukan ide yang bagus. Apalagi Ringo sedang diangkat gaya gendongan tuan putri. Sang Acolyte sedikitpun tidak punya masalah digendong seperti itu.

"Surnia Ulula itu burung hantu elang utara, kalau dari tempat kami."

Ringo langsung menutup informasi berlebihan yang keluar dari mulut Shiori setelah kalimat itu. Burung hantu elang utara? Nama yang membingungkan. Tidak ada gunanya mempelajarinya meskipun sebenarnya Ringo mendapati kehidupan hewan sebagai hal yang menarik.

Mungkin, dia akan memeriksanya ketika dia selesai bermain. Internet itu luas.

"Kita... sudah... sampai...!" Sonia menurunkan Shiori, Killa, dan Ringo di atas dinding batu pembatas kota Revere. Memang dinding tersebut tidaklah tinggi maupun luas, tapi tetap saja sanggup bagi mereka untuk berdiri. Dan anggota The Yellow Sect tidak terlihat sejauh mata memandang di atas dinding.

"Ringo, lihat!" Killa dengan cepat mengarahkan jarinya ke suatu arah, dan ketiga orang lainnya mengikuti arah tunjukan si Ranger. Ringo langsung ingin mengutuk karena penglihatan Ranger jauh lebih tajam dari Job lainnya. Terkadang para pemain lupa akan hal itu.

"Emangnya apa--"

"Bayle, Hayabusa, dan Noctis dalam bahaya!"

Ringo langsung mengeluarkan Shipsbane Sword dan Cerberus Mace-nya.

"Kalian bertiga, bersiaplah. Aku tidak punya rencana kali ini. Cukup kalian hajar saja semua yang menghalangi kalian. Tujuan kita: menyelematkan mereka bertiga."

Sonia mengangkat kedua pisaunya, sayapnya ia lebarkan. Killa mengangkat busur dengan tiga buah anak panahnya pada kedua tangannya. Shiori menumbuk-numbuk kedua tinjunya satu sama lain. Ringo tersenyum melihat persiapan mereka bertiga.

"It's showtime!"

...

AN: Author ini sungguh menyebalkan, bukan? Janji mingguan, tapi updatenya malah malam. [kekw]

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top