6| Payung

Beruntung, Rui menyelamatkan (Name) dari kejadian kemarin. Temannya itu menyeretnya keluar gym dan membiarkannya pulang tanpa memperdulikan Atsumu yang memanggilnya.

Maka dari itu, hari ini (Name) banyak-banyak berdoa agar terhindar dari suasana menyebalkan seperti kemarin.
Pagi ini ia menikmati sepotong roti yakisoba untuk menu sarapannya, dibawah pohon sambil menikmati jernihnya udara pagi hari cukup menenangkan baginya.

Cerita bermula dari pagi hari. Alam menyapa dengan pagi hari, dan kesempatan baru, juga diawali dengan pagi hari.
Seseorang akan rugi, jika tidak menikmatinya.

"Hee~ aku menemukan bidadari disini!!"

"Tsk, Urusai Tsumu!"

"(Name)-chan!"

"?!"

Runtuh sudah ketenangan (Name). Atsumu datang dan seenaknya duduk disamping (Name), sedangkan Osamu hanya berdiri.

"Apa tidurmu nyenyak? Kau sering memimpikan aku huh?"

"Setidaknya berikan pertanyaan yang bermutu, bodoh!" Komentar Osamu.

"Diam kau kuso Samu! Pergilah! Jangan ikut campur!" Usir Atsumu.

"Apa tuan Atsumu ini kurang mengaca? Aku bisa membelikanmu kaca 3 dimensi kalau mau."

"Apa maksudmu teme?"

"Yappari, orang bodoh mana mungkin bisa mengerti.

"HAH?!"

Mereka terus saja berdebat sampai melupakan keberadaan (Name). Telinga (Name) sudah gatal menerima ocehan Miya kembar, ibarat burung beo jika Atsumu berkata sesuatu Osamu pasti akan menirukannya dengan maksud mengejek.

(Name) berdiri tanpa berkata apapun dan itu mengakhiri perdebatan si kembar.

"(Name)-chan, ayo pergi bersama!" Ajak Atsumu.

"ie."

"Biarkan aku mengantarmu sampai ke kelas!"

"ie."

"Kalau begitu waktu istirahat."

"ie."

"Ja.. waktu pulang?"

"ie."

Atsumu cemberut, jawaban singkat (Name) melukai perasaannya.

"(Name)-chan, kapan kau tak akan bersikap dingin padaku huh?"

"Kapan aku bersikap dingin?"

"Setiap hari!!" Rengek Atsumu.

"Ohh."

"Hidoi yo hidoi yo! Moo isso boku no karada o!" Osamu dengan kurang ajarnya bernyanyi kecil dibelakang mereka. Untuk mengejek Atsumu tentunya.

Disepanjang koridor, para gadis banyak menyapa Miya kembar. Beberapa diantaranya berbisik tentang (Name) yang akhir-akhir ini selalu bersanding dengan Atsumu.

"Dare?"

"Dia selalu bersama Miya-senpai setiap hari."

"Murid pindahan itu kan?"

"Bukankah itu keterlaluan? Dingin sekali."

"Ssstt diam! Apa kau mau dimarahi Atsumu-san lagi?"

(Name) tak peduli dengan bisik-bisik itu, membuang tenaga dan waktu.
Sebab terlalu fokus untuk menatap ke depan, ia tak menyadari bahwa Atsumu ikut masuk kelas bersamanya.

"Oi itu bangku ku! Menyingkirlah!" Protes Osamu. Sifat keras kepala saudaranya membuat Osamu terpaksa mengungsi ke bangku Suna yang berada di depan.

Suna yang tidur nyenyak menjadi jatuh sebab Osamu mendorongnya dengan paksa. Dari kemarin, Suna selalu menjadi korban Osamu. Beruntung bukan korban janji.

Sebab acara tidurnya terganggu, Suna kembali merebut bangkunya dengan mendorong Osamu juga.

Disisi lain, Atsumu masih saja mengamati kegiatan (Name).

"Kenapa kau masih disini?"

"Eh aku?" Tunjuk Atsumu pada dirinya sendiri. "Aku akan menjadi pelindungmu!"

"Aku tidak membutuhkan hal semacam itu." Jawab (Name). Atsumu kicep seketika.

"Aha ha ha─aha! Aku tidak akan mengganggu, lanjutkan saja pekerjaanmu, abaikan saja diriku!"

Atsumu termakan omongannya sendiri, ia benar-benar di abaikan oleh (Name). Atsumu gelisah sebab (Name) yang menfokuskan membaca komik horor tanpa ekspresi.

"(Name)-chan menyukai komik horor ya.." Gumamnya.

"Jarang sekali ada gadis yang menyukai hal berbau horor, yappari (Name)-chan memang berbe─akhh!"

"Oi sialan, apa yang kau lakukan disini hah?"

"Rui?" Kejut (Name)

"Ah ohayo (Name)-chan~"

"Dasar gadis muka dua!"

Perempatan imajiner muncul didahi Rui, mungkin jambakan tadi kurang bagi Atsumu. Belum sempat menghajarnya lagi, bel masuk sudah berbunyi. Atsumu lagi-lagi terusir.

***

"Hujan."

"Hmm, di musim panas seperti ini."

(Name) dan Rui menghabiskan waktu pelajaran terakhir diperpustakaan, ada kerja kelompok yang harus mereka selesaikan bersama anak-anak sekelas tentunya. Mereka berdua memutuskan kembali ke kelas sambil menunggu hujan reda.

"Gomen (Name)-chan, aku tidak membawa payung." Ucap Rui.

""Kenapa kau minta maaf padaku? Tidak perlu."

"Huh, andai saja eh?" Ekspresi Rui berubah cerah disaat melihat Suna.

"Sunasunasuna!"

"Hmm?" Jawab Suna malas.

"Itu! Boleh aku meminjam payungmu?"

Suna menunjukkan payungnya, namun tiba-tiba Rui merebutnya paksa dan kembali menghampiri (Name).

"Arigatou Suna-sama!"

"Oi!"

"Rui!" Tegur (Name).

"Daijoubu daijoubu, Suna sendiri tidak mempermasalahkannya nee Suna?"

"Terserah kau." Suna meninggalkan kelas.

"Ja, ayo kita pulang!"

Suna berjalan malas dan ia pun bertemu dengan si kembar yang tengah berdebat di ujung koridor.

"Suna!!─"

"Payungku diambil Rui." Jawab Suna seakan tahu apa yang akan diminta si kembar.

"Payung ini tidak akan muat huh!" Harapan mereka hanya satu payung yang ditangan Osamu

Mereka menunggu sampai ada orang yang benar-benar berbaik hati memberikan payungnya.

"(Name)-chan bagaimana ya?"

"(Name) bersama Rui." Jawab Suna.

"N-Nani?" Atsumu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah itu, ia merebut paksa payung saudaranya.

"Sampai nanti!"

"Oi teme!!"

Disisi lain, Rui mendapat telepon dari adiknya. Ia berubah menjadi khawatir sebab adiknya berkata kalau sedang sakit di uks sekolah.

"(Name)-chan akan ku panggilkan taksi."

"ie, halte busnya dekat. Kau pergi saja." Ucap (Name) yang mengerti keadaan temannya itu.

"Gomenne (Name)-chan!"

Rui meninggalkan (Name) sendirian, namun kesendiriannya itu tak berlangsung lama sebab Atsumu datang mengendap-endap dibelakang (Name). Disaat Atsumu mulai membuka payungnya dan mulai memayungi (Name), bersamaan dengan itu (Name) memakai tudung jaketnya.

"Apa kau mau berbagi─eh (Name)-chan!!" Atsumu panik sebab (Name) berlari menembus hujan.

"Hei! (Name)-chan!" Atsumu mengejar (Name) bersama dengan payungnya.

"Kita bisa berbagi!"

"Tidak."

"Kau akan terkena flu!"

"Lupakan saja!"

Atsumu berhenti sejenak dan mendesah kesal sambil memandang (Name) yang masih berjalan. Ia menyerah dan mengikuti (Name) tanpa menggunakan payungnya.

Tiba-tiba Atsumu melempar payungnya tepat disamping (Name).
(Name) berhenti dan menoleh ke Atsumu.

"Aku mengerti, kau ambil saja payungnya. Aku tidak akan mengganggu mu lagi." Atsumu berjalan mendahului (Name).

"Untuk apa? Aku tidak mau!" (Name) melempar kembali payung itu disamping Atsumu. Ia kembali berjalan ke arah halte bus.

"Kau sangat keras kepala."

Atsumu menyerah dan memilih untuk memakai payungnya.

"Lah? Rusak."


(Name) sampai dihalte bus dengan seragam basah kuyup, meskipun ia memakai jaket tapi air hujan bisa menembusnya.
Disaat ia menoleh dia mendapati Atsumu yang basah kuyup juga.

"Kau tidak pergi? Kenapa kau mengikutiku sampai kemari?" Tanya (Name).

"Hanya ingin menghindari hujan sebentar!"

(Name) diam tak berkata apapun lagi, hingga sebuah jersey berwarna merah tersampir dipundaknya.

"Pakailah!"

Belum sempat mengadu, Atsumu sudah berlari meninggalkan (Name).
Jersey berwarna merah dan bertuliskan 'klub voli inarizaki' itu memberi kehangatan bagi (Name) walaupun cuma sedikit.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top