17| Pembully
Setelah membaca secarik kertas itu, bukannya merasa iba tapi (Name) justru semakin kesal. Mengingat perbuatan Atsumu tadi tentunya, tepatnya konsep dari klub siaran yang memaksa hal yang sama sekali memalukan.
(Name) berniat untuk kembali ke klubnya, namun ia disambut tatapan tak menyenangkan dari orang-orang. (Name) sudah tahu alasannya. Ia berusaha mengabaikannya hingga sekelompok pengganggu datang mengerubungi (Name). Salah satu dari mereka merupakan seorang gadis yang pernah mengganggunya dulu.
(Name) menghindari mereka, namun salah seorang pengganggu itu menjambak rambut (Name) hingga ia oleng ke belakang. (Name) meringis dan mencoba melepaskan diri.
"Hei jalang, berani sekali kau memperlakukan Miya-senpai seperti itu?" Katanya semakin kuat menjambak rambut (Name).
"Lepaskan!" Suruh (Name).
Gadis tadi malah menarik rambutnya semakin kuat hingga (Name) terpaksa berdiri.
"Kubilang lepaskan!" Suruh (Name) lagi.
"Dasar gadis tidak tahu diri!"
(Name) merasa punggungnya nyeri sebab tiba-tiba dirinya didorong ke tembok. Suasana menjadi riuh sebab keributan ini, bahkan panitia bunkasai kewalahan menghadapi gerombolan pengganggu ini. Ya, dia kalah jumlah. Jadi saat ini mereka hanya bisa meringis menonton (Name) yang diperlakukan kasar.
"Dengar ya gadis sialan, kau pikir kau akan aman jika terus didekat Atsumu-san? Tidak! Setelah perbuatanmu di atas panggung, kami tidak akan segan-segan menghajarmu!" Tambah gadis yang lain.
"Bisa-bisanya Miya-senpai melindungi gadis kurang ajar sepertimu!" Celetuk yang lain lagi.
Keadaan semakin buruk, murid yang menjadi penonton kali ini berbisik-bisik biruk tentang (Name).
"Bukankah dia si dingin itu?"
"Ya, dia yang mempermalukan Miya Atsumu-san."
"Hehh hidoina~"
"Bukankah ini sudah kelewatan?"
Para pengganggu itu terus saja menyudutkan (Name) dikala ia berusaha berdiri. Bahkan sekarang dihadapannya sudah ada seember air. (Name) sudah tahu apa yang akan terjadi kali ini tapi ia kalah jumlah.
"Ini tidak seberapa (Name)."
(Name) menutup matanya kala siraman air dingin itu ingin mengenainya, tapi seseorang menghalangi nya.
"KALIAN SEMUA GILA?!"
Pelaku yang menghalanginya adalah Sasaki Yua. Pakaiannya menjadi basah terkena air dingin.
"DIMANA AKAL SEHAT KALIAN HAH?! CIH KALIAN SEMUA PENGECUT MAIN KOTOR SEPERTI INI!" Dengan cepat Sasaki menarik (Name) dari kerumunan, gadis itu punya pengaruh besar. Bahkan saat ia melotot saja orang-orang sudah takut pada Sasaki Yua.
Sasaki dan (Name) berhenti didekat tangga dimana tidak ada orang disana alias sepi.
"(Name) daijoubu?" Tanya Sasaki cemas. (Name) masih diam, lalu tangannya terulur untuk mengambil pita telinga rubahnya yang sempat jatuh dari tangan Sasaki.
"Bagaimana bisa mereka melakukan ini padamu huh? Aku muak dengan iblis-iblis itu!" Ucap Sasaki sembari mengelap pakaiannya yang basah. Kakak kelas (Name) itu terus saja mengomel.
"Bisakah kau berhenti senpai?" Sasaki terdiam tiba-tiba sebab perkataan (Name).
"Apa maksudmu (Name)?"
"Sudahi saja sandiwaramu. Aku tahu senpailah yang menyuruh mereka."
Sasaki memasang wajah bingung, "Hei, apa yang kau katakan?"
"Seperti apa yang kubilang, sudahi saja sandiwaramu senpai dan juga dari dulu aku tidak berharap mendapat bantuanmu."
Raut wajah Sasaki berubah, gadis itu mendekati (Name) dan memegang kedua pundaknya.
"(Name).. sekarang kau menuduhku?" (Name) sama sekali tidak terganggu dengan tatapan horor Sasaki.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku yang menyuruh para pengganggu itu hehh? Haha hahaha!" Kata Sasaki diakhiri gelakan tawa diakhir.
"Ternyata penilaianku salah, kau lebih pintar dari dugaanku wohh!" Sasaki bertepuk tangan, "Sekarang beritahu, apa kau melihatku sedang memerintah mereka huh?"
"Ie, hanya firasat. Saat kejadian dikamar mandi tepatnya disaat pertama kali kita bertemu seharusnya kau bertanya kenapa hal itu bisa terjadi padaku, bukan menanyakan siapa yang telah menggangguku. Dan juga kau selalu muncul setelah aku diganggu, bukankah itu aneh?" Jelas (Name).
"Untuk apa kau memaksakan diri untuk bersandiwara membantu gadis yang kau benci senpai? Aku masih belum mengerti apa alasanmu melakukan hal tidak berguna seperti ini?" Tambahnya.
"Hehh dingin sekali.." Tangan Sasaki merambat ke rambut (Name) seolah ingin menjambaknya, namun (Name) segera menepisnya hingga Sasaki jatuh terduduk.
"Kau butuh alasan? Aku akan beritahu nanti, tunggu saja (Name)."
"Gadis gila." Umpat (Name) sebelum benar-benar pergi meninggalkan gadis jahat tersebut.
***
Hari kedua bunkasai sekaligus hari penutup festival, semakin ramai pengunjung. Dari para murid, guru, keluarga, hingga orang luar semakin ramai berdatangan. Sedangkan tatapan serta bisikan kurang menyenangkan semakin memenuhi pendengaran (Name). Sejujurnya ia tengah menahan emosinya sembari melayani para pengunjung. Sekarang ia tengah melamun hingga suara gebrakan meja menyadarkannya.
"Heh pembully! Klub kita jadi sepi gara-gara perbuatanmu!" Teriak kesal salah seorang anggota klub manga.
"Melihatmu yang diam saja membuatku semakin kesal!"
"Jangan sok polos kau pembully sialan!"
Rui yang duduk disamping (Name) beranjak berdiri berniat ingin menentang ucapan itu.
"Jangan berbicara seperti itu jika senpai belum tahu kebenarannya!" Bela Rui.
"Kenapa kau membela seorang pembully? Apa kau membantunya?"
"Yamenasai!" Lerai Kariu, sang ketua menyuruh anggotanya untuk tetap tenang melayani pengunjung.
Satu lagi yang ketinggalan, (Name) telah dicap sebagai pembully setelah foto dirinya dan Sasaki tersebar di web sekolah. Dimana dalam foto itu Sasaki yang terlihat jatuh terduduk dengan (Name) yang berdiri sambil menatapnya datar seolah membuat (Name) berperan menjadi pembully, ditambah dengan captionnya yang menyebutkan (Name), si murid baru kurang ajar yang berani membully anak kepala sekolah dengan keji.
Maka dari itu, sedikit demi sedikit semua murid menjauhi (Name) dengan percaya informasi konyol itu.
Sampai saat ini pun ia masih diam saja, tidak berkata apapun, karena itu murid-murid semakin menyakini (Name) sebagai pembully.
Kabarnya sampai ditelinga para guru, hingga (Name) dipanggil untuk menghadap ke kepala sekolah pada siang hari. Ia sudah menebaknya, Sasaki adalah anak dari kepala sekolah. (Name) mendapat peringatan dan teguran keras langsung dari kepala sekolah, tentunya hal ini mempengaruhi kehidupan (Name) di SMA Inarizaki.
"Bagaimana rasanya menjadi seorang pembully?" Lagi-lagi Sasaki menghadangnya. (Name) berusaha menghindari, tapi pengikut Sasaki justru menahan kedua tangannya.
"Pasti menyenangkan bukan hahaha!"
(Name) tetap memberontak walaupun tahu ia akan kalah.
Tubuh (Name) dihempaskan masuk ke dalam gudang. Lantai yang kotor dan penerangan yang minim semakin membuat suasana jadi horor.
Plakkk!!
Pipi kananya ditampar, lalu rambutnya kembali dijambak. Kepala (Name) menengadah menatap tatapan benci Sasaki.
"Kau pikir aku tidak bisa melakukan ini sendiri huh?" Pipi (Name) kembali ditampar sampai ia oleng.
(Name) tiba-tiba tersenyum remeh, "Hanya ini yang bisa kau lakukan?"
Sasaki geram, lalu ia menendang (Name) dengan mudahnya.
"Aku akan menghancurkanmu (Name), aku pasti akan menghancurkanmu!"
"Hancurkan saja, tak masalah. Berperan menjadi pembully huh? Omosiroi!" Balas (Name).
(Name) meringis kala rambut panjangnya kembali dijambak, kuku panjang Sasaki bak kuku setan itu menggores pipi (Name).
"Ternyata kau lebih jalang dari yang ku kira senpai." Balas (Name) lagi, "Ah tidak, kau bahkan lebih gila dari bayanganku. Obsesimu terhadap lelaki begitu menyeramkan."
Semakin (Name) menghina Sasaki, semakin banyak pula luka yang ia dapatkan.
Hingga kalanya Sasaki dan pengikutnya bosan menghajar, (Name) ditinggal sendirian dan dikunci.
(Name) merebahkan dirinya dilantai, tak peduli akan bajunya yang semakin kotor. Ia menatap ke arah jendela dimana sorot cahaya matahari menjadi penerang gudang ini.
Tubuhnya terasa sakit, jadi ia terlalu malas untuk berpikir cara untuk keluar dari gudang. (Name) lelah.
Hingga sorot cahaya dari jendela makin lama makin memudar yang menandakan hari mulai petang.
"Dareka.. tasukete." Lirih (Name).
Suara (Name) terlalu rendah untuk bisa didengarkan. Hingga suara lain menyadarkannya. Yaitu suara pintu kayu yang berderit, menandakan gudang ini telah dibuka.
Siluet yang nampak seperti lelaki menyapa pandangan (Name).
"Keluarlah, permainannya sudah berakhir. Semua akan baik-baik saja (Name)."
Itu suara Miya Osamu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top