12| Berapa nomormu? (1)
Klub voli putra Inarizaki, aliansi yang disebut penantang terkuat ini tengah melakukan pemanasan dipagi hari. Mereka memilih berlari untuk pemanasannya. Dan mereka berlari secara bersamaan tidak sendiri-sendiri, kecuali si Miya bersaudara. Mereka berdua sudah jauh dari rombongan bahkan suara teriakan Aran yang bisa menghancurkan bikini bottom diabaikan oleh si kembar.
Ya itulah rutinitas anak kembar. Mereka tidak mau kalah satu sama lain, Mereka selalu bersaing dalam hal apapun. Dan yang kalah akan menuruti apa kata yang menang.
Dalam pemanasan lari kali ini, Osamu adalah pemenangnya. Sebab Atsumu tersandung ditengah jalan, maka dari itu ia kalah dari adiknya. Ia sama sekali tak terima dengan kekalahan ini karena Osamulah yang menyandung Atsumu menggunakan kakinya.
"Kau curang sialan!" Umpat Atsumu baru saja masuk ke gymnasium.
Osamu hanya menoleh untuk menanggapi dan kembali menyemprotkan air mineral ke mulutnya.
Saat ini Atsumu sudah teler di lantai gym akibat kelelahan berlari dan sembari menunggu yang lain datang.
"Jangan lupa taruhannya Tsumu."
"Hah?! Masa bodo, kau curang Kuso Samu."
"Yang kalah harus menjadi anjing yang menang."
"Kau telah menyandungku, aku bisa saja menang!"
"Kikoenai." Balas Osamu sambil menutup kedua telinganya, Atsumu naik daun, ralat naik darah sebab adik biadapnya.
Sebelum ia melempar Osamu dengan bola voli, Anggota lain keburu datang dan masuk ke gym.
"Oya oya kalian bersenang-senang sendiri?" Imbuh Akagi sambil selonjoran.
Padahal Miya kembar saat ini tengah bertatapan sengit dengan Aran ditengah-tengahnya supaya tidak membuat ricuh lagi, RIP Aran yang selalu menjadi korban dan Shinsuke berperan sebagai penyelamat.
Berkat pengawasan dari sang kapten, latihan berjalan mulus. Meski latihan sudah selesai, Atsumu masih saja melatih jump servenya sesekali ia juga berlatih jump float serve andalannya.
Agar didalam pertandingan nanti ia dapat mencetak servis ace sebanyak-banyaknya.
Ada angkatan kelas 2 yang senantiasa menemani latihannya sedangkan yang lain sudah beberes untuk ganti baju.
Atsumu sudah mencetak 25 kali jump float serves dan baru 7 kali gagal.
Sedangkan Osamu sendiri rebahan dengan paha Suna sebagai bantalnya, ia enak-enak melamun sambil membayangkan onigiri sebagai menu untuk makannya disaat pulang, Suna tak protes dan hanya diam sambil bermain ponsel.
Ginjima lah yang bertugas menghitungi masuknya latihan servenya Atsumu.
"Na, Tsumu." Panggil Osamu.
Hanya suara dentuman bola voli yang menjawabnya. Osamu mendudukkan tubuhnya tiba-tiba membuat Suna kaget.
"Oi Tsumu."
"Hah Apa?" Balas Atsumu.
"Sepertinya (Name) ikut klub."
Atsumu berhenti melempar bola dan mendekati Osamu.
"Hontouni?"
"Hm, aku melihatnya masuk klub manga kemarin bersama Rui." Tambah Ginjima.
"Klub manga?"
"Dia suka membaca komik kan? Pantas saja." Kata Suna yang selaku orang sekelas dengan (Name).
Atsumu diam saja, ia sungguh tidak tahu apa-apa soal (Name) dan ia selalu mendapat info tentang (Name) dari orang lain. Ia tidak suka itu.
Atsumu ingin memastikannya sendiri, ia ingin mengetahui sisi (Name) dengan matanya sendiri.
"Kau tak tahu Atsumu?" Tanya Gin dan Atsumu menggeleng.
"Kenapa tidak kau hubungi saja?"
Atsumu langsung tersenyum senang mendengar ide dari Suna. Beberapa saat kemudian ia membeku.
"Ada apa?"
"Jangan bilang.."
"Aku tidak punya nomor ponselnya."
Semuanya tepok jidat, haduh Atsumu sebenarnya berniat mendekati (Name) atau tidak sih? Begitu pikir kawan-kawannya.
"Aku ada." Kata Suna
"Stoppp!! Biar aku sendiri yang mendapatkannya."
Mendengar hal itu dari Atsumu, Osamu diam-diam membuka ponselnya dan ingin mengirim nomor (Name) ke ponsel Atsumu.
Alasan Osamu dan Suna yang tahu nomor ponsel (Name) karena mereka tahu dari grup kelas tentunya.
"Jangan lakukan apapun kau Samu!" Namun, dia ketahuan Atsumu.
"Padahal kau bisa saja minta nomornya ke Osamu kalau tidak bisa ke Suna." Tanggap Ginjima.
Atsumu menyilangkan kedua tangannya sembari berkata "BIG NO!!"
"Biarkan saja."
***
Akibat kalahnya dari taruhan tadi pagi, Atsumu dengan berat hari harus menuruti apa mau Osamu. Adiknya memberinya perintah untuk membeli ramen yang jaraknya dari kedai membutuhkan waktu 10 menit jalan kaki.
Sebab mereka kehabisan ramen dan ibu mereka belum pulang, mau tak mau harus beli yang sudah jadi.
Padahal Osamu tadi sudah makan banyak dibandingkan dengannya, dasar perut karet.
Kedai yang dihampiri Atsumu cukup ramai, mungkin karena hari sudah petang dan orang-orang membutuhkan menu untuk makan malam tentunya.
Atsumu duduk di meja yang cukup dekat dengan kasir, ia berniat untuk membungkuskan ramen untuknya dan adiknya.
Namun, netranya menangkap sosok yang sangat dikenalnya yaitu (Full Name).
"Geh?! (Name)-chan?" Kaget Atsumu.
(Name) yang merasa namanya disebut pun menoleh, ia tak kalah terkejut melihat keberadaan Atsumu. Terbukti dengan mata ngantuknya yang sedikit melebar.
Disamping itu Atsumu masih memperhatikan (Name), gadis itu berbalut apron berwarna putih. (Name) masih saja memasang wajah datarnya ketika mencatat pesanan pembeli.
Atsumu malah senang sendiri, ia bisa melihat sisi (Name) yang ini dengan matanya sendiri. Keinginannya dikabulkan.
"Mungkin kita berjodoh (Name)-chan." Gumam Atsumu gila.
Sekarang giliran (Name) untuk mencatat pesanan Atsumu.
"(Name)-chan, kau bekerja disini? Kenapa?" (Name) tak menjawab, masih setia memasang wajah datar dan memegang pulpennya.
"Jangan-jangan, kau anak pemilik kedai ini?"
"Sebutkan pesananmu!" Balas (Name).
Atsumu cemberut, lalu ia mendapat secuil ide cemerlang.
"Aku akan menuliskannya sendiri." (Name) menuruti Atsumu, ia menyerahkan pulpen dan catatan kecil itu pada Atsumu.
"Onegai ne!" Ucap Atsumu bersemangat sembari menyerahkannya.
Mata (Name) membulat lalu ia menatap malas ke Atsumu.
"Aku pesan nomor ponselmu!"
(Name) merobek selembar catatan yang ditulis Atsumu tadi. Lelaki berambut kuning itu melongo.
"(Name)-chan nande?"
"Tolong sebutkan pesanan yang ada dimenu nee." Jawab (Name) formal.
"Dakara, aku memesan nomormu."
(Name) memutar bola matanya malas dan pergi ke belakang.
"Eh? (Name)-chan!" Atsumu yang malang.
Atsumu berakhir membawa pulang dua bungkus ramen, tanpa info nomor ponsel dari (Name). Tapi ia tidak akan diam begitu saja.
***
Meanwhile (Name) :
"(Name)-chan!" Panggil nenek Kaoru selaku pemilik kedai ramen.
"Hai' kaoru-san?"
"Kekasihmu benar-benar tampan, ia menitipkan ini padamu."
(Name) memasang wajah bingung dan menerima sobekan kertas dari nenek Kaoru.
"(Name)-chan hubungi Atsumu disini +81XXXXXXXXX. Jangan lupa disimpan nee!"
Ada ada saja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top