11| Gangguan kecil (2)

(Name) mendengus kesal disepanjang koridor. Ia memegang selembar kertas ditangannya. Tepatnya formulir pendaftaran klub.
Beberapa menit lalu ia dipanggil oleh wali kelasnya. Bukan untuk menyetorkan tugas atau apa ternyata (Name) mendapat ceramah.
Ceramah yang mengharuskan (Name) mengikuti minimal satu klub.

Perkataan Rui tentang peraturan mengikuti klub memang benar, peraturan yang klasik. Tapi tidak ada salahnya, yang penting nilai (Name) tak akan dibawah standar.
Dirinya tengah pusing tujuh keliling, ia mencoba memikirkan klub mana yang memiliki sedikit kegiatan. Sebab (Name) tak mau menghabiskan waktu yang merepotkan hanya demi pengalaman.

Ditengah-tengah melamun, seseorang tak sengaja menabraknya hingga membuat barang bawaannya jatuh berserakan.

"Ah astaga perhatikan jalanmu!"

(Name) membelalak, dia yang telah menabraknya kenapa (Name) yang kena marah. Ia pun ikut memunguti beberapa kertas yang jatuh. Kertas itu bukanlah kertas biasa melainkan desain gambar.
Karena terlalu lama mengamati coretan indah itu, (Name) ditinggal sendiri dikoridor.

"Eh?" (Name) menghela napas, mau tak mau ia harus mengantar beberapa lembar yang tertinggal itu kembali pada gadis tadi. Dan satu-satunya tempat yang bisa membuat desain gambar seperti yang (Name) lihat tadi adalah klub manga.

"Permisi.." Belum ada sahutan, maka dari itu (Name) memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan klub.

"Permi─"

"HUWAAAA GOMENNASAI!"

Kekacauan menyambut (Name) dikala ia memasuki ruangan klub. Ia bisa melihat seorang gadis yang beberapa kali membungkuk meminta maaf, mungkin gara-gara kecerobohannya tadi. (Name) segera menghampirinya dan mengembalikan kertas desain tadi agar urusannya cepat selesai.

"Ano sumimasen, ini barang yang kau tinggalkan."

Semua orang yang berada di klub menoleh ke (Name).

"WAH! ARIGATOU TASUKATTAYO!!" Balas gadis itu dengan bahagia.

"I-ie."

"Kau... Pilih klub manga saja."

"Eh?" Bingung (Name).

***


"(Name)-chan ikut klub manga?!" (Name) mengangguk.

"Aku juga!!" Balas Rui antusias. "Kok bisa?"

"Ya begitulah."

"Yatta! Kita bisa bersama lagi!!" Rui memeluk (Name) berlebihan.

"Yare yare." (Name) segera melepas pelukan itu sebab mereka sedang dalam pelajaran.

Rui mengikuti dua klub disini, klub musik dan klub manga. Sebenarnya ia jarang mengikuti kegiatan klub manga, sebab menurutnya membosankan.

Ditengah-tengah pelajaran, (Name) meminta izin kepada sensei untuk pergi ke kamar mandi.

Disaat (Name) selesai dan ingin memutar kenop pintu kamar mandi, tiba-tiba ia terguyur air dingin.
Ia tak sempat menengok ke atas untuk melihat siapa pelakunya sebab matanya mengabur.
Ia juga dapat mendengar suara gelakan tawa. Sudah pasti hal ini direncanakan sama halnya dengan kejadian dikantin.

(Name) keluar kamar mandi dengan seragam basah kuyup, ia mengaca sebentar untuk memeriksa keadaannya. Beruntung hanya air dingin, bukan zat cair yang berbau busuk.

Sebenarnya ia marah, tapi ia tak mau melakukan hal merepotkan. Maka dari itu (Name) memutuskan untuk mengabaikannya, tak berniat mencari si pelaku. Toh nanti mereka akan berhenti sendiri.
Satu hal yang menjadi tanda tanya besar dipikiran (Name) adalah apa alasan mereka melakukan hal seperti ini?
Membuang waktu saja.

(Name) kembali pusing tujuh keliling sebab ia tak mungkin kembali ke kelas dengan seragam yang basah kuyup. Dan sialnya ia juga tak membawa baju olahraga ataupun baju ganti sebab bukan jadwalnya.
Ia memutuskan untuk keluar kamar mandi dan mencari cara mengeringkannya.

Ditengah koridor, bahunya tak sengaja menabrak bahu orang lain.

"Gomennasai." Ucap mereka bersamaan. (Name) dan seorang gadis yang diketahui angkatan kelas 3 itu saling pandang.

"Daijoubu ka?" Katanya kaget setelah melihat keadaan (Name).

"Ya, aku baik-baik saja." Balas (Name).

"Mou, siapa yang melakukan ini padamu? Astaga!" Ucap kakak kelas itu sembari memegangi tubuh basah (Name).

"Bukan apa-apa, hanya keran yang bocor." Jawab (Name) berbohong.

"Ah aku punya seragam cadangan diloker. Pakailah itu terlebih dahulu. Waktu pulang masih lama, kau bisa kedinginan." (Name) menggeleng penuh.

"Tidak perlu senpai.."

"Sasaki, Sasaki Yua desu. Ikou!"

(Name) digandeng paksa menuju loker yang ditunjukkan.
Sasaki memberikan setelan seragam miliknya kepada (Name).
Hari ini sungguh hari sial sekaligus keberuntungan (Name).

"Apa kebesaran?"

"Ie, Arigatou! Akan ku kembalikan lusa nanti."

"Santai saja ah etto.."

"(Full Name) desu."

"(Name). Boleh kupanggil begitu?" (Name) mengangguk mantap.

"Aduh, ku harap mereka memperbaiki kerannya. Rasanya tak nyaman."

"Hm, kau benar senpai."

"(Name) sa, aku akan kembali ke kelas."

"Ah Moichido arigatou gozaimasu!"

"Nandemonai, ja matta ne (Name)!" Pamit Sasaki sambil mengunggingkan senyum elegannya.

(Name) sekali lagi dipertemukan oleh orang baik. Sasaki yang terlihat fenimin dipadukan sifat elegannya menjadi kesan penuh pada (Name).
Tapi ada sedikit hal yang mengganjal pikirannya.

"(Name)-chan kau lama sekali, aku berniat menyusulmu tahu. Ada apa? Kau tersesat?" Keluh Rui dikala (Name) sudah kembali.

"Jangan tanyakan hal bodoh Rui. Tidak ada apa-apa, perutku sedikit sakit." Jawab (Name) berbohong lagi.

Pelajaran dilalui dengan lancar. (Name) kali ini akan mengikuti kegiatan klub sebelum pulang.

"(Name)-chan, seragammu?" Ucap Rui setelah menyadari seragam (Name) yang sedikit longgar.

"Ada sedikit masalah, Sasaki-senpai yang meminjamkannya."

"S-sasaki? Sasaki Yua-san maksud mu?" (Name) mengangguk.

"Kau beruntung sekali (Name)-chan!!" Teriak Rui sembari memegang kedua bahu (Name). "Sasaki-san itu primadona inarizaki, dia cantik, perempuan tulen idaman, dan juga dia anak kepala sekolah."

(Name) ber oh ria sebab ia baru tahu hal semacam ini.

"Souka, senpai yang baik hati."

"Desuiyone, dia sudah beberapa kali menolak lelaki uhh."

(Name) tertawa garing menanggapinya, ia bersyukur sebab Rui tidak membahas masalah seragamnya lebih jauh.

"Satte, sekarang waktunya kegiatan klub!!"

"Semangat sekali."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top