Epilog

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Pertemuan secara tidak sengaja yang terjadi di lorong toilet menjadikan hidup Jaemin berubah total. Dari yang awalnya boros menjadi hemat, dari yang awalnya tidak peduli akan uang menjadi orang yang sangat rajin menabung, dan dari orang yang tak punya tujuan menjadi punya tujuan serta hidupnya lebih terarah.

Lovey-dovey masa SMA mereka berlanjut hingga dewasa. Diterpa banyak masalah dan ujian tapi itu sama sekali tak membuat mereka goyah. Saling menguatkan serta meyakinkan satu sama lain untuk tetap bertahan. Walaupun kadang ada saja pertengkarang yang terjadi dalam hubungan mereka tapi mereka bisa mengatasinya tanpa kata putus. Tanpa kata berpisah. Katakan saja perpisahan singkat mereka yang kemarin adalah ujian paling berat tapi pada akhirnya kembali lagi.

Siapa sangka dibalik sikap tegas dan raut wajah angkuh serta dingin yang selalu ditampilkan Jaemin, terselip satu ketakutan dan kelemahan terbesar yang dia miliki yaitu Lia.

Baginya, Lia itu bukan hanya sekadar pacar. Tapi lebih dari itu. Lia bisa jadi teman, bisa jadi sahabat yang mendengar keluh kesah, memberi banyak nasihat dan masukan. Lia itu segala-galanya bagi Jaemin. Dunianya.

Tapi Jaemin sadar bahwa dia terlalu banyak memberi rasa sakit pada Lia. Padahal Lia selalu menasihatinya, memberinya nasihat supaya tidak mengambil jalan menyimpang apapun alasannya. Sayangnya, sejak awal semuanya sudah terencana oleh Pak Jung. Jadi, Jaemin yang kala itu lemah karena kehilangan orang tua langsung terdoktrin untuk melakukan kesalahan.

Jaemin mengambil jalan yang salah padahal Lia sudah menuntunnya sejauh itu. Lia dengan setia menggenggam tangannya dan menemaninya berjalan dari awal. Tapi saat dirinya lemah dan terdoktrin oleh Pak Jung, Jaemin akhirnya melepaskan tangan Lia dan mengambil jalan lain.

Dengan segala kesabaran yang Lia punya, dia pun mengikuti langkah Jaemin ke jalan yang lain dan tak meninggalkannya. Berusaha menuntun Jaemin kembali supaya tidak terlalu jauh melangkah sebelum jalan yang dia pilih berujung kehancuran. Tapi sayang, Jaemin lebih dulu terjatuh.

Lagi, Lia tidak meninggalkannya. Lia masih berusaha menolongnya. Lia menunggunya kembali. Hingga akhirnya kini, mereka kembali berjalan beriringan di jalan yang benar.

“Kau tahu, aku tidak bisa membayangkan dan tidak akan pernah mau membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpamu. Sepertinya dunia akan terasa hampa.”

“Aku pun begitu. Mulai sekarang, kita hidup seperti dulu lagi, ya? Saat aku dan kau masih remaja yang hanya memikirkan tugas hari esok. Aku akan membuatkanmu makanan enak setiap harinya, aku akan selalu ada di sampingmu dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Jadi, kau juga harus melakukan hal yang sama. Jangan melakukan sesuatu yang berbahaya lagi dan kembali menjadi Jaeminku yang dulu.”

“Iya, sayang.”

Langit sore terlihat sangat cerah dari arah balkon kamar Jaemin di lantai dua. Mereka duduk sambil berpelukan. Lia melingkarkan tangannya di atas perut Jaemin sementara kepalanya bersandar di bahu Jaemin. Menikmati semilir angin sore yang menerpa kulit.

“Jangan tidur sore, tidak baik.”

“Aku ngantuk. Semalam kau tidak membiarkanku tidur. Aku juga lelah, badanku pegal semua.”

“Bagaimana pendapatmu tentang hidup di pinggiran kota yang jauh dari keramaian? Menikmati semilir angin sore seperti ini setiap hari, berdua atau bertiga nantinya dengan anak kita.”

Lia langsung mengangkat kepalanya dan menatap Jaemin dengan senyum kecil.

“Aku mau. Aku memang ingin mengajakmu untuk hidup sederhana saja.”

Hm.. Nanti, ya.”

Lia sangat antusias. Jaemin benar-benar kembali padanya dengan apa yang pernah dia janjikan. Jaeminnya kembali dan Lia sangat senang menyambutnya.

*

J’s pov

Lia.. Hanya dengan mendengar namanya saja aku sudah merasa tenang. Terdengar ramah di telinga. Perempuan yang sangat langka, bagiku. Beruntungnya aku bertemu dan memilikinya.

Tak pernah ku sangka bahwa hidupku yang awalnya tak punya tujuan jadi lebih terarah sejak bertemu dengannya. Perempuan dengan kesabaran yang luar biasa saat menghadapi sifat dan sikapku yang masih sering berubah tergantung emosi.

Aku sadar bahwa aku sering membuatnya sedih sampai menangis. Bahkan aku pernah membentaknya sampai pernah sekali aku menyakitinya. Saat itu aku meremat pergelangan tangannya sampai dia meringis kesakitan. Sungguh, itu adalah penyesalan terbesarku sampai saat ini. Tapi apa? Dia masih bisa memaafkanku dan mengerti diriku.

Kau brengesek, Na Jaemin. Ya, aku brengsek.

Untuk Lia.. Terima kasih, sayang. Terima kasih sudah mau menerimaku. Terima kasih sudah mau berjalan bersamaku sampai kita beranjak dewasa. Terima kasih karena tidak pernah melepaskan tanganku walaupun aku mengambil jalan yang salah dan akhirnya terjatuh karena kecerobohanku. Terima kasih sudah mau bertahan dan menungguku kembali. Dan terima kasih karena tidak pernah menyerah padaku.

L’s pov

Jaemin itu, apa ya? Hm.. Dia sebenarnya baik. Sanbat baik malahan karena sering membelikan teman-temannya makanan di kantin. Mau berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang keluarga.

Aku juga awalnya terkejut karena dia mau berteman denganku apalagi sampai menyatakan perasaannya padaku. Aku kira dia hanya bercanda tapi ternyata serius.

Semuanya baik-baik saja sampai ketika orang tuanya meninggal, dia jadi frustasi. Terlihat sangat kehilangan dan berantakan waktu itu. Itu sebabnya aku selalu menemaninya, karena katanya.. hanya aku yang dia punya.

Semuanya juga berubah saat Pak Jung mulai ikut campur dalam hidupnya dan menuntunnya ke jalan yang salah. Jaemin waktu itu hancur makanya cepat termakan omongan palsu.

Tapi tidak apa-apa, aku tidak melepaskan genggamanku padanya walaupun aku tahu dia salah. Aku masih ada untuknya, aku masih di sini, tidak akan ke mana-mana. Aku masih terus menasihatinya dan menuntunnya kembali walaupun pada akhirnya dia terjatuh ke dalam perangkap Pak Jung. Karena menurutku, meninggalkannya waktu dia terpuruk bukan pilihan yang baik. Dia mungkin akan semakin terpuruk dan aku tidak mau itu terjadi.

Itu sebabnya, aku masih ada untuknya dalam keadaan terburuk sekalipun. Karena aku menyayanginya.

Jaemin saat itu hancur, mengetahui pelaku yang sebenarnya saja sudah membuatnya terkejut apalagi kasus pengedaran barang ilegalnya sudah sampai ke pihak polisi.

Dalam kata lain, begini.. Jika barangnya sudah retak, kalau mau memperbaikinya ya harus hati-hati. Jangan pakai kekerasan yang akan mengakibatkanya tambah retak. Begitu juga dengan Jaemin kemarin.. dia sudah kecewa akan fakta yang dia ketahui. Kalau aku memperbaikinya dengan emosi dan mencacinya karena kesalahan yang dia perbuat maka dia akan semakin kecewa. Akan semakin hancur.

Aku tidak membenarkan tindakannya, dia juga pantas mendapatkan hukumannya. Tapi.. saranku, jangan langsung menjudgenya buruk dan mencacinya. Justru dukung dan nasihati dengan kepala dingin supaya dia tidak semakin hancur.

Karena setiap manusia pada dasarnya pernah melakukan kesalahan. Baik disengaja ataupun tidak disengaja. Tidak ada manusia sempurna. Yang perlu kita lakukan hanya memperbaiki supaya lebih baik lagi.

Untuk Jaemin.. hmm.. apa, ya?

Hm.. aku menyayangimu, Jae. Akan selalu seperti itu, selamanya.

**

Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.

Halooo temen-temen, finally setelah dua bulan lebih dikit kayaknya, cerita ini tamat. Makasih buat yang udah ngikutin dari awal sampe sekarang dan nggak pernah bosen. Dan untuk yang udah ngasih vote serta komennya, makasih banyakkk.

Oh, ya. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya. Semoga semuanya lancar sampai akhir.

See you di cerita selanjutnya, nanti.

Buat yang mau ninggalin jejak untukku, wkwkw.. ya siapa tau mau ngomong apa gitu.. komen sini aja:)

Bye.

©dear2jae
2022.04.02 — Sabtu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top