30. Welcome Back
Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
3 years later..
Sejak semalam suntuk, Lia tidak bisa tidur karena menantikan hari esok yaitu hari ini. Hari di mana Jaemin akan bebas. Dia mempoles dirinya secantik mungkin karena akan bertemu sang pujaan hati. Walaupun sering bertemu karena kunjungan, tapi kali ini rasanya beda. Sangat beda.
Hanya berkunjung seminggu sekali dan tidak ada komunikasi melalui ponsel. Bayangkan saja bagaimana frustasinya Lia apalagi Jaemin. Tapi kekuatan cinta mereka membuktikan bahwa itu bukan hal besar. Mereka mampu melaluinya dengan sangat baik. Saling percaya satu sama lain walaupun Jaemin sempat cemburu dengan kedekatan Lia bersama Jeno. Karena terkadang, Lia datang bersama Jeno.
Perihal Jeno, laki-laki itu memutuskan untuk menetap di Korea. Bukan karena Lia, tapi karena dia sudah nyaman. Bertemu banyak teman yang menerimanya dan bergaul bersama membuat Jeno enggan kembali ke Jepang. Bahkan Jeno kini menduduki posisi manager personalia di Asia Pasific Group. Posisi itu dia dapatkan dengan cuma-cuma dari Lia tapi atas persetujuan Jaemin juga walaupun sempat menentang.
“Kau tahu, satu jam lebih aku menunggumu dan kau tak kunjung keluar dari tadi. Memangnya apa yang kau lakukan? Kau hanya akan bertemu dengannya. Lagi pula, kau juga tiap hari hampir bertemu.” Renjun berdecak sebal saat Lia baru keluar dari lobi.
“Aku bertemu dengannya seminggu sekali, Jun. Bukan setiap hari. Kau pikir saja bagaimana frustasinya aku saat berpisah darinya. Saling hubungi saja tidak.” Lia balas menggerutu sambil memasang seatbeltnya. “Kau beruntung bisa bertemu dengan Shuhua setiap hari di kantor.”
Shuhua, perempuan itu bekerja di Asia Pasific Group sejak dua tahun yang lalu. Menjadi bagian dari tim pemasaran. Lalu mereka dekat dan akhirnya menjalin hubungan sehingga Renjun tidak sendiri lagi.
Saat ini, Renjun menduduki posisi direktur keuangan di Asia Pasific Group karena kemampuannya mengelola keuangan sehingga Lia maupun Jaemin memberikannya posisi itu. Sementara Haechan lebih memilih menjadi bagian dari tim pemasaran— oh, sebenarnya yang jadi cupid antara Shuhua dan Renjun adalah Haechan karena dia satu tim dengan Shuhua, Haechan memilih bergabung dengan tim pemasaran supaya tidak terlalu sibuk. Katanya, dia lelah kalau harus terlalu banyak bekerja. Alasan lain karena dia ingin waktunya bersama Ryujin banyak.
“Nanti juga kalau Jaemin kembali, kalian pasti lebih banyak bermesraan dibandingkan bekerja.” Renjun mencibir.
“Tidak, ya. Kerja ya kerja. Kalau istirahat baru kita bermesraan.”
“Ucapanmu tidak akan sesuai ekspektasi, Lia. Kau seperti tidak mengenal siapa pacarmu. Si bodoh itu kalau ada dirimu, dia tidak akan bisa fokus. Pasti mencari kesempatan di sela-sela kesibukan.”
“Jun!” tegur Lia dengan mengepalkan tangannya. “Jangan bilang dia bodoh lagi atau kau akan mendapatkan pukulan dariku.”
Renjun tergelak melihat respon Lia. “Iya, maaf. Aku juga tahu kalau dia tidak bodoh. Jaemin itu pintar, sangat pintar hingga bisa membaca pergerakan Pak Jung dulunya. Menyiapkan segala macam untuk mengantisipasi serangan. Walaupun yang mengerjakan semuanya itu aku dan Haechan. Tapi rencana dan idenya dari dia. Iya, Jaeminmu hebat.”
“By the way, Pak Jung di mana, ya? Kenapa dia tidak pernah muncul lagi? Sejak Jaemin sidang tiga tahun yang lalu sampai sekarang, dia tidak pernah muncul lagi.” Lia nyeletuk tapi Renjun langsung menelan ludah gugup.
“Sepertinya malu makanya menghilang.”
“Kalian tidak melakukan hal aneh padanya, kan?”
“Tidak, tidak.” Renjun menggeleng tapi dia langsung panik saat Lia bertanya tentang Pak Jung.
Renjun berdeham pelan lalu meraih satu cup kopi dan meneguknya. Memfokuskan dirinya pada jalanan yang ramai supaya Lia tidak bertanya lagi.
Lia juga langsung percaya, untungnya. Dia juga mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempangnya untuk dijadikan cermin. Memastikan dandanannya masih on point.
Pak Jung, perihal menghilangnya pria itu.. ada sangkut pautnya dengan Jaemin. Kini, Pak Jung sudah tenang di alam sana. Entahlah, apakah dia benar-benar tenang atau sedang dihukum Tuhan.
Sehari setelah sidang Jaemin dilakukan, Pak Jung sepertinya sedang menyiapkan rencana besar sebab Jeno memergokinya sedang membuntuti Lia. Beruntung Jeno selalu menemani Lia ke mana-mana, jadi Lia tetap aman.
Tapi, sebelum Pak Jung sempat merealisasikan rencananya, yang entah apa itu. Dia lebih dulu disekap oleh Renjun dan Haechan saat sedang keluar malam-malam untuk membeli makanan di mini market dekat lingkungannya.
Dia dibawa ke sebuah gudang tak terurus lalu dipaksa bersimpuh setelah kedua tangannya diikat ke belakang. Pandangannya masih memburam dan saat pandangannya fokus lagi, tatapannya langsung tertuju pada Jaemin yang berdiri di depannya dengan angkuh.
Ya, Na Jaemin.
Kenapa dia bisa ada di sana? Ya karena dia Na Jaemin yang serba bisa dan tentunya punya banyak cara serta uang. Menutup mulut dengan uang tidaklah sulit. Jaemin bahkan sudah jadi teman bagi para petugas sel karena perilakunya yang baik dan humble. Jadi, tidak sulit baginya untuk mengeluarkan uang supaya mereka mengizinkannya keluar sebentar. Tentu saja tanpa sepengetahuan pihak kepolisian.
“K-kau..”
“Iya, aku? Kenapa? Apa Paman terkejut?”
“Kau..”
Pak Jung masih belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.
“Aku tidak punya banyak waktu. Kalian pukuli saja sepuasnya tapi jangan sampai mati karena aku yang akan membunuhnya.”
Lalu begitu saja, tubuh pria itu tersungkur karena tendangan Jeno. Renjun, Haechan, dan Jeno memukuli Pak Jung hingga.. ouh, mengenaskan.
Jaemin? Yang dia lakukan hanya duduk diam menonton sambil menunggu gilirannya nanti untuk langsung melenyapkan pria itu.
Pak Jung terkapar bersimbah darah. Matanya tertutup rapat tapi napasnya masih ada. Dia hanya bisa pasrah karena tidak akan ada jalar keluar dari sini. Akhir yang akan dia dapatkan hanyalah kematian.
Jaemin meraih satu buah pistol dan menodongkannya tepat di depan dada Pak Jung yang sudah terkapar. Renjun, Haechan, dan Jeno langsung berbalik untuk membelakangi supaya mereka tidak melihatnya karena mereka sadar bahwa mata Jaemin berkaca-kaca. Ada kesedihan yang tercetak jelas, yang bercampur dengan rasa benci.
“Jangan sampai Lia tahu. Dia pasti akan terkejut lalu tidak ada hentinya memarahiku bahkan mungkin akan meninggalkanku. Melihatku memukuli Sungchan saja, rekasinya sangat histeris sampai dia tidak mau bertemu denganku. Apalagi kalau tahu aku membunuh seseorang,” gumam Jaemin setelah menyelesaikan misi akhirnya. Pak Jung sudah terkapar tak bernapas setelah dia melesatkan satu tembakannya.
Senyuman Lia merekah saat melihat Jaemin sudah bebas. Laki-laki itu melangkah dengan pelan tapi Lia yang tak sabaran langsung berlari dan memeluknya erat. Pelukan pertama setelah tiga tahun lamanya. Tidak peduli ada petugas yang menyaksikan.
Renjun? Dia menunggu di mobil. Dia tahu pasti akan ada lovey-dovey antara mereka, jadi dia enggan melihatnya karena sudah muak.
“Kau sangat beruntung punya kekasih yang pengertian sepertinya. Tidak meninggalkanmu di saat kau terjatuh dan tetap setia menunggumu kebebasanmu. Bahkan tetap meluangkan waktu untuk mengunjungimu.”
“Iya, Pak. Aku sangat beruntung,” timpal Jaemin pada salah seorang petugas sel. “Aku akan jadi orang yang paling bodoh jika menyia-nyiakan perempuan sepertinya.”
Lia mengulas senyum pada petugas selnya lalu permisi dan segera menarik tangan Jaemin untuk keluar. Kaitan tangan mereka semakin erat sambil beriringan menuju mobil. Senyum Lia tak pernah luntur, senang rasanya bisa melihat Jaemin secara dekat seperti ini.
“Jun..” sahut Jaemin lalu memeluk Renjun sejenak. “Thanks.”
“Sama-sama.”
“Ayo, yang lain sudah menunggu.” Lia lebih dulu masuk dan duduk di belakang. Membiarkan Jaemin yang duduk di depan bersama Renjun.
“Menunggu di mana?”
“Di mansion. Mereka tidak ikut karena menyiapkan sambutan untukmu. Bukan sambutan yang meriah tapi mereka membeli banyak makanan termasuk daging untuk party kecil-kecilan.” Lia menjawab dengan antusias.
Mansion, hunian itu masih ditempati oleh Bibi Kim dan pelayan yang lain serta beberapa anak buah Jaemin. Walaupun sudah berpindah kepemilikan dan Lia berhak atas mansionnya, tapi Lia tidak mau tinggal di sana. Lia tidak mau diistimewakan dan dilayani. Jadi, Lia lebih memilih tinggal di apartemennya dan membiarkan Bibi Kim serta yang lainnya tinggal di sana. Uang untuk mengurus mansion tetap Lia berikan pada Bibi Kim.
Tapi Lia selalu berkunjung ke mansion kalau ada waktu. Menghabiskan waktu seharian penuh dengan melakukan banyak hal. Merawat tanaman yang dia tanam di halaman belakang, mencopot semua pigura menyeramkan yang ada didinding dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih berwarna. Lalu beristirahat di kamar Jaemin kalau sedang rindu. Menyemprotkan parfum Jaemin ke seluruh penjuru kamar lalu tertidur dengan nyenyak. Banyak, banyak hal yang Lia lakukan di sana.
“Selamat datang kembali, Tuan.” Bibi Kim dan pelayan yang lain serta beberapa anak buahnya menyambut kedatangannya di mansion.
“Iya, Bi. Terima kasih sudah menjaga mansion dengan ba..” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tatapan matanya lebih dulu tertuju pada pigura yang menempel didinding. Lia yang menyadari hal itu langsung mengalihkan perhatian. “Terima kasih, Bi. Terima kasih sudah menjaga mansion dengan baik. Ah, siapa yang mengganti piguranya?”
“Nona Lia.”
Gagal. Lia gagal memberi sinyal pada Bibi Kim dan Bibi Kim malah lebih dulu memberitahu Jaemin.
“Ya sudah, tidak apa-apa.”
“Benar tidak apa-apa?” sahut Lia langsung saat Jaemin tidak memarahinya.
Jaemin mengangguk lalu melangkah ke lantai atas untuk mengganti bajunya. Sedangkan Renjun lebih dulu berjalan ke halaman belakang untuk menemui yang lainnya.
Lia mengikuti langkah Jaemin ke lantai atas, di mana kamar Jaemin berada. “Kau tidak marah aku mengganti piguranya?”
“Kau ikut, ya.” Jaemin menoleh lalu menarik tangan Lia dan memeluknya erat, menyandarkan kepalanya di pundak Lia dengan nyaman. “Aku kira kau lebih dulu ke halaman belakang. Baguslah..”
Dengan sekali gerakan, Jaemin langsung mengangkat tubuh ringan Lia dan mendudukkannya di atas sebuah meja yang ada di sudut ruang kamar. Menarik tengkuknya kemudian menyatukan bibir mereka. Saling membalas satu sama lain untuk menyalurkan rasa rindu yang terpendam selama tiga tahun kemarin.
Di halaman belakang ada Haechan dan tentunya sang kekasih Ryujin. Ada Jeno bersama Yeji. Ada Shuhua yang menunggu Renjun kembali. Lalu ada Mark bersama kekasih barunya, Mina. Pengacara Park memilih untuk tidak hadir dan memberi sambutan nanti pada Jaemin karena dia tidak mau bergabung dengan kelompok anak muda ini. Ya, walaupun tidak terlalu muda.
Tentang Yeji, perempuan itu sama seperti Shuhua. Dia karyawan baru Asia Pasific Group.
“Jaemin dan Lia, mana?” tanya Mark yang kini memanggil Jaemin dengan sebutan nama tanpa embel-embel, Tuan. Karena mereka memutuskan untuk berteman saja.
“Ke kamar.”
“Ya Tuhan, padahal masih ada waktu nantinya. Tidak sabaran sekali.” Jeno mencibir yang membuat Haechan dan yang lainnya tertawa.
Tiga puluh menit belalu dan kedua orang itu tak kunjung menampakkan diri di halaman belakang. Bahkan semuanya sudah siap. Daging sudah dipanggang semua, minuman berbagai jenis mulai dari yang membuat oleng sampai yang segar dan manis-manis, ada. Beberapa botol wine dan tentunya yang harus selalu ada untuk para lelaki adalah rokok.
Tepat setelah itu, Jaemin dan Lia muncul sambil bergandengan tangan. Langsung bergabung dengan yang lainnya. Mereka duduk melingkar dengan satu buah meja bundar besar di tengah. Lalu mereka duduk bersebelahan bersama pasangan masing-masing. Saling menempel satu sama lain.
“Welcome back, Na Jaemin.” Haechan bersuara lalu mengangkat gelas winenya dan yang lainnya mengikuti.
Mereka semua bersulang dan meneguk minuman masing-masing.
“Terima kasih, Chan. Terima kasih semuanya.” Jaemin mengulas senyum lebar dan melingkarkan tangannya di pundak Lia. “Tanpa kalian, aku tidak akan bisa. Kalian sudah banyak membantuku. Terutama Jeno, terima kasih. Kau sudah menjaga Lia untukku. Walaupun sempat membuatku kesal.”
Ucapan Jaemin disambut dengan tawa oleh Jeno dan yang lainnya.
“Aku menyerah karena tidak bisa membuat Lia berpaling darimu. Sangat sulit. Padahal aku secara terang-terangan mengajaknya pacaran. Tapi dia selalu menolak.” Jeno terkekeh pelan.
“Kau tidak takut pacarmu cemburu? Kenapa malah terang-terangan bilang begitu.” Lia mendelik sebal. Dia tidak mau Yeji salah paham padanya.
“Tidak, dia tidak cemburu. Iya, kan, sayang?” Jeno tersenyum sampai kedua matanya hilang lalu mendekatkan wajahnya tapi Yeji langsung menghindar.
Ah, alasan lain kenapa Jeno enggan kembali ke Jepang adalah Yeji. Kepribadiannya tidak jauh beda dengan Lia. Baik, cantik, sopan, dan ramah. Itu sebabnya Jeno menyukainya.
“Oh, ya.. Bagi kalian yang belum tahu aku, tanya saja pada pacar kalian siapa aku,” ujar Jaemin sambil menatap Yeji, Shuhua dan Mina secara bergantian.
“Mereka sudah tahu,” sahut Ryujin. “Kak Mark bilang pada Kak Mina kalau kau dulunya CEO. Masih wajar, kan? Terus kalau Renjun, dia bilang pada Shuhua kalau kau laki-laki menyebalkan yang suka memerintah, pernah jadi CEO tapi ditangkap. Kalau Jeno, dia memberitahu Yeji bahwa kau itu penjahat yang merangkap jadi CEO.”
Mina tertawa pelan, begitu juga dengan Yeji dan Shuhua. Mereka heran karena mendengar betapa beraninya Ryujin menjelekkan Jaemin di depan orangnya langsung.
“Tidak ada salahnya memang. Kalian perlu tahu bahwa dia dulunya orang baik, sangat baik sampai aku awalnya tidak percaya. Tapi sikapnya padaku membuktikan semuanya. Setelah beranjak dewasa, dia semakin berubah apalagi saat dia seperti kehilangan arah. Lalu pada akhirnya ditangkap dan dipenjara. Tapi aku bersyukur karena dia tidak dijatuhi hukuman mati.” Lia menjelaskan pada mereka lagi tentang Jaemin.
Sepanjang Lia bicara, tatapan teduh Jaemin tak pernah teralihkan darinya. Tatapan bangga, tatapan cinta, tatapan sayang, semuanya ada.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Haechan.
“Sudah lebih baik. Dulu, hampir setiap hari ada saja masalah dan masalahnya tidak bisa selesai dalam sehari atau dua hari. Aku pusing memikirkannya, memikirkan jalan keluarnya. Apalagi masalah orang tuaku. Tapi sekarang, semuanya jadi lebih baik. Aku tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Lagi pula aku juga sudah mendapatkan balasan atas perbuatanku. Intinya sekarang, aku akan hidup dengan tenang dan damai.” Jaemin mengulas senyum kecil setelah mengungkapkan isi hatinya. Kemudian mengelus pelan kepala Lia.
“Apa kau akan kembali ke prusahaan?” sahut Mark yang tengah mengunyah makanannya.
“Entahlah, aku belum memutuskan apa-apa. Aku masih ingin beristirahat. Terlalu lelah mengurus perusahaan. Lagi pula sudah ada Lia yang memimpin, buktinya Asia Pasific Group jadi perusahaan nomor satu di Korea.”
“Kembali secepatnya karena banyak pegawai yang menyukai Lia. Bahkan hampir semuanya sudan menyatakan perasaannya pada Lia,” timpal Jeno.
Tentu saja itu kebohongan belaka. Semua orang juga tahu siapa pacar Lia. Tapi Jeno hanya ingin menggoda Jaemin.
“Benarkah? Apa yang dikatakan Jeno itu benar?” Jaemin memutar tubuh Lia supaya menghadap padanya. “Cepat katakan, siapa nama-namanya?”
“Tidak ada. Jeno hanya bercanda.” Lia menepis tangan Jaemin dari bahunya. “Tidak ada yang berani mendekatiku karena tahu pacarku menyeramkan.”
“Bagus kalau begitu.” Jaemin tertawa kecil. “Ya sudah, ayo makan. Sampai kapan kita akan bicara, nanti makanannya dingin dan tidak enak.”
Terlihat sangar dengan tatapan yang kadang tajam dan raut wajah dingin. Tapi siapa sangka, Jaemin itu sangat takut kehilangan Lia.
•
— the end —
**
Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.
©dear2jae
2022.04.02 — Sabtu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top