09. Vacation
Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jaemin baru saja masuk mobil dan hendak menghubungi Lia untuk memberitahunya bahwa malam ini dia akan terbang ke Jeju dan akan kembali besok sore. Akan memberitahu bahwa dia tidak bisa mampir walaupun sebentar, rencananya juga akan video call selagi dalam perjalanan.
Tapi Jaemin terkejut dengan pesan yang didapatnya dari Lia. “Antar aku ke apartemen Lia sekarang juga,” sahutnya pada Mark yang akan mengantarnya sekaligus menemaninya ke Jeju malam ini.
“Tapi Tuan, kita bisa ketinggalan pesawat.”
“Antar!”
“Baik.” Mark tidak bisa membantah lagi atau dia akan kena marah. Dia segera melajukan mobilnya menuju apartemen Lia.
Bagaimana bisa Jaemin bepergian di saat pesan Lia terasa aneh baginya. Tiba-tiba minta maaf dan bilang tidak akan ikut campur urusannya lagi. Oh tidak, Jaemin tidak akan bisa tenang.
Tanpa diperintah lagi, Mark terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi padahal sebentar lagi mereka harus segera ke bandara untuk menuju Jeju.
“Tunggu saja keputusanku nantinya, kita bisa membeli ulang tiket pesawat kalau terlambat,” sahut Jaemin sembari melepas seatbeltnya ketika sudah sampai di depan gedung apartemen. “Bila perlu aku akan membeli pesawat-pesawat itu nantinya.”
“Baik, Tuan.”
Dengan langkah cepat, Jaemin segera berlari menuju unit Lia. Pikirannya benar-benar tidak bisa tenang. Dia takut sesuatu terjadi pada Lia karena aneh saja, Lia tiba-tiba mengirim pesan dan bilang maaf.
Tangannya dengan cekatan memencet password dan segera masuk. Gelap, Jaemin langsung menyalakan lampu dan mendapati Lia sedang duduk dengan tatapan kosong di tengah kegelapan.
“Ya Tuhanku, apa yang terjadi padamu?” Jaemin segera merengkuh tubuh Lia ke dalam pelukannya. Helaan napasnya terdengar lega sebab Lia terlihat baik-baik saja. “Kenapa kau tiba-tiba mengirim pesan seperti itu? Apa kau mabuk?”
Lia tersenyum tipis dalam pelukan Jaemin. Satu hal yang sangat Lia sukai dari Jaemin yaitu cepat tanggapnya sebagai seorang pacar. Bukan bermaksud mengerjai supaya Jaemin datang, tapi itu bisa membuktikan kalau Jaemin sangat menyayanginya dan Lia suka.
“Mau ke mana? Rapi sekali padahal sudah malam, pakai parfum juga.” Lia melepaskan diri dari dekapan Jaemin dan menatap pacarnya itu lekat.
“Katakan apa maksud dari pesanmu?”
“Tidak ada. Aku tiba-tiba sadar kalau mungkin saja aku terlalu ikut campur dalam urusanmu. Itu sebabnya aku meminta maaf dan tidak akan ikut campur lagi. Tapi tetap hati-hati karena aku tidak mau kau kenapa-kenapa.”
Jaemin menggeleng dan kembali menarik tangan Lia lalu memeluknya erat. Mengecupi pipi Lia berkali-kali lalu sesekali menggigitnya gemas. Lia terkekeh dan melayangkan cubitannya pada pinggang Jaemin.
“Itu namanya bukan ikut campur, sayang. Tapi bantuan. Aku menganggapnya sebagai bantuan darimu. Kau banyak memberiku nasihat selama ini dan semuanya positif. Lagi pula, walaupun kau menganggapnya ikut campur, tidak apa-apa. Kau ikut campur demi kebaikanku, kan?” Jaemin benar-benar menghujani pipi Lia dengan kecupannya. “Jadi jangan pernah bilang begitu lagi atau aku akan marah dan membawamu tinggal di mansion.”
Lia mengangguk pelan. “Mau ke mana?”
“Ke Jeju, terkait proyeknya. Tapi sepertinya sudah terlambat dan ketinggalan pesawat. Tadinya aku tidak akan ke sini dan akan mengabarimu lewat video call. Tapi aku tidak bisa tenang setelah mendapat pesan darimu makanya aku datang.”
“Maaf.”
“Ikut, ya?” Jaemin mengajak Lia. “Aku akan menghubungi Tuan Kim dan memberitahu bahwa kau akan libur dua hari. Hm?”
Tuan Kim adalah pemilik hotel tempat Lia bekerja saat ini. Sekadar info, Jaemin dan Tuan Kim saling mengenal. Kadang Lia kesal pada Jaemin karena dia mendapat perlakuan istimewa di saat posisinya setara dengan pegawai yang lain.
“Memangnya boleh? Apa aku tidak akan mengganggu kegiatanmu? Bukannya kau ke Jeju untuk bekerja, kenapa malah mengajakku?”
“Memangnya siapa yang berani menegur boss? Aku bossnya, yang punya kuasa penuh ya aku. Tidak ada yang berani melarangku. Lagi pula aku rapat pagi sampai siang, kau bisa menungguku di villa yang akan ku sewa nantinya. Siang sampai malam, waktuku bersamamu. Iya, ikut, ya?”
Lia sedikit tergiur karena dirinya juga sedang penat. Pikirannya terlalu penuh oleh masalah yang belum bisa menemukan titik terang jadi Lia butuh refreshing.
“Kau serius akan menghubungi Tuan Kim?”
“Iya, sayang, iya. Cepat kemasi barangmu, aku akan menunggumu.”
Lia hendak berdiri tapi tidak jadi, dia kembali duduk dan menggeleng pelan.
“Aku baru saja memanfaatkanmu. Padahal dari dulu tidak pernah mau memanfaatkan kekuasaanmu tapi sekarang kenapa malah begini.” Lia menggeleng lagi. “Pergi saja, aku tidak jadi ikut. Aku tidak mau memanfaatkanmu untuk kepentingan pribadi. Kasihan juga anak-anak yang lain tidak pernah libur tapi aku malah mengambil libur.”
“Kalau begitu aku tidak jadi pergi. Biarkan saja pekerjaan itu terbengkalai, aku tidak peduli.” Jaemin hendak melepas jaketnya tapi Lia langsung menahan tangannya.
“Jangan begitu, jangan karena aku tidak jadi ikut kau juga tidak jadi pergi.”
“Makanya!” suara Jaemin agak meninggi hingga Lia sedikit tersentak. Buru-buru Jaemin langsung memeluk Lia lagi. “Please, berhenti menganggap semua itu ajang pemanfaatan. Apa pun yang ingin aku lakukan untukmu, kau selalu saja menganggap dirimu memanfaatkanku padahal tidak sama sekali. Apa salahnya menerima bantuan dari pacarmu sesekali?”
“I-iya.. Aku ikut. Jangan membentak lagi, aku terkejut.”
“Maaf, sayangku. Maafkan aku. Cepat kemasi barangmu, aku akan menunggu.”
*
Selama perjalanan, Jaemin tak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangannya pada Lia. Lia sudah mencoba untuk menarik tangannya dari genggaman Jaemin tapi Jaemin tidak membiarkannya dan malah semakin mengeratkan genggamannya.
“Aku kira kau akan pergi bersama banyak orang. Tapi ternyata cuma satu saja yaitu Mark,” ujar Lia saat mereka kini sudah berada di villa. Tadinya Jaemin akan menginap di hotel saja tapi rencana berubah karena Lia ikut.
“Aku ke sini untuk rapat sebentar dan meninjau lokasi, memastikan semuanya sudah siap supaya tidak ada kekurangan apa pun. Sisanya nanti diurus oleh karyawan yang lain makanya sekarang aku hanya membawa Mark.” Jaemin mulai melepaskan pakaiannya untuk segera mandi.
Lia mengangguk pelan, dia juga meraih handuk dan pakaian gantinya dari dalam koper.
“Aku akan menggunakan kamar mandi yang ada di luar supaya tidak perlu menunggumu selesai, nanti lama.” Lia kemudian berlalu keluar setelah membawa perlengkapannya.
Jaemin tersenyum tipis. Selama ini, sekadar informasi, Jaemin tidak pernah menyentuh Lia. Menyentuh dalam artian sampai menidurinya bahkan having sex. Walaupun Jaemin berubah menjadi orang yang sangat berbeda dan sikapnya juga berbeda, itu bukan berarti dia akan berbuat semaunya pada Lia. Bagi Jaemin, Lia harus mau dan mengizinkannya baru Jaemin akan melakukannya. Mereka hanya sebatas berciuman dan tidak lebih.
Langit malam dari arah balkon kamar mereka terlihat sangat indah. Apalagi viewnya langsung menghadap ke arah bibir pantai. Suara ombak terdengar dan menjadi pengiring di malam yang semakin larut.
Jaemin menoleh dan mendapati Lia sedang duduk di pinggir ranjang sambil memperbaiki ikatan rambutnya. Padahal Jaemin baru saja menyalakan rokoknya tapi kecantikan Lia malam ini mengalahkan keindahan view dari arah balkon, jadi Jaemin langsung mematikan rokoknya dan mendekat ke arah Lia. Tentu saja Jaemin langsung meraih sebotol air mineral yang ada di atas nakas lalu sedikit berkumur karena tahu perempuannya itu tak akan mau dicium kalau masih ada bau rokok.
Saat Lia memfokuskan pandangannya pada Jaemin, saat itu juga tubuhnya terdorong ke belakang dan dia langsung berbaring di atas ranjang dengan posisi Jaemin menindihnya.
Lalu begitu saja, bibir mereka bertemu. Saling membalas satu sama lain. Cukup lama hingga Lia membuka matanya karena merasakan tangan Jaemin hendak mebuka kancing bajunya. Tatapan mereka bertemu lalu terkunci sejenak.
“Boleh, ya?” bisik Jaemin pelan, meminta izin untuk menyentuh Lia lebih dan lebih. Kewarasannya selalu hilang setiap kali berhadapan dengan Lia seperti ini. Tapi Jaemin selalu bisa menahan diri karena tidak mau kalau Lia tidak memberi izin.
Napas Lia terdengar berat dan memburu, dia mengerejapkan matanya berkali-kali dan masih belum memberikan jawaban atas pertanyaan Jaemin. Mustahil Lia tidak mengerti tapi Lia memang sedang bingung.
“Tidak usah kalau memang tidak mau. Aku tidak akan melaku..”
“I-iya, boleh.” Lia menyela sebelum Jaemin beranjak.
Jaemin tersenyum kecil. “Yakin?”
Lia mengangguk kecil sebagai jawaban. Lalu begitu saja, tangan Jaemin mulai bergerak untuk membuka kancing piyama yang dikenakan oleh Lia selagi mereka saling membalas ciuman satu sama lain.
Hubungan mereka sudah menginjak sepuluh tahun dan sikap Jaemin yang selalu mengutamakan izin darinya membuat Lia sepenuhnya percaya pada laki-laki ini. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak apa yang ingin Jaemin lakukan saat ini.
Suara ombak di laut dan suara jam dinding yang ada di kamar saling beradu dengan suara Lia yang terdengar berat saat menyerukan nama Jaemin. Menyerukan nama laki-laki yang kini menguasai dirinya itu.
Jaemin itu suka aroma citrus dan katanya penyuka wewangian beraroma citrus adalah orang-orang yang berbakat dominan. Mereka sering berperan sebagai alpha yang tangkas memimpin dan saat ini, Jaemin memimpin permainan, menguasai tubuh Lia dalam kungkungannya.
Napas Lia terdengar semakin berat, Jaemin mulai mendaratkan kecupan penenangnya ketika beberapa saat yang lalu, Lia sudah jadi miliknya. Seutuhnya. Membisikkan kata maaf berkali-kali ketika melihat raut wajah kesakitan Lia saat dirinya berhasil memiliki Lia.
“Thank you, love.” Jaemin mengecup pelan bibir Lia. “I love you.”
“I love you too, Jae. I love you more.”
*
Sinar matahari dari arah balkon membuat Lia menggeliat pelan. Pegal-pegal dari sisa semalam baru terasa pagi ini, sekujur tubuhnya rasanya pegal. Lia menoleh tapi tak mendapati Jaemin ada di sampingnya. Laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi. Bersiap untuk segera berangkat ke tempat rapat proyek pembangunan gedung sekolah bertaraf internasional di Jeju.
“Tidur lagi kalau masih sakit, jangan banyak bergerak. Kau bisa beristirahat sampai siang, sampai aku pulang nanti. Kalau lapar, turun saja ke bawah. Pelayan akan menyiapkan makanan untukmu atau kalau kau tidak bisa bergerak, nanti selagi aku keluar aku akan memberitahu mereka supaya membawakanmu makanan ke sini.” Jaemin meraih dasinya lalu memasangnya.
“Tadinya aku berencana menyiapkan segala kebutuhanmu sebelum berangkat. Tapi..”
Jaemin terkekeh pelan melihat Lia yang hanya menyembulkan kepalanya dari balik selimut.
“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti, sayang. Tidur saja, gunakan waktu liburmu untuk bersantai-santai.” Jaemin mendekat ke samping Lia lalu menunduk untuk memberi kecupan. “Aku berangkat.”
“Hati-hati.”
“Hm.”
Setelah Jaemin pergi, Lia beranjak duduk walaupun agak meringis. Dia melilit tubuhnya dengan handuk yang tersampir di kursi lalu berjalan ke arah balkon.
Sungguh, pemandangannya sangat luar biasa. Udara yang berembus terasa sejuk karena villanya terletak di ketinggian. Hamparan laut pagi hari menjadi pemandangan pertama ketika Lia membuka pintu balkon.
Walaupun sudah lama bersama Jaemin, tapi Lia selalu takjub saat sadar bahwa kini Jaemin punya kekuasaan lebih. Lia tidak merasa takut Jaemin akan berpaling darinya, Lia juga tidak apa-apa kalau tahu partner kerja Jaemin ada yang perempuan. Lia malah lebih takut Jaemin akan semakin kehilangan arah dan tidak ingin kembali lagi.
Pernah sekali, Ryujin bertanya padanya. “Aku tahu kalian berjanji untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain. Tapi, bagaimana jika Jaemin berpaling darimu dan ternyata punya perempuan lain?”
Lalu, dengan seulas senyum kecil, Lia menjawab. “Tidak apa-apa, aku mengerti. Mungkin Jaemin sudah bosan denganku selama sepuluh tahun. Itu sebabnya dia ingin yang baru. Asalkan dia jujur padaku, aku tidak apa-apa. Mungkin saja nanti perempuan itu bisa menuntunnya kembali ke jalan yang benar.”
Bahkan Ryujin langsung sadar kalau cinta dan sayang yang dimiliki Lia untuk Jaemin benar-benar tulus.
**
Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.
©dear2jae
2022.02.15 — Selasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top