06. They're, Now

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Suara jam dinding terdengar dengan jelas mengisi seluruh ruangan karena suasana hening dan tenang serta tak ada pergerakan lainnya. Bau asap rokok serta wewangian citrus menguar, bercampur dengan bau minuman beralkohol lainnya yang berserakan di atas meja. Sesekali, suara jam dinding itu beradu dengan ketukan jari dari sang pemiliki ruangan di atas meja.

Asap rokok kembali mengepul, menguar di udara. Nampaknya, si pemilik ruangan begitu menikmati kesendiriannya saat ini. Ornamen gelap yang mengisi seluruh ruangan semakin membuat kesan yang menyeramkan dari ruangan ini.

Tepat saat jam menunjukkan pukul sebelas malam, seseorang mengetuk pintu ruangan. Sedikit mengganggu waktu si pemilik ruangan yang sedang memikirkan beberapa urusan. Mata tajamnya mengarah pada pintu, menerka siapa yang akan masuk dan hal apa yang akan disampaikan padanya.

Selain ketenangan dan keheningan yang diiringi suara jam dinding, suara dering ponselnya juga menjadi candu baginya. Karena setiap dering yang terdengar, puluhan hingga miliaran uang masuk ke rekeningnya.

“Masuk,” sahutnya dari balik meja kerjanya. Putung rokok dilempar ke asbak begitu saja.

Seseorang muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian formal lalu berjalan ke depannya, membawa satu lembar dokumen di tangannya dan membungkuk sejenak untuk memberi hormat pada si pemilik ruangan.

“Tuan, malam ini ada beberapa kiriman dari Thailand. Apakah kita akan langsung pasarkan kembali atau ditimbun lebih dulu?” tanya orang itu dengan sopan.

Papan nama yang ada di atas meja membentang, tulisan yang biasa saja namun memiliki kesan yang kuat karena dihiasi dengan warna gelap yang kentara semakin menambah kesan kuat dari sang pemilik nama sekaligus pemilik ruangan.

Jaemin Na, CEO of Asia Pasific Group.

“Timbun saja sampai harganya melambung tinggi. Pasarkan seperlunya jika ada yang mencari barangnya.” Jaemin berdiri dari duduknya lalu meraih jas yang tersampir di kursi kerjanya. “Di mana Haechan? Kenapa kau yang datang melapor padaku?”

“Tuan Haechan sedang mengurus stock yang ada di gudang. Pesanan yang masuk juga sangat banyak, jadi Tuan Haechan belum bisa menghandle kiriman dari Thailand malam ini.”

Laki-laki itu berdusta, takut kalau Haechan akan murka padanya jika dia jujur. Padahal beberapa saat lalu, Haechan pulang dan ingin istirahat sebentar sebelum dia berubah menjadi zombie. Rasa kantuknya tak bisa diajak kompromi lagi karena tidak tidur selama dua hari.

“Baiklah, kau bisa pergi. Katakan pada Haechan, kalau mau berbohong lagi nantinya maka dia akan kehilangan satu jarinya.”

“Baik, Tuan. Saya permisi.”

Namanya Sungchan, salah satu anak buah yang bisa dia percaya selain Haechan.

“Ah, jangan cari aku lagi malam ini. Kalau ada urusan, besok saja atau kau bisa bicara dengan Haechan. Aku harus menemui seseorang dan tidak boleh ada yang menggangguku.”

“Baik, Tuan.”

Lalu begitu saja, Jaemin keluar dari ruangannya diikuti oleh Sungchan di belakangnya. Suasana kantor Asia Pasific Group sudah sepi karena jam kerja hanya sampai jam lima sore. Tapi setelah jam delapan malam berlalu, maka kantor itu dialih fungsikan menjadi tempat transaksi terlarang.

Mercedes Benz hitam itu melaju kencang, menembus sepinya jalanan pada pukul dua belas malam ini. Sesekali, Jaemin melirik jam tangan rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu berdecak pelan saat tahu bahwa orang yang ingin ditemuinya saat ini sudah tidur. Tapi tidak apa-apa, Jaemin hanya ingin menatapnya supaya energi yang terkuras seharian ini bisa kembali terisi.

Umpatan demi umpatan keluar begitu saja dari mulutnya saat langkahnya tak sengaja menginjak sedikit genangan air yang ada di basement apartemen.

“Harusnya dia pindah saja ke mansion-ku, bukannya malah berdiam diri di apartemen lusuh ini. Perawatan yang sangat buruk.” Jaemin menggerutu sepanjang jalan.

Begitu sampai di depan unit nomor 97, tangannya dengan cekatan memencet password. Baginya, apartemen ini sangatlah lusuh dan tidak layak huni tapi bagi penghuni lainnya termasuk Lia.. Iya, Lianya.. Apartemen ini adalah yang terbaik. Hanya karena genangan air apartemen ini langsung di cap buruk olehnya.

Sepi dan hening, Lia pasti sudah tidur. Dengan langkah pelan, Jaemin masuk ke kamar utama dan mendapati perempuannya itu sudah terlelap.

Sentuhan lembut pada pipinya membuat Lia bergerak, dia meringis karena merasakan sensasi dingin dari sentuhan telapak tangan Jaemin. Dengan gerakan pelan, Lia membuka mata dan mendapati laki-laki itu sudah duduk di tepi ranjang dengan posisi mengukungnya.

“Maaf, aku membangunkanmu,” bisik Jaemin pelan seraya menunduk untuk memberi kecupan pada kening Lia yang masih mengumpulkan kesadarannya. “Tidur lagi, aku mau mandi. Aku tahu kau tidak akan mau dipeluk kalau aku masih bau rokok dan alkohol.”

Memang, Lia paling anti disentuh kalau Jaemin masih bau rokok atau alkohol. Apalagi sejak tadi, ketiga bau itu termasuk bau citrus khas tubuh Jaemin langsung menusuk indera penciumannya.

Lia terduduk di atas ranjang seraya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi. Helaan demi helaan napas terdengar lirih.

Sepuluh tahun sudah mereka bersama, dan selama sepuluh tahun itu Lia masih menepati janjinya untuk selalu ada di samping Jaemin. Menemani laki-laki itu dari titik terendah saat kehilangan orang tua hingga sekarang menjadi orang dengan title sempurna tanpa cacat.

Tapi, prinsip Lia masih tetap sama yaitu dia tidak mau menerima uang apa pun dari Jaemin. Dulu saja dia tidak mau karena tidak mau dianggap memanfaatkan. Apalagi sekarang, sudah jelas Lia tidak mau karena tahu dari mana sumber uang melimpah yang didapat Jaemin selain dari Asia Pasific Group.

Jaemin keluar dari kamar mandi dengan kondisi half naked. Hanya ada handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya lalu dia berjalan santai ke arah lemari pakaian dan mengambil celana pendeknya dari sana.

“Kenapa bangun?” Jaemin merangkak naik ke atas ranjang lalu dengan santai merebahkan dirinya dan menggunakan paha Lia sebagai bantal.

“Kau membuatku bangun, jadi aku tidak bisa tidur lagi.” Lia menunduk dan menatap lekat wajah Jaemin yang berada di bawahnya. Masih orang yang sama tapi dengan jiwa yang berbeda. “Jangan bekerja sampai larut malam begini. Bukankah aku sering bilang begitu? Kalau memang tidak mau mendengarkanku lagi, kau bisa cari..”

Stop!” sela Jaemin sebelum Lia melanjutkan ucapannya. Dia mengubah posisinya menjadi menyamping dan melingkarkan tangannya di pinggang Lia. “Ku mohon, hari ini aku lelah. Banyak pekerjaan yang ku urus dari pagi. Jangan semakin membuatku pusing dengan memarahiku. Aku butuh kau.”

Semua orang segan padanya, semua orang iri padanya, semua orang selalu menunduk jika berpapasan dengannya. Raut wajahnya selalu terlihat angkuh dan berwibawa jika sedang bekerja. Tapi siapa sangka, Jaemin akan melemah di hadapan Lia. Jaemin akan bersikap manja di depan Lia, dan Jaemin akan menumpahkan semua keluh kesahnya hanya pada Lia.

Tangan Lia mulai membelai pelan rambut Jaemin. Masih terasa agak basah karena sehabis mandi. “Kau sudah makan?” tanyanya pelan.

“Tadi, aku bertemu dengan klien dari Jeju. Mereka ingin memakai jasa Asia Pasific Group untuk membangun sebuah sekolah bertaraf internasional di Jeju. Aku sepakat dan sudah tanda tangan kontrak kerja. Setelahnya, kita makan bersama.” Jaemin mulai bercerita, hal yang selalu dia lakukan jika bersama Lia.

Asia Pasific Group adalah perusahaan jasa arsitektur yang didirikan oleh Tuan Na Jaehoon, ayah Jaemin. Lalu sekarang perusahaan itu dilanjutkan oleh Jaemin sendiri. Dibantu oleh beberapa orang terdekat ayahnya.

“Bagus, kau sudah bekerja keras hari sini, sayang.” Lia menunduk dan memberi satu kecupan pelan di pipi kiri Jaemin. Kalimat yang sangat disukai oleh Jaemin.

“Besok, temani aku membeli sepatu kantor. Tadi aku menginjak genangan air yang ada di basement dan sepatunya kotor. Aku tidak suka.”

“Jae..”

Jaemin mendongak dan menatap Lia yang kini menatapnya dengan sinis. Hanya karena kotor terkena genangan air, Jaemin ingin mengganti sepatunya. Sungguh, sifat dan sikapnya saat sebelum bertemu Lia kembali dan sekarang semakin parah.

“Uangnya..”

“Uangku banyak, jangan bilang ditabung terus karena aku sudah melakukan apa yang kau suruh. Aku punya tabungan juga, jadi jangan larang aku untuk membeli sepatu lagi.” Jaemin menyela. “Tapi, kalau kau mau tinggal bersamaku di mansion. Aku tidak akan membeli sepatu lagi dan akan berjanji untuk tidak boros.”

Lia sukses dibuat terkekeh olehnya, Jaemin itu selalu punya cara supaya dia mau ikut tinggal di mansion dan meninggalkan apartemen ini. Bagi Lia apartemen itu mewah dan besar tapi bagi Jaemin apart itu sangat kecil dan lusuh. Lia juga tidak mau meninggalkannya begitu saja, apartemen ini dia beli dengan uang hasil kerja kerasnya selama ini.

“Selama kau masih bergelut dengan pasar gelap, aku tidak akan pernah mau tinggal bersamamu. Apalagi menerima uangmu.” Lia menolak.

Bicara tentang pasar gelap.. Ya, Jaemin terjun ke pasar gelap setelah tahu bahwa dulu, ayahnya ternyata menyelaminya juga di samping perusahaan Asia Pasific yang dia punya. Ratusan hingga miliaran uang yang masuk setiap harinya membuat Jaemin tergiur dan akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan itu juga. Padahal uang yang dia dapatkan dari perusahaan Asia Pasific tidak sedikit. Tapi ya, yang namanya hal terlarang pasti lebih menarik.

Jaemin beranjak duduk lalu beralih merengkuh tubuh Lia ke dalam dekapannya. Menghirup aroma floral yang menguar dari tubuh Lia.

“Jangan tinggalkan aku kalau kau tidak ingin melihatku mati secara perlahan. Kau pergi maka aku hancur,” bisik Jaemin di dekat telinga Lia.

“Maka dari itu, berhenti. Berhenti sebelum pihak berwajib tahu dan kau berakhir ditahan. Ku mohon, berhenti sebelum aku bosan menghadapi sikapmu yang berubah ini. Berhenti, sebelum aku pergi darimu..” Lia mengancam.

Jaemin semakin mengeratkan pelukannya, beralih memberi kecupan-kecupan kecil di pundak Lia. Lalu beralih menangkup kedua pipi Lia dan mencium Lia dengan agresif. Mendorong pelan tubuh perempuan itu hingga berbaring.

Pasrah, Lia hanya bisa membalas serta mengimbangi gerakan bibir Jaemin padanya. Percuma melawan karena saat ini, kedua tangannya diangkat ke atas lalu dipegang dengan kuat oleh Jaemin.

Aroma citrus dan aroma floral dari tubuh masing-masing menguar, bercampur menjadi satu saat mereka berciuman tanpa cela.

“Nanti, ya. Ada yang harus ku lakukan terlebih dahulu sebelum berhenti. Setelahnya aku janji, aku akan kembali padamu menjadi Jaemin yang dulu.” Jaemin berbisik pelan. Dia kembali mendaratkan kecupan kecil pada pipi Lia, beralih ke bibir lalu perlahan ke leher jenjang Lia. “Kita tidur saja, besok ingat temani aku membeli sepatu.”

Jaemin merebahkan tubuhnya di samping Lia lalu menarik selimut untuk mereka. Dia memilih berhenti sebelum hilang kendali dan meniduri Lia.

“Aku tidak bisa, besok aku bekerja sampai jam enam sore. Ryujin tidak bisa datang cepat karena ada urusan jadi aku akan menggantikannya sebentar.”

“Apa aku perlu bicara dengan pemilik hotelnya supaya orang lain menggantikanmu?”

Lia menggeleng, dia semakin merapatkan tubuhnya dalam dekapan Jaemin. “Apa kau akan menginap di sini?” tanya Lia seraya menyamankan dirinya dalam dekapan Jaemin. “Biasanya selalu pulang kalau sudah mampir sebentar.”

“Besok aku ada rapat penting dari pagi sampai siang. Jadi, aku mau mengisi energiku malam ini dengan berpelukan bersamamu sampai pagi.”

“Bukannya sudah, ya? Kontrak dengan yang di Jeju sudah selesai, kan? Rapat apa lagi, atau ada proyek lain yang sedang kau kerjakan?”

“Jangan tahu dan jangan ingin tahu. Kau cukup tetap berada di sisiku dan jangan tinggalkan aku. Aku harus melakukan beberapa hal sebelum nanti kembali padamu menjadi Jaeminmu yang dulu. Tapi selama itu, ku mohon, jangan tinggalkan aku atau aku tidak akan bisa menyelesaikan urusanku.” Jaemin menatap Lia dengan tatapan memohon.

Lia tahu bahwa semua ini salah, apa yang Jaemin lakukan sangat-sangat salah. Pasar gelap yang tidak seharusnya Jaemin masuki karena jika pihak berwajib tahu, maka semuanya selesai. Tapi apa yang bisa Lia lakukan, tidak mungkin Lia akan melaporkan kekasihnya.

Jadi..

“Kau harus segera berhenti. Aku pacarmu dan aku punya hak untuk melarangmu melakukan sesuatu yang dapat membahayakanmu. Aku memikirkan keselamatanmu makanya aku menyuruhmu berhenti. Aku menyayangimu, kalau tidak maka aku tidak peduli apa pun yang kau lakukan. Aku tidak akan pernah bosan memperingatimu dan jika kau tidak bisa menepati janjimu untuk kembali padaku menjadi Jaeminku yang dulu, maka kita selesai. Aku benar-benar akan meninggalkanmu.”

“Iya, sayang. Akan ku ingat.”

Jaemin selalu bergidik ngeri kalau Lia menyinggung soal berpisah karena Jaemin tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya dia kalau Lia pergi dari hidupnya. Karena Lia adalah dunianya.

**

Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.

©dear2jae
2022.02.12 — Sabtu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top