05,5. Stay With Me, Forever
Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jaemin menarik tangan Lia untuk duduk di sebuah kursi. “Padahal aku sudah bilang pada manager-nya untuk meminta maaf saja padamu. Kenapa malah mengirim pesan yang panjang begitu.” Jaemin menggerutu.
“Jae!” teriak Lia sambil melayangkan cubitan keras pada lengan Jaemin. “Jangan bercanda, aku sedang marah padamu. Kau bilang mau belajar berhemat tapi kenapa malah mengganti kerugian yang aku timbulkan?”
“Aku tidak bisa berdiam diri saat pacarku kesusahan. Kau pikir aku bisa tenang saat tahu kau punya masalah?”
“Lain kali simpan saja uangmu, aku masih punya uang. Cukup untuk hidup beberapa bulan ke depan dan aku juga punya pekerjaan. Ya, walaupun paruh waktu tapi aku dapat gaji. Rencananya aku mau menambah jam kerjaku supaya gajinya bisa banyak untuk mengganti biaya mixer-nya. Tapi kenapa kau malah menggantinya lebih dulu, aku jadi sungkan padamu. Kalau kau mengajakku pacaran hanya karena rasa kasihan, lebih baik putuskan aku karena aku tidak mau. Aku masih bisa mengusahakan hidupku sendiri.”
Detik itu juga, Jaemin memutuskan untuk memusatkan seluruh dunianya pada Lia. Bagaimana Lia tetap rendah diri di depannya dan tidak malu. Berkata ingin mengganti uangnya di saat Lia sebenarnya pantas mendapatkan apa pun dari Jaemin sebab mereka berstatus sepasang kekasih.
“Aku menyukaimu dan mencintaimu. Tulus. Bukan karena rasa kasihan dan iba. Jadi, ku harap kau bisa bertahan denganku dan mengabaikan ucapan mereka,” ujarnya lembut sambil menangkup kedua pipi Lia. “Karena aku tahu, anak-anak yang lain menghujatmu di sekolah tadi pagi. Ku mohon, abaikan saja apa kata mereka karena di sini kita yang menjalaninya, bukan mereka. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kita.”
Lia mengangguk pelan sembari menurunkan tangan Jaemin dari pipinya. Malu kalau sampai dilihat orang-orang nantinya.
“Untuk uang gantinya, santai saja ya, sayang. Jumlah hanya sedikit..”
“Apa?” potong Lia dengan mata melotot. “Sedikit? Kau bilang itu sedikit? Bagiku itu sangat-sangat banyak!”
“Iya, itu banyak. Iya.” Jaemin mengalah dan memilih menggenggam tangan Lia dari pada tubuhnya nanti membiru bekas cubitan yang dilayangkan oleh Lia padanya. “Tapi, aku tidak mau kau menggantinya dengan..”
“Oh, iya..” Lia lagi-lagi memotong ucapan Jaemin padanya. “Untuk gantinya, aku tidak akan langsung mengganti semuanya. Dicicil boleh, ya?”
Jaemin menggeleng. “Aku tidak mau kau menggantinya dengan uang.”
“Lalu?”
“Ganti dengan waktu. Kau harus tetap bersamaku, selamanya. Apa pun yang terjadi, tidak peduli apa kata orang-orang, kau harus bertahan denganku. Kalau kau berpikir untuk meninggalkanku, maka uang gantinya akan semakin banyak. Jadi, jangan berani-berani tinggalkan aku kalau tidak mau ganti yang banyak.”
Seulas senyum kecil tercetak dengan jelas di wajah Lia. Dia mengangguk kecil untuk menyetujui ucapan Jaemin. Seberuntung inikah Lia mendapatkan sosok seperti Jaemin? Baik, pengertian, bisa memahami, dan yang paling penting menerimanya dengan segala kekurangannya.
“Aku akan menggantinya dengan membuatkanmu bekal setiap hari. Kalau hanya waktu, aku bisa janji. Aku bisa selalu ada untukmu asalkan kau tidak berubah. Tapi uang itu jumlahnya tidak sedikit. Jadi, biarkan aku melakukan apa pun supaya aku merasa lega. Iya?” pinta Lia.
“Iya, sayang,” jawab Jaemin yang sukses membuat rona merah di pipi Lia. “Oh ya, bekalku mana? Tadi tidak sempat menemuimu. Mana?”
“Sudah dingin, tidak enak kalau dimakan sekarang. Nanti kau makan di rumahmu saja, ya.”
“Tapi tidak basi, kan?”
“Tidak.”
“Ya sudah, mana? Aku akan memakannya. Aku lapar. Kalau menunggu sampai rumah nanti di jalan aku pingsan. Kau mau tanggung jawab?”
Awalnya Lia ragu, tapi Jaemin bilang tidak apa-apa, jadi dia mengeluarkan kotak bekalnya dari tas sekolah lalu menyodorkannya di depan Jaemin.
Dengan antusias, Jaemin meraihnya. Walaupun nasi dan lauk pauknya sudah dingin, tapi masih enak. Masih menjadi kesukaaan Jaemin yaitu masakan Lia, apa pun yang dibuat oleh Lia.
Selagi Jaemin menyantap makanannya, Lia menyiapkan satu botol air minum yang masih ada sambil memperhatikan lahapnya Jaemin.
“Tapi, dari mana kau tahu kalau aku merusak mixer toko?” tanya Lia.
“Setelah mengantarmu pulang, aku dijemput supir dan kembali ke toko pizza itu. Aku langsung bertanya pada manager-mu, apakah kau punya masalah karena raut wajahmu terlihat lain dari biasanya. Dia mengangguk lalu memberitahuku bahwa kau tidak sengaja merusak mixer-nya. Aku tanya harganya berapa dan dia bilang 1 juta won. Ternyata sedikit, aku kira sampai berpuluh-puluh juta won. Tapi kalau memang puluhan juta won, aku akan tetap menggantinya..” jawab Jaemin enteng. Merasa 1 juta won bukan apa-apa baginya.
1 juta won = ± 12.000.000 rupiah.
Kali ini bukan cubitan tapi tepukan keras pada lengan kanannya. Seketika, Jaemin tersedak dan buru-buru meraih botol air yang ada di tangan Lia.
“Jangan asal pukul, sakit!” pekik Jaemin sambil mengusap lengannya. “Hobi baru, ya, pukul pacar sendiri?”
“IYA!”
Gemas, Jaemin menarik pipi kanan Lia dan menguyelnya hingga Lia mengaduh kesakitan.
Hidup yang awalnya tidak terarah dan tidak punya tujuan yang jelas, kini semuanya lebih jelas bagi Jaemin. Karena notabenenya berasal dari keluarga serba ada, Jaemin tidak begitu mementingkan masa depan karena dia tahu apa pun bisa dilakukan oleh orang tuanya. Tapi sekarang, sejak bertemu dengan Lia, Jaemin banyak belajar hal penting. Salah satunya adalah bagaimana caranya bertahan hidup di saat tidak ada lagi yang menyokong semua kebutuhan. Kegigihan dan semangat Lia dalam mencari pundi-pundi uang semakin memotivasinya untuk bekerja nanti lalu menjadi orang yang tidak bergantung pada siapa pun, termasuk orang tuanya.
“Tapi, tadi waktu istirahat kau ke mana? Kenapa tidak mencariku ke kelas dan mengambil bekalnya?” tanya Lia.
“Aku pergi menemui manager-mu itu dan memberinya uang ganti kerugian. Sengaja ku berikan tadi supaya kau masih kepikiran..”
“Jae..” Lia cemberut dan raut wajahnya berubah sedih bahkan matanya berkaca-kaca. “Jahat. Aku sampai kehilangan tenaga karena merasa sangat takut dan belum tahu mau mencari uang di mana.”
“Maaf, sayang. Aku tidak mungkin membuatmu merasakan ketakutan lebih lama, hanya saja aku harus bertemu dengan Bu Song itu supaya aku bisa bicara dengannya dan dia tidak seenaknya lagi padamu. Tapi ternyata, dia tidak ada di toko. Jadi ya sudah, aku hanya memberikan uang gantinya pada si manager.”
Lia mengangguk pelan, dia kemudian meraih kotak bekal yang sudah kosong itu lalu kembali menjejalkannya ke dalam tas karena Jaemin sudah selesai makan.
“Ingat, ya.. Aku pasti akan mengganti uangmu. Dengan cara apa pun, kau tidak boleh protes. Aku benar-benar tidak mau diberikan secara cuma-cuma.”
“Makanya, ganti dengan waktumu. Aku mau kau selalu ada disisiku, selamanya.”
“Kita masih SMA, perjalanan masih sangat panjang. Masih harus kuliah nantinya lalu bekerja. Pasti banyak orang baru yang akan kita temui. Jadi, kemungkinan kau akan berpaling dariku itu..”
Jaemin sontak menutup mulut Lia dengan tangannya. Merasa tahu ke mana arah pembicaraan Lia padanya.
“Jangan bicara sembarangan. Aku tidak akan berpaling apalagi sampai meninggalkanmu. Di sini harusnya aku yang berkata seperti itu padamu. Jangan berpaling dariku dan jangan meninggalkanku. Paham?”
“Satu lagi, jangan berubah ya. Tetap seperti ini, selamanya. Menjadi Jaemin yang baik, menjadi Jaemin yang rendah hati, menjadi Jaemin yang selalu humble terhadap orang-orang, dan menjadi Jaemin yang selalu aku banggakan.”
Jaemin mengangguk dengan mantap di depan Lia. Bahkan mereka berdua menautkan kelingking masing-masing. Berjanji bahwa mereka akan selalu bersama dan tidak pernah berubah.
Kedua mata Lia terpejam seiring dengan sapuan lembut yang dia rasakan pada bibirnya. Jaemin menempelkan bibirnya dengan lembut, sangat lembut seolah kalau dikasari sedikit saja maka bibir Lia akan hancur berkeping-keping. Hanya kecupan biasa tapi agak lama.
Sungguh, pertemuan yang begitu berkesan bagi Jaemin maupun Lia. Hanya dengan mendengar gumaman Lia yang menurutnya sangat menyentuh hati, membuat Jaemin akhirnya memantapkan hati untuk Lia. Gadis biasa dengan segala kelebihan yang dia punya.
Lalu bagi Lia, awalnya dia berpikir Jaemin mendekatinya karena ada alasan lain. Ternyata pikiran negatifnya tidak terbukti sama sekali. Jaemin tulus mencintainya.
Hubungan mereka banyak rintangannya, salah satunya adalah hujatan yang masih diterima oleh Lia dari teman-temannya. Tapi Jaemin terus meyakinkan Lia supaya perempuan itu bisa bertahan dengannya. Tidak peduli apa kata mereka.
Hingga tak terasa, hubungan mereka bertahan sampai lulus sekolah. Hari-hari yang mereka lalui hampir semuanya monoton karena sepulang sekolah Lia selalu pergi bekerja, pulang ke rumah jam delapan malam lalu berbicara lewat telepon dengan Jaemin sebelum tidur. Kadang Lia merasa bersalah karena tidak bisa memberi waktu yang maksimal untuk Jaemin. Tapi dengan segala kesabaran yang Jaemin punya, dia paham dan mengerti akan kesibukan Lia.
Kadang juga, kalau ada waktu luang atau libur kerja untuk Lia, mereka pergi jalan-jalan. Hanya jalan-jalan menikmati angin sore sambil bergandengan tangan. Tapi bagi mereka itu cukup.
Hubungan yang awalnya dirasa akan singkat, ternyata bertahan lama. Mereka sama-sama kuliah di kampus yang sama. Lia dengan otak encernya berhasil mendapatkan beasiswa berprestasi dari pihak universitas.
Banyak yang mendekati Lia tapi memilih mundur saat tahu Lia punya pacar. Apalagi pacarnya Jaemin. Seantero kampus bahkan langsung mengenalnya. Sejak saat itu, tidak ada yang berani mengusik Lia.
Sayangnya, Jaemin si anak baik yang Lia kenal berubah drastis setelah kematian orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Jaemin si baik hati dan humble berubah menjadi sosok yang tidak pernah Lia kenal. Sampai Lia heran, padahal Jaemin terlihat sangat-sangat frustasi dan berantakan saat ditinggal orang tuanya tapi setelah beberapa bulan berlalu, Jaemin seakan kerasukan setan. Sikap dan sifatnya berubah total. Dari yang tadinya sangat baik berubah menjadi dingin pada semua orang.
Dan yang paling membuat Lia kecewa adalah, Jaemin kehilangan arah karena banyaknya bisikan dari pihak-pihak rekan mendiang ayahnya. Hingga akhirnya, Jaemin benar-benar berubah dan kehilangan arah.
•••
Ok guys, part-part awal mula mereka pacaran sampai sini yaa. Part selanjutnya akan menceritakan masa sekarang. Alurnya nanti maju mundur kalo emang ada yang perlu dibahas. Untuk alur mundur atau flashbacknya, nanti tulisannya cetak miring ya.
Thank you💟
**
Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.
©dear2jae
2022.02.10 — Kamis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top