(d) Exist

Karleesha emiliki waktu luang yang cukup banyak dan bisa digunakannya untuk mengunjungi kantor karena sang mertua dan adik-adik Janu siap untuk mengemban tugas sebagai pengasuh bagi si kembar. Rasanya benar-benar melegakan karena dia bisa bekerja tanpa pusing memikirkan untuk mengurus kedua bayinya. Yang biasanya dia harus mengadakan rapat dengan tim melalui sambungan nirkabel komputer di rumah, sekarang Karleesha memiliki kesempatan untuk datang langsung. 

"Bu Karlee mau dipesankan sarapan?" tanya salah seorang pekerja office boy yang sudah biasanya menanyakan semua orang yang mau dibelikan makanan setiap paginya. 

"Oh, nggak, Pak Yusron. Saya sudah makan tadi di rumah mertua." 

Yusron tersenyum dengan penuh arti. "Alhamdulillah, ya, Bu Karlee. Dapet mertua yang baik itu rezeki yang nggak bisa gitu aja didapatkan."

Karleesha tersenyum dan mengangguk setuju. "Betul, Pak Yusron. Saya beneran bersyukur sekali karena bisa mendapatkan mertua yang baiknya sudah melebihi orangtua saya sendiri." 

"Saya senang melihat Bu Karlee bisa tersenyum selepas dan sesemangat ini. Pancaran setelah menikah bener-bener bikin Bu Karlee makin cantik." 

Karleesha tertawa dan menjawab, "Bisa aja, Pak Yusron." 

"Saya serius, Bu." Yusron mengamati sekitar dan mengecek jam tangannya. "Saya harus gerak cepet, nih, Bu. Pegawai yang lain sudah nunggu makan paginya." 

Karleesha mengangguk. "Iya, Pak Yusron. Silakan lanjut kerjaannya."

Karleesha duduk di kursi kerjanya yang sudah cukup lama tidak dia sentuh. Sungguh, sebagai seorang perempuan yang pernah begitu senang bergerak ke sana kemari tanpa dihalangi dengan urusan anak, Karleesha jelas merindukan momen seperti ini. Momen dimana dirinya benar-benar lepas menjadi wanita yang berdikari atas dirinya sendiri. Bukan berarti dia tidak menyukai perannya sebagai seorang ibu dan istri. Hanya saja, dia juga sesekali perlu mengingat bahwa tubuhnya dan jiwanya masih miliknya sendiri. Jangan sampai dia tertekan karena kehilangan dirinya sendiri demi mementingkan peran ibu dan istri terus. 

"Bu," panggil seseorang yang sudah mengetuk pintu ruangannya lebih dulu. 

"Kenapa, Icha?" ucap Karleesha. 

"Tadi ada yang nanya-nanya di bagian depan. Saya nggak kenal siapa, tapi dia minta nomor dan tempat tinggal Ibu." 

Karleesha menyatukan keningnya dengan rapat. "Dia nggak sebutin namanya, Icha?" tanya Karleesha. 

"Nggak, Bu."

"Perempuan atau laki-laki?" 

"Perempuan, Bu." 

Satu-satunya yang terlintas di kepala Karleesha adalah perempuan yang dulu dihamili oleh mantan calon suaminya. Tapi untuk apa kembali lagi dalam hidup Karleesha? Urusan mereka itu sudah lama selesai. Lagi pula, pria yang ingin direbut sepenuhnya juga sudah tiada di dunia ini. Untuk apa lagi mencari Karleesha? Tapi bisa jadi juga bukan perempuan itu. Mungkin orang lain yang memang mengenal dan tidak Karleesha sadari sudah kenali. 

"Saya cek CCTV aja, deh. Nanti kalo saya kenal, saya kasih tahu kamu untuk bawa ke ruangan saya, ya." 

"Tapi orangnya udah pergi, Bu." 

"Hm, oke. Nggak apa-apa. Makasih, ya, Icha." 

"Oke, Bu. Saya balik meja saya lagi." 

Karleesha memiliki hak penuh atas CCTV. Kebetulan ruangan tersebut memang hanya boleh Karleesha yang memantau. Jadi, ketika dia mencoba mengecek dan mendapati wajah yang sama sekali tidak dikenalinya, keningnya berkerut begitu dalam. Siapa perempuan yang mencarinya tanpa benar-benar Karleesha kenali? Sungguh, Karleesha tidak berbohong bahwa dia tidak mengenal perempuan tersebut. 

Saat dia masih berusaha memikirkan siapakah wajah si perempuan asing itu, ponselnya memberikan notifikasi email pribadinya dari sang papa. Sebuah kalimat singkat yang menjelaskan bahwa di sana tertera nama dan foto perempuan atau istri muda papanya. 

From Redrick Hovar: 

Leesha, this is the person that still be my wife. If you meet her by chance, please tell me. I'll fly to your country as soon as possible. Thank you, Leesha. 

Karleesha merasa seperti dirinya adalah orang asing yang sedang dimintai tolong oleh papanya sendiri. Dia sama sekali tidak ditanya mengenai kabar hari ini, melainkan papanya sibuk meminta bantuannya untuk menemukan perempuan yang tidak ingin Karleesha temukan. 

Dia baru saja membuka file yang berisi beberapa foto perempuan yang papanya cari itu. Lalu, dia mengamati lagi orang asing yang mampir ke kantornya dan meminta nomor ponselnya dari pegawai Karleesha. Jika diamati lebih detail, Karleesha mulai bisa melihat kesamaan antara perempuan yang papanya cari dengan yang tertangkap CCTV kantornya. Seperti sebuah perumpamaan; pucuk dicinta ulam pun tiba. Tentu saja yang akan senang adalah papa Karleesha, karena memang instingnya meminta bantuan sang putri sangatlah tepat. 

"Jadi ini perempuan yang Papa cari dengan begitu keras kepala. Perempuan yang jauh lebih muda dari Mama, dan perempuan yang lebih cantik tentu saja. Perempuan ini juga yang mencari-cari keberadaanku entah untuk apa. Kayaknya aku harus ikut dalam permainan Papa dan perempuan yang Papa inginkan ini, ya." 

Karleesha tidak akan bisa untuk menghindar. Dia sudah terlibat dalam hubungan papanya, jadi dia akan berusaha untuk mengimbanginya saja. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top