(c) The Twins
[Yuhuuu, update nih. Kasih semangat aku, donggg. Oh, iya. Yang mau baca dramanya ponakan Janu pas jenguk si kembar bisa mampir langsung ke Special Episode 5: Jairo's Talk di Karyakarsa kataromchick, ya. Dramanya diceritain dari POV ponakannya Janu yang gemesin. Happy reading semuanya❤️]
Dua bayi menggemaskan akhirnya lahir ke dunia dengan selamat dan tanpa kekurangan satu apa pun. Kelegaan menyapa wajah-wajah yang lelah menunggu selesainya operasi persalinan Karleesha. Setelah ada drama membawa Karleesha ke rumah sakit, keberadaan dua bayi berjenis kelamin berbeda itu membuat para orangtua menangis haru.
“Luar biasa memang kalian ini. Begitu bikin langsung dapat dua, laki-laki dan perempuan. Nggak perlu cemas mama soal cucu laki-laki dan perempuan. Sudah dapat dua, jackpot tenan, Kar.”
Karleesha menatap mamanya dengan dengkusan lemas. Ucapan Samantha tidak membuat Karleesha sepenuhnya senang. Memangnya kenapa Karleesha harus memenuhi keinginan cucu perempuan dan laki-laki? Jika bayi kembarnya dua-duanya perempuan kenapa? Jika keduanya laki-laki juga kenapa? Karleesha tidak berniat memenuhi keinginan mamanya memberikan cucu laki-laki dan perempuan. Yang namanya memiliki buah hati jelas dengan kesepakatan bersama, bukan salah satu saja.
Namun, Karleesha tidak mengutarakan isi pikirannya yang satu itu. Dia tidak mau ngotot mengoreksi ucapan Samantha yang memang seringnya membuat kesal. Yang terpenting Karleesha bersyukur diberikan dua buah hati yang lahir selamat dan tidak kekurangan apa pun.
“Bagi Ayah sendiri, mau laki-laki atau perempuan, mereka yang terpenting sehat. Alhamdulillah, berat badan keduanya normal, panjangnya juga normal. Nggak ada yang kekurangan gizi, berarti mereka berdua sudah pinter sejak dalam kandungan, suka berbagi asupan makanan seimbang.”
Karleesha senang mendengar ucapan mertuanya. Arsaki memang pria yang mampu mensyukuri apa pun yang dirinya punya. Mungkin karena sudah memiliki pengalaman lima anak, makanya tidak muluk-muluk ingin cucu berjenis kelamin apa pun. Lagi pula memang Arsaki dan Samila sudah mendapatkan cucu pertama dari adik Janu, makanya mereka tidak heboh seperti Samantha yang masih memikirkan jenis kelamin.
“Arl, udah boleh makan dan minum. Kamu mau sesuatu?” tanya Janu yang sedari tadi duduk di samping ranjang istrinya itu.
“Nggak, aku udah minum tadi. Masih belum laper juga. Nanti aja nunggu jatah makan dari rumah sakitnya.”
Janu mengangguk dan mengusapi pipi Karleesha. Hal yang pastinya membuat perempuan itu bersyukur karena Janu tidak terlihat hanya mementingkan bayi mereka saja. Pria itu tetap mementingkan kondisi Karleesha meski sudah melihat bayi mereka.
“Kamu nggak gendong bayi kita?” tanya Karleesha.
“Udah. Biarin para orangtua yang sekarang sibuk sama si kembar. Aku akan urus si kembar nanti begitu orangtua pada pulang. Sekarang, mumpung nggak ada yang sibuk cerewet ke kamu, kasih aku tugas untuk urusin kamu, Arl.”
Senyuman di bibir Karleesha tidak bisa ditahan, dia senang dengan perlakuan yang suaminya berikan ini. Terlepas dari rasa cinta yang tidak menjadi dasar hubungan mereka, perhatian dan kasih sayang ini melebihi ekspektasi Karleesha. Nyatanya memang Janu banyak belajar untuk menjadi pasangan yang baik. Sudah sepantasnya Karleesha tidak menyiakan kesempatan tersebut, kan?
“Hm ... kalo gitu potong buah melonnya. Aku mau ngemil buah. Suapin, ya.”
Janu tertawa kecil dan mengangguk, meski potongan buah melon yang pria itu buat tidak rapi, tapi Karleesha mengapresiasinya dengan mengunyahnya penuh semangat.
“Tadi perawatnya bilang setelah beberapa jam kamu disuruh buat belajar jalan. Tapi aku nggak tega. Kamu baru selesai operasi, tapi udah disuruh aktivitas kayak orang normal. Apa perawatnya nggak mikirin kondisi si ibu pasca operasi?!”
Janu terlihat kesal sendiri saat menyampaikan hal demikian. Namun, Karleesha tidak ikut kesal. Dari pengalaman pegawai di kantor yang sudah melahirkan, memang setelah operasi si ibu akan diminta belajar berjalan tidak lama pasca operasi. Malah ada yang dimarahi karena bersikap manja.
“Mungkin tujuannya baik, Nu. Supaya recovery nya lebih cepat. Luka kalo dimanja-manja malah semakin berasa sakitnya. Aku akan belajar jalan pelan-pelan nanti, dari pada diomelin dan dibilang manja sama perawatnya.”
“Aku suami kamu, Arl. Kalo mereka berani marahin kamu, lihat aja. Kita di sini bayar pakai biaya pribadi, ya. Nggak pake asuransi pemerintah. Awas aja kalo mereka macem-macem sama kamu.”
“Hm ... protektifnya. Mau hadiah apa, sih? Kayak bukan kamu banget bisa ngomong begini, Nu.”
Janu menyuapkan kembali potongan buah melon ke mulut istrinya dan berkata. “Hadiahnya kamu sembuh, cepet pulang, dan kumpul berempat di rumah yang sama. Aku nggak mau dipisahin lagi dari istriku sendiri.”
Karleesha bisa melihat bagaimana Janu memang kesulitan selama tiga bulan dipisahkan dengan sengaja. Pria itu tidak terlihat senang berpisah dari Karleesha, padahal mereka tidak berhubungan karena cinta, tapi Janu senang sekali menempeli perempuan itu.
“Kamu sebegitu nggak sukanya jauh dari aku, ya, Nu?” pancing Karleesha.
Janu langsung menatap istrinya dengan kesal. “Menurut kamu aku seneng?”
Menaikkan kedua bahunya, Karleesha menambahkan. “Kan, siapa tahu kamu masih seneng punya waktu sendiri. Bersikap seperti masih single juga nggak ada yang tahu kalo kamu bakalan punya anak kembar.”
“Aku nggak dibesarkan seperti itu. Ayah selalu lengket sama Ibu, nggak bisa jauh-jauh dari Ibu. Sedikit banyak aku juga niru begitu. Ngapain bersikap single? Orang udah ada pawangnya yang bisa aku terkam.”
Karleesha menepuk bibir Janu karena sudah menggunakan istilah semacam itu, padahal masih ada para orangtua yang pasti mencuri dengar meski mereka bicara dengan suara pelan.
“Janu, jangan deket-deket kalo ngomong. Ini bayimu baru lahir, jangan sampai adiknya muncul dengan jarak usia kayak anak kembar lagi.”
Arsaki mengingatkan dan Janu hanya bisa menghela napas panjang. Sedangkan Karleesha tertawa pelan, yang perlu menjaga jarak memang Janu sebab yang menyemburkan sperma aktifnya adalah pria itu. Arsaki pasti peka bahwa kemampuan sperma Janu kurang lebih seperti Arsaki sendiri yang bisa menghadirkan lima anak ke dunia.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top