(b) Ours
[Haiii! Aku kembali lagi. Semoga lancar untuk melanjutkan Mas Janu. Anyway, setelah chapter ini ada special chapter yang akan hanya bisa kalian baca di Karyakarsa kataromchick, ya. Mohon ditunggu🤭. Happy reading, dan silakan bagikan cerita ini jadi rekomendasi kalian ke teman-teman sehobi.]
Pulang dengan keadaan lelah memang terkadang membuat seseorang tidak bersemangat untuk melakukan apa pun. Namun, untuk Janu, setiap kepulangannya belakangan ini mampu memberikan suntikan semangat dari kedua bayi kesayangannya yang selalu terbayang-bayang di mata.
"Papa pulang!"
Tidak ada sahutan, sudah kelas jika orang-orang yang ada di sana mungkin sudah sibuk di kamar untuk istirahat. Janu tidak biasanya Janu tidak disambut oleh sang istri, tapi juga tidak aneh jika memikirkan Karleesha tidak menyambutnya karena mengurus dua bayi sekaligus.
"Arl?"
Dia memanggil nama sang istri dan belum mendapatkan balasan. Untuk mencegah omelan Karleesha, dia membersihkan diri lebih dulu di kamar mandi tamu, menggunakan handuk yang memang selalu tersedia baru. Jika Karleesha sudah tertidur, maka pria itu tidak mau mengganggu. Mengurus dua bayi dan memastikan usahanya tidak colapse saja sudah pasti melelahkan, Janu tidak mau manja meminta diurusi Karleesha terus menerus. Jika bisa dia yang mengurus istrinya.
"Janu?"
Panggilan itu membuat Janu menoleh ketika sedang mengisi piring dengan nasi hangat. "Hai, Arl."
Dilihatnya wajah sang istri yang memang tampak baru bangun dari tidur. Mengurus dua bayi memang tidak mudah.
"Kamu makan? Mau disiapin?" tanya Karleesha.
"Udah aku ambil sendiri, Arl. Kamu udah makan?"
Karleesha mengikuti suaminya untuk mengambil piring dan mengisinya dengan nasi hangat. Mereka bergabung di meja makan dan mengambil lauk yang sudah Karleesha masak tadi sore.
"Aku udah makan tadi, tapi laper lagi. Efek nyusuin emang beneran bikin aku cepet laper."
Janu tidak masalah dengan kenaikan bobot Karleesha. Tubuh berisi perempuan itu tidak menjijikan sama sekali, justru Karleesha tampak seperti biola ukuran besar yang ketika Janu peluk di setiap malamnya selalu pas. Lekukan tubuh Karleesha sangat tepat, mungkin karena perempuan itu masih cukup aktif olahraga meskipun ringan.
"Janu," panggil Karleesha.
"Hm?"
"Aku udah pernah cerita soal ayahku nggak, sih, ke kamu?"
"Kayaknya pernah. Kamu bilang ayah kamu bule yang sekarang tinggal di Amerika. Terus kalian nggak pernah ketemu langsung, cuma sesekali telepon aja. Kenapa emangnya?"
Karleesha mengangguk sejenak dan mengunyah makanannya lebih dulu sebelum melanjutkan. "Kamu nggak tahu kalo ayahku udah punya istri muda berarti, ya?"
Janu mengerutkan keningnya. "Emang aku perlu tahu sampai segitunya? Aku juga nggak pengen kenal sama istri muda ayah kamu, Arl."
"Nggak gitu maksudnya. Aku mau cerita, ayahku itu agak bodoh kalo aku bilang. Istri mudanya sering bikin masalah, problematik gitu. Kebetulan, katanya orang Asia, Indonesia juga. Beberapa waktu belakangan, kalo istrinya kabur-kaburan, ayahku selalu tanya via email buat kasih tahu kalo ketemu istri mudanya. Aku pusing banget ngurusin ayahku yang kecanduan daun muda."
"Terus kamu mau suruh aku cariin istri muda ayahmu?"
Karleesha berdecak. "Ngapain?! Yang ada nanti kamu malah digodain terus malah bermasalah sama ayahku!"
Janu mengusap tepian bibir istrinya yang terdapat nasi menempel. Dia menjepit dagu Karleesha agar perempuan itu menatap dengan fokus padanya.
"Kalo dia mau godain aku habis-habisan juga aku nggak akan gimana-gimana. Aku udah punya kamu dan anak-anak. Nggak ada yang bisa membuatku berpaling dari kamu."
Karleesha tertawa pelan pada ucapan suaminya. Namun, dia tetap memberikan balasan berupa kecupan di telapak tangan Janu dengan sensual. Janu sendiri bisa merasakan tengkuknya meremang karena kecupan tersebut.
"Anak-anak udah nyenyak, kan?" tanya Janu.
"Udah."
Janu mengangguk puas. "Bagus. Kita juga habis makan. Nggak ada alasan untuk kamu kabur habis ini."
"Hm? Apa-apaan? Aku nggak pernah kabur. Kecuali kalo anak-anak tiba-tiba nangis malem."
"Itu sama aja kabur, Sayang."
"Nggak, dong. Aku nggak kabur. Itu ngurusin anak. Kan, udah jadi konsekuensi kamu karena udah hamilin aku. Kalo mau berhubungan ranjangnya jangka panjang, anak-anak harus tenang dulu."
Janu menggeleng tidak habis pikir ucapannya terus dibantah oleh Karleesha. Tapi memang bantahan perempuan itu benar dan tidak bisa Janu balikkan.
"Kok, diem?" tanya Karleesha.
"Emangnya aku harus jawab apa? Aku udah nggak bisa lawan kamu, deh, kalo udah bawa pengasuhan anak-anak."
Karleesha menyelesaikan makannya lebih dulu karena dia memang lebih lapar dari Janu. Setelah meletakkan piring di kitchen sink dan mencuci tangan. Dia berjalan seolah hanya akan melewati suaminya saja. Padahal, Karleesha berhenti dan menunduk sejenak untuk membisikkan kalimat yang dengan ampuh membuat semangat berkobar dalam diri Janu.
"Kalo kamu udah selesai makan dan cuci piringnya, aku tunggu kamu di kamar. Kebetulan, koleksi baru aku udah dateng dari toko online yang aku pesan. Aku menunggu untuk penilaian kamu di kamar, Mas Januar."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top