(a) Playing
[Aku udah mulai posting baca duluan di Karyakarsa kataromchick, ya. Jadi, di wattpad kan aku bagi a,b,c,d. Nah, di Karyakarsa semuanya langsung bisa kalian baca satu kesatuan. Malam ini juga aku bakalan posting bab 10 full. Bagi yang udah gak sabar sama drama penuh intrik rumah tangga Janu dan Karleesha, bisa langsung ke Karyakarsa, ya. Happy reading semuanya!]
Karleesha pulang pada pukul dua siang. Dia makan siang di rumah sang mertua dan menikmati waktu dimanjakan. Setelah itu dia kembali mengurus si kembar dengan mengASIhi secara langsung sampai ikut tertidur. Tahu-tahu saja dia terbangun, kedua bayinya sudah tidak ada di atas ranjang. Sebagai seorang ibu yang terbiasa untuk selalu waspada, dia kehilangan ketenangan hingga berteriak mencari anak-anaknya.
"Arl?" Karleesha langsung menatap suaminya yang baru saja membuka pintu kamar.
"Anak-anak tadi tidur di sini, mereka kemana, Nu?"
"Sama ibu sama ayah di bawah."
Karleesha baru ingat jika dia memang masih menginap di rumah orangtua Janu. Segera saja rasa tenang kembali menyapanya dan dia bisa menghela napas.
"Ya, ampun. Aku nggak fokus banget. Gara-gara ketiduran sampe sore begini."
Janu ikut duduk di ranjang dan memijat kaki sang istri. Sontak saja Karleesha mengernyit dan merasakan bahwa jika suaminya melakukan hal semacam ini, berarti ada yang diinginkan oleh Janu.
"Kamu mau apa? Atau ngumpetin apa dariku?" todong Karleesha begitu saja.
Janu menggeleng. "Nggak ada. Aku cuma pengen mijetin kamu karena tadi aku dapet laporan dari ibu kalo kamu kecapekan sepulang dari kantor. Terus kamu nggak langsung istirahat, langsung ngurusin si kembar sampe ikut tepar sama anak-anak."
"Hmmm, gitu. Aku kirain kamu ada maunya. Ternyata disuruh ibu, ya? Biar jadi suami siaga."
"Nggak usah disuruh jadi suami siaga, aku juga udah siap jadi suami siaga, loh, Arl. Masa kamu nggak bisa liat setiap usahaku, sih?"
Karleesha tertawa melihat reaksi Janu yang pura-pura terluka. Pria itu mendapatkan kecupan di bibir dan menahan tengkuk Karleesha memperdalam ciuman mereka. Sebelum Janu menggeram semakin jauh, pintu kamar mereka diketuk oleh ayah hingga membuat mereka melepaskan tautan bibir denga cepat.
"Janu, Nak Karlee, ke bawah dulu, ya. Ada pihak catering aqiqah yang mau kalian pesan."
"Iya, Ayah. Kita nyusul."
Arsaki mengiyakan meski memberikan penekanan agar keduanya tidak menunda-nunda waktu yang ada. Ayah Janu itu pasti tahu dan bisa menyadari apa yang keduanya lakukan hingga meminta mereka untuk tidak menunda-nunda.
Aqiqah akan dilangsungkan di rumah orangtua Janu atas pertimbangan segala macamnya. Besok langsung dilaksanakan tanpa perlu menunggu lebih lama lagi. Besok semua orang akan tahu keberadaan cucu kembar Arsaki dan Samila yang bernama Kavya dan Arjuna. Hingga sudah diputuskan untuk Karleesha dan Janu kembali menginap di sana tanpa memusingkan bolak balik untuk acara si kembar.
***
"Balik ke kantor bikin kamu keliatan capek banget, Arl." Janu berkomentar dengan kedua tangan yang terus memijat pundak istrinya.
"Aku nggak kecapekan karena masuk ke kator lagi, Nu. Aku capek karena begitu di sana, aku dapetin keanehan sekaligus kebetulan yang nggak aku duga sebelumnya."
"Keanehan apa?"
"Ada perempuan yang cari aku, minta nomor teleponku ke pegawaiku. Terus aku cek CCTV, aku nggak kenal sama perempuan itu. Pas banget, tuh, Papa kirim email soal istrinya yang kabur ke Indonesia. Aku dikirimin fotonya. Papa minta kasih tahu kalo aku ketemu secara nggak sengaja sama perempuan itu. Dan kebetulannya ..." Karleesha sengaja menggantung kalimatnya.
"Kebetulannya, perempuan yang cari kamu dan nggak kamu kenal itu adalah istri muda Papa kamu?" Lanjut Janu yang bisa menyimpulkan sendiri tanpa perlu istrinya berucap lebih banyak.
"Yap! Kamu betul."
Janu menghembuskan napasnya dan berkata, "Wow."
"Iya, wow! Nggak ada yang bisa menggambarkan secara tepat gimana sebercandanya hidupku ini. Mama dan Papaku beneran bukan orangtua yang sibuk mikirin anak malah pada sibuk mikirin diri sendiri."
Janu terus memijat sampai Karleesha memejamkan mata merasakan kenikmatan dari gerakan suaminya yang sangat pas dan tahu dimana titik otot yang tegang dan pegal.
"Nggak usah terlalu dipikirin, Arl. Kamu masih punya ayah dan ibuku yang selalu menganggap kamu anaknya sendiri. Semakin kamu terlalu fokus pada kekurangan orangtua kamu, makin kamu bakalan capek dan stres. Ikutin aja permainan Papa kamu itu untuk mempertemukan istri mudanya dengan Papa kamu sendiri. Dengan begitu kamu nggak perlu ikut-ikut ngurusin drama mereka lagi kalo udah ketemu."
Karleesha menyentuh tangan suaminya dan mengecupnya menyatakan rasa terima kasih dari kalimat pria itu yang sangat membantu Karleesha untuk tidak terlalu sibuk dengan permasalahan orangtua perempuan itu.
"Iya, aku udah kasih tahu Papa juga kalo perempuan itu dateng ke kantorku. Aku nggak tahu apa tujuannya dan gimana dia bisa tahu usahaku di sana. Apa pun itu, semuanya udah termasuk dalam takdir. Jadi, aku merasa bahwa semua ini memang sudah jalan dari Yang Maha Kuasa. Aku jadi perantara Papaku dan istri mudanya ketemu."
Ya, setidaknya begitulah yang Karleesha perkirakan. Perempuan itu hanya ingin mengadu mengenai beberapa kelakuan Redrick saja pada Karleesha. Tidak ada perkiraan lain. Perkiraan yang sebenarnya justru berpusat pada hidup Karleesha sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top