8
"Kau akan segera sembuh."ujar Deborah mendekati Sophia yang duduk di sofa. Ia mendekatkan jarum suntik pada lengannya lalu memasukkan cairan obat ke dalam tubuh adiknya.
Sophia meringis saat jarum suntik menembus kulitnya.
"Apa rasanya menyakitkan?"
"Saat pertama kali, ya. Tapi sekarang kurasa aku sudah biasa. Tapi terkadang aku sering merasakan panas dan rasanya tak nyaman."
"Aku yakin kau pasti sembuh."
"Kuharap juga demikian."
"Soph, aku sering berpikir...apa tak sebaiknya Henry tahu hal ini?"
"Tidak."
"Sophia...."
"Tidak, Kak."
"Tapi sekarang sudah enam bulan berlalu."
"Kurasa Henry sendiri pun tak kehilangan diriku. Mungkin ia sudah menemukan pengganti diriku."ujar Sophia. Sejak ia menerima pengobatan kemoterapi, Sophia sering bolos kuliah. Keadaannya tak memungkinkan untuk pergi kuliah. Awalnya memang banyak temannya yang bertanya tapi lama kelamaan mereka pun menghilang. Tak ada lagi yang menanyakan dirinya. Henry sendiri tak ada kabar lagi sejak mereka putus.
"Karena itu ia harus tahu, Soph!"
"Untuk apa ia tahu? Agar ia merasa kasihan padaku? Menyesal karena sudah menuduhku lalu memintaku kembali padanya hanya karena ia tak tega atau kasihan?! Aku tak butuh itu, Kak, aku tak mau dikasihani."
"Tapi ia harus tahu apa yang menyebabkan kau sering menghilang. Apa yang membuatmu berubah."
"Aku tak mungkin bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini!"ujar Sophia seraya menunjuk ke arah kepala dan badannya. Sophia memang sudah mengalami banyak perubahan sejak menerima kemoterapi. Rambutnya banyak yang rontok hingga ia memutuskan untuk mencukur hingga habis. Badannya pun sangat kurus. Wajahnya tirus dengan bayangan hitam di bawah mata karena sulit tidur.
Deborah menarik napas dan diam. Ia tahu sampai kapanpun adiknya tak akan mengubah keputusannya.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top